40

3.7K 422 136
                                    

"Bang.. kenapa belum mau bangun? Capek ya?" tanya Rezka yang sejak tadi tidak beranjak dari samping Rendra.

Ya, Rendra sama sekali belum terbangun dari pingsannya. Bahkan pada saat Adis menjenguk pun Rezka meminta gadis itu untuk pulang agar tidak mengganggu Rendra yang sedang beristirahat dibawah alam sadarnya.

Sempat ada Rion dan Marven yang berkunjung, Rezka pun meminta mereka untuk pulang dan meminta mereka untuk kembali di saat Rendra sudah siuman dan membaik. Tidak ada yang bisa mereka lakukan terkecuali memahami Rezka yang berperan sebagai orang tua dari Rendra.

Dan saat ini Rezka hanya di temani oleh Rasen, ya hanya Rasen lah yang tidak diperbolehkan pulang oleh Rezka.

"A si Ade gimana?" tanya Rasen yang mendengar bahwa di saja Renza juga kambuh dan di larikan kerumah sakit setelah membereskan olimpiade.

Dengan sangat terpaksa Renza kembali ke ruangan dengan memakai oksigen, Renza sama sekali tidak mau membiarkan olimpiadenya berakhir begitu saja. Dengan sangat terpaksa atas keinginanya sendiri, Renza kembali keruangan dengan tidak melakukan apa-apa. Semua soal-soal yang harus di kerjaan dan diselesaikan bersama harus di selesaikan oleh Velly, Renza hanya bisa diam di samping Velly tanpa bisa melakukan apapun.

Setidaknya, apa yang mereka perjuangkan tidak berakhir dengan sia-sia bahkan jika hasilnya mengecewakan pun mereka tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

"Om Sapi berangkat ke Surabaya pake jet pribadinya, kemungkinan langsung di bawa pulang," balas Rezka seadanya.

Setelah mendengar kabar itu, Xavier langsung berangkat ke Surabaya menggunakan jet pribadinya.

"Ohh gitu." Rezka tidak membalas lagi.

"A tadi yang kesini siapa? Yang cewek itu? Kayaknya gua gak asing deh sama dia," tanya Rasen dari pada melihat kakaknya itu terus diam, Rasen berusaha mengajak Rezka untuk berbicara.

"Adis,orang yang pernah satu projek sama Rendra di pemotretan Neira."

Lagi-lagi Rezka hanya mengangguk paham.

"Rendra kapan mau bangun ya, A? Dari tadi gak ada perger---

Ucapan Rasen langsung terhenti pada saat waktu yang bersamaan melihat Rendra yang membuka kedua matanya dengan pelan-pelan.

"Bang.." Rendra kembali menutup kedua matanya saat merasakan pusing yang sangat menyiksakan kali ini, dengan telaten Rezka langsung memeriksa kembali tubuh anaknya untuk dilihat perbedaannya pada awal masuk rumah sakit dan sekarang.

"Kalau pusing gak papa jangan di buka dulu matanya, bisa pelan-pelan," ucap Rezka dengan suara pelan. Yang untungnya Rendra bisa menuruti dan tidak membuka kembali matanya saking pusingnya.

"Dada nya sakit ya, Nak?" Rezka bisa melihat dada Rezka yang kembang kempis, dengan cepat namun teratur Rezka memasangkan selang oksigen untuk mempermudah nafasnya Rendra.

Sangat lirih sekali Rendra mengringis, membuat Rezka kembali berhati-hati takut menyakiti anaknya.

"Tarik nafasnya pelan-pelan, jangan panik, Abang gak papa Abang pasti sehat lagi, ya?" gumam Rezka kembali harus di hadapi dengan kondisi Rendra yang menurun, belum lagi kondisi Renza yang sama sekali belum ia lihat secara gamblang, Renza hanya mendengar cerita dari Neira melalui telpon beberapa saat tadi.

"Ha..us." kali ini Rasen lah yang bergerak mengambilkan air yang sudah tersedia di nakas tempat tidur Rendra.

Dengan hati-hati Rasen membantu Rendra untuk minum memakai sedotan, itu di lakukan karena takut Rendra tersedak.

"Pah.. futsalnya gimana?" gumam Rendra.

"Nanti kita bahasnya, sekarang Abang butuh istirahat yang banyak." Setelah itu tidak ada lagi balasan dari Rendra, mungkin anak itu menuruti apa kata Rezka untuk kembali beristirahat.

Narendra | Versi II EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang