28

3.1K 336 81
                                    

"Pah maafin Ade," gumam Renza pada saat Rendra sudah tidak ada diruangan rawatnya.

Rezka menghela nafas mendengar ucapan anak bungsunya yang saat ini masih terbaring lemah diranjang persakitan. "Papah mau banget marah sama kamu, De. Tapi Papah gak pernah bisa, lain kali jangan di ulang ya?"

"Iya, Papah. Mamah maafin Ade udah bikin Mamah khawatir dan nangis-nangis," kata Renza yang kini merubah posisinya menjadi setengah duduk tidak lupa Renza meminta Neira untuk duduk di sampingnya.

"Nanti Ade minta maaf sama Abang, ya?" Dalam pelukan Neira akhirnya Renza menganggukan kepalanya.

"Mamah Papah, Ade pasti minta maaf sama Abang," balas Renza.

Rezka tersenyum dan mengusap puncak rambut Renza dengan penuh kasih sayang. "Abang keras karena sayang sekali sama Ade, mulai detik ini harus lebih nurut ke Abang juga ya, Nak "

"Iya Mamah."

"Yasudah Nei, Ade Papah harus keruangan operasi gak papa ditinggal dulu?"

"Nggak papa, Nana hati-hati ya."

Setelah Rezka keluar dari ruang rawat Renza tersisa lah Neira dengan Renza diruangan ini. Renza sangat manja dua kali lipat jika sedang sakit dan yang selalu Renza cari adalah Rendra tetapi tadi Rendra benar-benar seperti orang yang sedang menahan kesal kepadanya.

"Mah.."

"Apa sayang.."

"Abang nonjok Byan padahal bukan salah Byan itu murni salah Ade, Ade yang mau basket Ade yang maksa-maksa Byan," jelas Renza sembari memainkan jemari lentik punta Neira.

"Abang kan sayang sekali sama Ade, semuanya pasti Abang lakukan demi Ade apalagi kalau Abang libat Ade terluka dan sakit seperti ini. Walaupun Abang kelihatan cuek tapi Abang sangat khawatir," ujar Neira memberikan perhatian untuk Renza.

"Abang emang gitu selalu langsung  bertindak."

Neira tersenyum. "Kalau dadanya sakit langsung bilang Mamah, De."

Renza mengangguk tetapi saat ini ia merasa kondisi tubuhnya mulai membaik, dadanya juga sudah tidak terlalu nyeri dari pada kemarin-kemarin.

"Mah teman-teman Ade mau kesini boleh?" Neira mengangguk.

"Sangat boleh."

"Yes."

Tidak lama saat Renza sudah berbicara seperti itu Byan dan Niva datang dengan membawa buah-buahan jangan lupakan mereka yang masih memakai baju seragam sekolah.

Velly tidak ada tentu saja karena Velly masih pembekalan di tempat yang sudah disediakan dan Renza belum satu hari pun ikut pembekalan karena sakitnya.

"Kalau gitu Tante keluar dulu ya anak-anak biar ngobrolnya lebih enak. Byan, maafin tentang Rendra yang udah lukain kamu ya, Nak."

"Gak papa Tante ini mah kecil," balas Byan langsung dibalas senyuman oleh Neira.

"Mamah istirahat diruangan Papah aja, Mamah pasti capek," pinta Renza.

"Iya sayang."

"Yasudah kalian ngobrol yang nyaman, ya. Tante tinggal dulu."

"Baik Tante cantik."

Neira pum keluar tepatnya untuk ikut istirahat diruangan Rezka yang saat ini sedang menjalankan operasi, suami dari Neira itu memang sangat super sibuk.

"Byan itu sakit?" tanya Renza dengan polos menunjuk luka Byan yang ada di sudut bibirnya.

"Sakitlah mana kenceng banget lagi," gerutu Byan yang pada saat itu tidak bisa melawan emosi Rendra karena Byan tahu sekhawatir apa Rendra kepada adik kembarnya.

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now