12

3.4K 353 40
                                    

Dengan cepat Neira mengambil plaster demam dan menempelkannya pada dahi Rendra yang memang terasa sangat panas. Dengan rasa khawatir yang mendalam Neira berusaha tenang yang untungnya ada Yala yang senantiasa selalu ada membantunya jika ia berada di situasi sekarang.

"Bang.." panggil Neira namun tidak ada jawaban dari Rendra. Lelaki berusia tujuh belas tahun itu memejamkan matanya seakan tidak sanggup untuk sekedar menyakinkan orang tuanya jika ia baik-baik saja.

Neira bangkit dan mengganti posisinya menjadi duduk di atas ranjang samping Rendra terbaring, jangan lupakan Yala yang sedari tadi ikut memijit kaki Rendra yang memang terasa panas.

"Nei, Rezka tahu?" Neira menggelengkan kepalanya. Sangat tidak mungkin Neira mengabari Rezka dengan kabar yang kurang mengenakan sekarang. Rezka juga perlu mengurus beberapa pasiennya di sana, terlebih Renza yang juga sedang membutuhkan pengawasan.

"Tadi kamu yakin bisa, Nei?"

"Ka Lala bukan satu dua kali Nei lihat anak Nei kayak gini. Nei gak mau bikin Nana nambah panik, Ade juga butuh pengawasan, kan?" ucap Neira.

"Yaudah, Nei."

Sebenarnya Rendra masih mendengarkan perbincangan antara Mamah dan Tantenya, Rendra juga sadar bahwa ada kekasihnya di sini. Tetapi untuk membuka mata saja rasanya berat, pening di kepalanya sangat menyiksanya.

Rendra melengguh di rasa ada yang membuat perutnya mual. "Bang..."

"M-mah.." lirih Rendra tanpa membuka kedua matanya.

Neira mengenggam tangan kiri Rendra. "Mamah disini. Abang butuh apa?" Tidak ada jawaban dari Rendra. Neira memaklumi dan terus berusaha membuat anaknya itu nyaman walau dengan tubuhnya yang kurang sehat.

"Rendra pasti kaget, Nei." Neira mengangguk. Neira paham dengan kelimat yang Yala ucapkan. Anak sulungnya pasti kaget dengan peristiwa yang terjadi hari ini.

"Rezka udah negur Rendra, kan?"

"Negur seadanya aja, Kak. Mau bagaimana juga kita harus paham kebiasaan remaja masa sekarang terlebih jiwa bebas Rendra itu beda dengan Renza."

"Vel.." lirih Rendra.

Suara lirihan yang keluar dari mulut Rendra membuat kedua Ibu itu reflek melirik ke arah Velly. Velly tersenyum kikuk.

"Velly.."

Neira tersenyum. "Duduk samping Rendra, Vell." Seakan tahu apa yang di maksud anaknya. Dengan ragu Velly mendekat dan diangguki Neira saat Neira tahu jika anak itu terlihat gugup.

"Gak papa, duduk aja." Velly menurut dan duduk di samping Yala. Yala dan Neira tatap-tatapan setelah itu mereka hanya tersenyum tipis.

Rendra sudah merasakan keberadaan Velly yang begitu dekat dengannya. Dengan satu tarikan Rendra membawa Velly begitu dekat dengannya bahkan terlihat Velly yang sedang mencondongkan tubuhnya berdekatan dengan Rendra.

"Eh.."

"Abang.." tegur Neira namun diacuhkan oleh Rendra. Rendra merangkul tubuh Velly seakan membawa Velly untuk berbaring di sampingnya, Velly yang menjadi bahan tatapan kedua Ibu itu tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Rendr..

"Nei udah gak papa," tegur Yala.

"Ka.."

"Rendra pasti ngigo, udah biarin aja. Yang lebih penting sekarang, Rendra baikan. Oke?"

***

Di jam sebelas siang Renza sudah selesai mengikuti beberapa serangkaian test karena kecelakaanya semalam. Namun karena hasil nya belum keluar Rezka meminta anaknya untuk tetap berada di rumah sakit, tidak hanya sendirian tetapi Renza di temanin oleh Rasen. Setelah beberapa minggu pemulihan keadaan kakinya memang sudah membaik dan ditugaskan Rezka untuk menjaga anaknya di saat Rezka ada beberapa jadwal operasi hari ini.

Narendra | Versi II EndHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin