06

4.4K 383 49
                                    


Tinggalkan jejak.

***

"Bawa bekal," balas Rendra tanpa malu membuka kotak makan berwarna biru muda tersebut. Asik memperhatikan Rendra akhirnya Aila pun duduk di kursi depan Rendra dengan posisi berhadapan dengan Rendra.

Aila tersenyum tipis. "Lo gak malu cowok bawa bekal?" Rendra menggelengkan kepalanya. Kenapa harus malu? Pikirnya. Toh ini makanan lebih baik dan bergizi dari pada makanan kantin apalagi orang yang membuatkannya bekal adalah Velly, kekasihnya.

"Jarang loh ada cowok yang gak gengsi bawa bekal, gua salut sama lo. Btw kalau lo suka bawal bekal Renza juga suka bawa?"

Lagi-lagi Rendra menganggukan kepalanya untuk membalas pertanyaan-pertanyaan Aila. Rendra hampir lupa bahwa sebelum makan dia harus memastikan gula darahnya aman, dan dia harus menyuntikan insulinnya ke lengan atas atau perutnya tetapi karena ada Aila di depannya tidak mungkin Rendra menyuntikan pen insulin itu di area perut.

Setelah dirasa aman barulah Rendra menyuntik di area lengan atas dengan Aila yang terus memperhatikannya.

"Ndra, gak sakit?" Rendra menyernyitkan dahinya. Sebelum membalas pertanyaan Aila lagi tidak lupa Rendra menyimpan alat-alat itu kembali pada tempatnya.

"Lo salah kalau nanya sakit gak sakit ke gua," tukas Rendra dan mulai memakan menu jam istirahatnya hari ini.

Benar juga. Buat apa Aila mempertanyakan hal yang mungkin saja sudah biasa Rendra rasakan? Mungkin saja sakit untuk Aila yang tidak biasa merasakan, sedangkan Rendra? Sudah mulai terbiasa bukan?

Tidak mudah bagi Rendra menerima apa yang terjadi pada hidupnya terlebih penyakit ini. Bukan, Rendra tidak menganggap ini penyakit tapi sesuatu yang special dalam dirinya. Sebenarnya itu hanya untuk menghibur diri.

"Pasti sakit ya, Ndra?"

"Lo mau?" tanya Rendra menawarkan. Aila menggelengkan kepalanya, perut Aila masih kenyang karena terlalu banyak sarapan dirumah tadi pagi.

"Lo aja. Btw Ndra kalau misalnya gua bawain lo bekal sama Renza, mau nerima gak? Gua jago masak kok, gua bisa cari tahu juga makanan apa aja yang baik lo konsumsi tapi gua juga harus tahu makanan kesukaan Renza biar kalau boleh gua bawain gua bisa mastiim Renza makan bekalnya."

***

Sedangkan di kantin tepatnya di bagian Renza, Niva, Byan dan Velly. Keempatnya sudah sepakat memesan nasi goreng yang menurut mereka nasi goreng enak dari banyakkan penjual nasi goreng yang ada dimuka bumi ini. Ini lebay, tapi itu lah kenyataanya.

Renza duduk berhadapan dengan Niva dan Byan dengan Velly. Jangan mendekatkan Niva dengan Byan karena jika mereka berdekatan yang ada mereka adu bacot dan di antaranya tidak ada yang mau mengalah.

"Abang mana, ya? Kok gak ke kantin," tanya Renza sambil melirik kanan kiri berharap menemukan Rendra di sini.

"Tapi Kara sama Astar ada, tuh," unjuk Niva ke arah Kara dengan Astar. Dibalas anggukan singkat oleh Renza, Renza memang melihat keberadaan Astar dan Kara dari tadi tapi untuk Rendra dia tidak melihatnya.

Satu hal yang ditakutin Renza itu melihat Rendra yang tidak mau menapaki diri dikantin. Seperti yang sebagian orang tau, sebelum Rendra makan Rendra harus suntik dulu dan bisa saja Rendra malu dan menahan diri untuk ke kantin. Padahal suntik di toilet juga bisa, pikir Renza.

"Kan lo mau pun Rendra suka bawa bekal, Ren," tukas Byan.

"Hari ini enggak. Mamah gak enak badan Papah juga ngurusin Om Rasen mulu di tambah gua tuh lagi puasa ngomong sama mereka jadi begitu," tukas Renza menceritakan sedikit apa yang sedang terjadi dirumahnya.

Narendra | Versi II EndTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon