30

3.4K 341 44
                                    

***

"Nei udah jangan nangis dulu kita tunggu Rezka," ucap Xavier saat melihat Neira yang sudah menangis disamping Rendra dibaringkan.

Disana ada juga Renza yang kaget melihat Rendra kembarannya di gendong Xavier dengan keadaan yang sudah tidak sadarkan diri.

"Tapi.."

"Ambil air hangat aja gih sama kompresannya biar di kompres dulu ini panas banget soalnya."

Dengan isakan yang keluar dari mulutnya Neira mengangguk dan langsung bergegas untuk mengambil apa yang dibilang Xavier.

Xavier merenggangkan tubuhnya yang ternyata menggendong Rendra juga menghabiskan banyak tenaganya. "Om Sap.. eum Abang gak kenapa-kenapa 'kan?" tanya Renza menunduk.

"Doain aja, De." Renza mengangguk. Xavier merangkul anak bungsu sahabatnya yang baru saja sembuh dari sakitnya kemarin. Dalam hatinya Xavier berucap bertapa lelahnya menjadi Rezka harus berada di situasi seperti ini apalagi situasi sekarang adalah bukan yang pertama atau kedua kalinya.

"Kasian Abang," gumam Renza

"Gak papa Abang kamu kan jagoan, De." Renza menggelengkan kepalanya mengelak.

"Abang jagoan depan orang lain sedangkan dalam kesendiriannya Abang gak gitu. Makanya Ade bakal marah kalau ada yang ngelukain hati Abang," kesal Renza.

Diamnya Renza bukan berarti tidak mengetahui sesuatu. "Iya, De." Usapan tangan Xavier memang berhasil menenangkan nya dari rasa khawatir kepada sang kembaran, tetapi tetap saja Renza tidak bisa menghela nafas lega saat kedua mata itu belum terbuka.

"Om Sap gula darahnya udah di cek?" Xavier mengangguk, Neira lah yang melakukannya.

Renza melepas rangkulan Xavier dan mendekat ke arah Rendra dibaringkan. Siapa sangka bahwa Renza ikut berbaring dan memeluk Rendra dengan posesif.

"Abang cepetan sadarnya, Abang jangan kenapa-kenapa harus sehat. Bangun ya, Bang.." lirih Renza dengan suara bergetar perasaan ia melihat Rendra yang sehat tadi pagi dan dimalam harinya Renza harus melihat Rendra yang terbaring tidak sadarkan diri.

"De jangan dulu dipeluk Abangnya, Nak," pinta Xavier.

"Suka-suka Ade, Abang ini Abangnya Ade. Dan Abang pasti bangun kalau dipeluk Ade," gerutu Renza membuat Xavier menghela nafas.

"Rezka kok lama," kata Xavier berdecak bahkan kedua kakinya tidak bisa diam sekarang.

"Rendra pasti udah futsalan ya, De? Om bilang juga apa futsal cuma bikin Abang kamu itu capek kenapa gak disuruh nyari hobi ke hal yang lebih bermanfaat aja?" tanya Xavier.

"Om Sap kok ngomongnya kayak gitu?" kesal Renza. Kekesalannya terpotong pada saat Rezka membuka pintu kamar tamu itu dengan cepat. Ya, Xavier memang membawa Rendra ke kamar tamu yang ada dilantai bawah karena tidak mungkin Xavier menggendong Rendra ke atas.

"Ade minggir dulu biar Abangnya Papah periksa dulu," pinta Rezka.

"Gak mau!"

"Ade.." tegur Rezka.

"Gak mau Papah!" Rezka menatap Renza dengan kesal.

"De sama Om Sap dulu. Yuk!" ajak Xavier menarik lengan Renza dengan pelan. Dengan bibir manyunnya Renza menurut saat lengannya di tarik oleh Xavier. Setelah memastikan tidak ada yang menganggu untuk memeriksa Rendra, Rezka pun duduk disamping anaknya terbaring.

Baru saja Rezka mengeluarkan alat nya, Rendra membuka matanya dengan pelan.

Sensasi pusing langsung Rendra rasakan, membuat Rendra meringis saat kedua matanya terbuka. "Bang.."

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now