34

3.3K 333 69
                                    

"Velloy lo mau ikut pulang ke rumah sakit gak jenguk abang?" tanya Renza saat keduanya sudah berada di parkiran untuk pulang tepatnya juga mereka sedang menunggu jemputan.

"Maunya gitu, Ren. Gua khawatir sama Rendra cuma papah minta gua pulang cepat, kemungkinan gua malam jenguk nya," jelas Velly.

Sangat disayangkan saat ini Velly tidak bisa menjenguk Rendra yang semalam di bawa ke rumah sakit, bahkan Velly belum mengetahui apa saja yang terjadi kepada sang kekasihnya. Begitu juga dengan Renza yang belum mendapatkan chat dari orang tuanya tentang perkembangan Rendra.

"Yaudah deh lagian abang pasti butuh istirahat yany banyak banget, tadi pagi aja belum sadar kata mamah semalaman juga belum sadar," ucap Renza menyimpan rasa khawatir kepada kakak kembarnya.

Mulai dari sakit pertamanya Rendra, Renza juga sesekali merasakan dampaknya mulai dari tiba-tiba pusing, tiba-tiba lemas bahkan sampai mual dan muntah. Dan mungkin semalam adalah finalnya, final di saat Rendra sudah tidak bisa mempertahankan lagi kondisi tubuhnya untuk tetap kuat.

Teringat semalam, membuat Renza sedikit bersalah karena hal tersebut terbuka saat kondisi Rendra sedang sakit, dan mungkin tumbangnya Rendra semalam karena syok dan sedikir terguncang karena menjadi pihak yang di salahkan.

Renza tidak menyalahkan Rendra dalam masalah ini, karena Renza tahu di sekolah memang banyak orang yang membenci Rendra karena merasa bahwa Rendra tidak seperti Renza. Tapi beberapa juga ada yang mempunyai rasa iri dan dengki kepada Rendra seperti hal nya Arvin.

Dan, sialnya Renza sama sekali tidak bisa melawan Arvin untuk tidak terus menerus menganggunya dan menganggu ketenangan kakak kembarnya.

"Ren kenapa ngelamun?" tanya Velly menepuk bahu Renza.

"Ah enggak, Velloy. Gua cuma kepikiran abang," gumam Renza.

"Lo mau langsung ke rumah sakit?"

Renza mengangguk.

"Gua takut sama papah."

"Mau cerita ke gua?" tanya Velly yang selalu menawarkan hal yang sama kepada Renza, karena sejatinya Velly adalah teman curhat Renza hanya saja mereka kadang saling cemburu saja.

Renza mengangguk dan menceritakan semua yang terjadi malam tadi, Velly cukup karena memang baru saja mendengarkan hal itu. Velly hanya tahu bahwa Xavier meminta penjelasan dimana jika ada yang aneh yang terjadi kepada Renza, dan ini membuat Velly syok.

"Gua yang salah, Vell. Gua yang lemah, gak bisa ngelawan, mungkin bener kalau gua terlalu ke kanak-kanak-an," gumam Renza.

"Lo gak sepenuhnya salah juga, Ren. Gitu juga Rendra, dia gak sepenuhnya salah. Lo hanya mau melindungi Rendra, kan? Biar Rendra gak di apa-apain sama mereka? Dan Arvin pintarnya karena lo adalah kelemahan Rendra, itu kenapa Arvin ngegangguin lo, Ren. Jangan merasa bersalah, ya?" tukas Velly.

"Tapi kan gua ngerugiin mamah sama papah, uang yang selalu papah kasih gua abisin gitu aja padahal papah kerja banting tulang banget," jawab Renza.

Yang membuat Renza merasa sangat bersalah adalah itu, uang puluhan juta habis tidak bersisa dan membuat orang tuanya merasa menyayangkan hal tersebut.

"Nanti lo minta maaf sama om Rezka sama tante Nei, tentu juga sama Rendra, ya? Gua yakin Rendra pasti ngerasa bersalah banget tahu adik kesayangannya di sakitin sama musuhnya, jadi kalian harus tetap punya hubungan baik ya, Ren. Karena mau bagaimana pun juga masalahnya kalian itu sama-saka melindungi."

Renza menganggukan kepalanya.

***

Supir yang mengantarkan Renza langsung pulang kembali ke rumah untuk menjaga rumah karena di rumah kediaman Nakaswara benar-benar sedang tidak ada siapapun.

Narendra | Versi II EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang