29

3.2K 338 62
                                    

Seakan melupakan kejadian semalam. Pagi ini Rendra sudah siap dengan seragam sekolahnya, Neira yang melihat anak nya sudah siap hanya menggelengkan kepalanya gemas.

"Abang.."

"Aku udah gak papa," balas Rendra dengan pelan. Rendra paham seseorang yang telah melahirkannya itu masih khawatir dengan kesehatannya, tapi ia sendiri merasa lebih baik.

Neira mendekat dan tangan kirinya memegang salah satu lengan Rendra, tangan kanannya mengecek suhu tubuh Rendra lewat pumggung tangannya. Terdengar Neira menghela nafas gusar saat merasa suhu tubuh Rendra masih terasa hangat.

"Istirahat dulu ya? Ade juga belum diizinin pembekalan sama Papah," kata Neira.

"Mah aku udah gak papa," balas Rendra memohon karena hari ini adalah hari yang penting, hari dimana anak-anak klub futsal akan mengesahkan siapa yang akan menjadi kapten untuk pertandingan nanti sekaligus untuk menggantikan Marven sebagai kapten SMA Rajawali.

"Abang lupa semalam Abang kenapa?" Rendra terdiam. Sangat ingat, membuat Rendra menyesal telah memperlihatkan sisi lemahnya.

"Mah aku udah bisa berdiri lagi lagian semalam cuma kram biasa."

"Rendra?" Suara itu membuat Rendra dan Neira menoleh, berdirilah Rezka disana dan menghampiri keduanya.

Dengan tatapan yang tidak bisa mereka artikan Rezka menatap Rendra dengan demikian. "Apa yang kamu kejar? Kenapa di saat kamu sakit pun kamu tetap ingin sekolah?" tanya Rezka.

Mendengar hal itu Neira menyernyitkan dahinya. "Bang?"

"Gak ada yang bisa aku kejar, Pah. Setidaknya buat aku yang gak bisa ngasih apa-apa ke kalian juga sekolah, aku mau memperbaiki absensi aja seengaknya buat penilaian akhir gak terlalu memberatkan Mamah Papah nantinya," tukas Rendra panjang lebar.

Rezka menghela nafas gusar. Tangannya bergerak seperti apa yang dilakukan Neira tadi, mengecak suhu tubuh Rendra dengan punggung tangannya.

"Masih hangat yakin mau sekolah? Kalau ada apa-apa di sekolah bagaimana?"

"Gak akan," balas Rendra.

"Na jangan dulu dikasih izin sekolah, kasian Ade. Kalau Abang maksain sekolah dan kenapa-kenapa Ade gimana? Baru saja mau enakan," pinta Neira memohon agar kedua anak-anaknya istirahat saja dirumah.

"Pah kapan sih aku mohon-mohon buat diizinin sekolah?" tanya Rendra.

Karena biasanya Rendra malas-malasan untuk sekolah, bahkan di saat terserang flu sedikitpun selalu memohon Rezka untuk membuatkannya surat sakit akan tidak harus berangkat sekolah. Bahkan tidak jarang dipertengahan jam sekolah Rendra pulang cepat karena rasa malas yang ia rasakan apalagi disaat lingkungan sekolah sedang tidak berpihak kepadanya.

Banyak pihak yang memojokannya disaat nama Renza sedang naik-naiknya karena prestasi ntah itu guru, kakak kelas maupun teman seangkatannya.

Rezka selalu memaklumi? Tentu saja.

"Nei gak papa Abang kuat, kan?" Rendra menganggukan kepalanya.

"Yaudah tapi Abang makan sama minum obat dulu berangkatnya diantar supir jangan bawa kendaraan sendiri."

***

Nyatanya bukan semakin membaik malah semakin terasa untungnya untuk test sebagai kandidat kapten futsal masih beberapa jam  lagi setidaknya Rendra bisa beristirahat dulu di kelas.

Astar dan Kara sudah menuju kanti dari lima menit yang lalu sedangkan Rendra memutuskan untuk diam di kelas untuk meredakan rasa pusingnya yang dari pagi masih terasa.

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now