Bab 47

3K 368 53
                                    

Seakan tidak pernah kapok mengunjungi rumah Velly dan membuatnya bertemu dengan Xavier. Rendra tetap membuat tubuh dan pikirannya tenang, setidaknya karena keberaniannya ini tidak bisa di anggap bersembunyi di punggung orang tua terus-menerus.

"Ada acara apa kamu mengajak anak saya pergi keluar? Bukannya sudah jelas saya meminta kamu untuk memutuskannya?" tanya Xavier yang kini memang berhadapan langsung dengan Rendra dengan cara duduk di sopa ruang tengah yang ada di ruang keluarga kediaman Alexandra.

"Sekali aja, Om."

Xavier berdecak kesal. "Seharusnya kamu itu belajar, emang gak malu jika nanti adikmu mendapatkan juara umum sedangkan kamu tidak? Setidaknya jangan membuat diri kamu harus naik kelas bersyara--.

"Om maaf, saya tidak sebodoh itu untuk lulus secara bersyarat. Mohon Om jangan terus menekan saya ini itu, kebahagiaan anak Om tidak di ukur oleh prestasi saya," tukas Rendra membalas.

"Adip, ayo!" ucap Velly yang datang langsung menarik tangan Rendra, tidak mau membiarkan Rendra dan Xavier berada di ruangan yang sama.

"Velly yang sopan kamu!!"

Velly mencium punggung tangan Xavier walau dalam dirinya Velly sangat kesal kepada Xavier.

"Velly izin keluar."

"Rendra ingat perkataan saya!" Rendra tidak mengubris teramat capek menghadapi Xavier saat ini.

***

Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagi Velly dan Rendra, keduanya sama-sama menikmati moment yang jarang mereka lakukan. Berbagai permainan yang ada di Dufan sudah mereka rasakan, baik yang tidak ekstrim maupun yang tidak ekstrim.

Memang melelahkan bagi rendra tetapi rasa lelahnya hilang begitu saja saat melihat wajah bahgia yang terpancar dari wajah cantik kekasihnya. Melihat itu membuatnya merasa tidak tega jika ia harus melihat wanitanya menangis apalagi karenanya.

"Aku senang banget tau hari ini," ucap Velly saat Rendra mengajaknya untuk duduk di salah satu bangku yang ada di sana.

Rendra tersenyum dan membukakan tutup  botol air mineral untuk Velly, gadisnya itu mengeluh kehausan.

"Tadinya aku rencana ngajak kamu ke Bandung," kata Rendra menyodorkan botol mineral yang tutup nya sudah ia bukakan untuk Velly.

"Wah padahal aku mau banget ke Bandung."
Dengan senyuman tipisnya Velly menerima botol itu.

"Makasih." Rendra menganggukan kepalanya.

"Istirahat dulu ya kasian banget kamu mukanya sampe merah gitu," ucap Rendra.

Sejak awal mereka menapaki kaki di sini, mereka memang belum sama sekali duduk-duduk. Velly terlalu antusias bermain seharian bersama Rendra di sini, bahkan perutnya keronconganpun Velly acuhkan.

"Emang iya?" tanya Velly langsung mengambil cermin kecil yang ada di tas nya.

"Merah banget kan cuacanya juga panas, walau begitu aku seneng lihat kamu seneng."

"Bisa aja," balas Velly menghadap ke arah Rendra dan mengusap keringat yang ada di dahi Rendra dengan tissu.

"Kamu capek gak?" Rendra menggelengkan kepalanya.

"Kayaknya batrai aku masih full deh," kekeh Rendra karena kenyataannya memang seperti itu.

"Aku takut kamu kecapean."

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now