16

3.4K 375 57
                                    

Malam ini Rezka benar-benar menutup mata tentang kesehatan kedua anak-anaknya. Undangan yang Xavier berikan sangat berdampak positif bagi Rendra jika Rendra bisa mengikuti acaranya dengan baik.

Seperti yang mereka ketahui bahwa keluarga Alexandra itu bukanlah keluarga dari kalangan biasa. Walaupun Rezka adalah sahabatnya tidak menungkinkan Xavier langsung menerima Rendra untuk menjalin kasih dengan anak bungsunya. Kehidupan keluarga Alexandra itu sangat di siplin, dalam segala aspek kehidupan.

Dan Rezka sebagai Ayah ingin membantu anaknya untuk mendapatkan kebahagiaanya. Apalagi setelah Rezka tahu bahwa anaknya itu benar-benar sudah lama mengagumi cocok anak bungsu dari keluarga Alexandra.

Nyatanya, beberapa gadis dimasa lalu anaknya itu bukanlah apa-apa jika disandingkan dengan Xavellya.

Itulah yang membuat Rezka kalap mata untuk memaksa kedua anaknya ikut ke acara peresmian hotel baru keluarga Alexandra. Setidaknya Xavier bisa melihat kegigihan anaknya.

"Na.." gumam Neira saat mereka sudah berada diperjalanan. Acara peresmian hotel tersebut berjarak satu jam lebih dari rumah kediaman keluarga Nakaswara.

Dengan si kembar yang duduk anteng di belakang, Neira tidak bisa tenang karena melihat sejak pagi kesehatan anak pertamanya itu menurun belum lagi selalu terhubung pada anak bungsunya.

"Iya?" tanya Rezka dengan wajah seriusnya.

Terdengar helaan nafas Neira. "Kita gak terlal--

"Nei ini demi Rendra juga, kan? Selama ini apa Rendra mau ikut ke acara beginian jika bukan kemarin mengganti Renza? Untuk sekarang harus dibiasakan ikut ke acara seperti ini. Aku tahu kamu juga paham bagaimana Xavier, Nei," tukad Rezka tanpa menoleh ke arah Neira yang duduk disampingnya.

Malam ini Rezka tidak menggunakan supir untuk mengantarkan mereka ke tempat yang lumayan memakan waktu tersebut.

Dibelakang Rendra dan Renza mendengar pembicaraan kedua orang tua mereka. Renza melirik ke arah kakak kembarnya, ada rasa iba yang Renza rasakan melihat posisi kakaknya.

"Abang.." panggil Renza dengan pelan tidak lupa menggeser posisinya untuk lebih dekat ke arah Rendra.

"Kenapa? Ada Ade, jangan sedih," sambung Renza. Rendra tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya.

Rendra tidak sedih seperti apa dugaan adiknya. Rendra hanya sedikit berpikir sebenarnya apa yang Papah dan orang tua kekasihnya itu inginkan darinya.

Mendengar perkataan Papah nya tentang 'kamu juga paham bagaimana Xavier' Rendra menerka-nerka bahwa Xavier menyukai kesempurnaan yang tidak ada di dalam dirinya.

"Bang?" panggil Rezka.

"Iya, Pah?" sahut Rendra.

"Nanti biasain senyum jangan masang wajah dingin, kalau ada yang ngajak ngobrol jawab dengan baik dan benar, paham? Berlaku buat kamu juga, De." Rendra dan Renza menganggukan kepalanya. Tentu saja Renza sudah paham apa saja yang harus ia lakukan, harus seperti menjadi orang benar.

"Na, Abang lagi gak baik loh bad--

"Nei, Abang yang bilang sendiri ke aku dia gak kenapa-kenapa," potong Renza sedikit melirik ke arah belakang lewat kaca.

Rendra mengangguk. "Iya, Mah. Udah sehat," balas Rendra. Pelan Renza berdecak padahal ia juga merasakan sensasi sakit yang Rendra rasakan.

"Abang bohong," gumam Renza yang hanya di dengar oleh Renza.

"Sedikit pembuktian buat Xavier makanya aku bawa Rendra kesana, Nei," kata Rezka.

***

Acara malam ini sangat meriah banyak dari kalangan-kalangan besar yang datang atas undangan dari keluarga Xavier.

Narendra | Versi II Endحيث تعيش القصص. اكتشف الآن