33

3.3K 356 68
                                    

"Gak ada udah-udah, Papah mau masalah ini cepat selesai apalagi ini berkaitan sama Ade kamu," tukas Rezka menatap Rendra.

Rendra menghela nafas pelan tidak tahu lagi harus menghentikan Rezka bagaimana, jika Rezka saja tidak peka betapa sudah lelah tubuhnya ini, apa Rezka lupa bahwa keadaanya sedang turun?

"Lima puluh juta bukan duit yang sedikit, Bang."

"Ade di peras.. HUWAA UANG ADE ABIS!" teriak Renza masih dalam pelukan Neira, Neira tidak henti-hentinya menghentikan tangisan Renza.

"Karena masalah ini Papah jadi tahu kelakuan kamu. Balapan? Kamu ngerasa keren ikut balapan kayak gitu? Gak keren, Bang. Tindakan itu hanya buat adik kamu celaka," tukas Rezka lagi..

"Rez.. udah dulu udah," potong Xavier sudah bisa membaca situasi, apalagi saat melihat wajah Rendra yang semakin pucat.

"Andai lo lebih cepat peka, Ndra. Keadaannya gak bakalan kayak gini, Arvin gak akan mudah gangguin Renza. Nasi udah jadi bubur, jadiin pelajaran buat ke depannya," sambung Marven.

Rendra memejamkan kedua matanya, sudah tidak bisa mendengar dengan jelas tetapi seakan di paksa untuk mendengarkan apa yang mereka katakan.

"Ini salah Ade.. bukan salah Abang, Abang jangan di marahin," lirih Renza tidak tega melihat kakak kembarnya berada di situasi yang di salahkan.

"Iya, Pah. Maaf," gumam Rendra hanya itu lah yang bisa Rwndta ucapkan sekarang.

"Besok kamu sama Ade jelaskan semuanya ke Papah!" tegas Rezka menatap Rendra dan Renza secara bergantian.

"Lo tenang aja, Rez. Bakal gua kumpulin buktikan biar anak-anak itu cepat di proses mau gimana juga mereka salah udah coba-coba meras Remza," tukas Xavier.

"Uang Ade habis, Mamah huhu.." isak Renza. Neira mengusap bahu Renza dengan pelan.

"Ngga papa asal Ade baik-baik aja," kata Neira dengan suara pelan.

"Marven makasih udah jagain dan bantuin Ade, kalau kamu gak ada Tante gak tahu lagi mau gimana," sambung Neira menatap Marven dengan tulus.

Marven menganggukan kepalanya. "Iya Tante sama-sama, Renza kan Ade aku juga," balas Marven.

Rendra bangkit dari posisi duduknya dengan pelan, ia tidak bisa berada di situasi seperti ini terus. Rendra hanya takut kembali merepotkan kedua orang tuanya, apalagi ada Xavier di sini.

Tanpa mengucapkan apa-apa Rendra pergi dari kamar Renza dengan pergerakan yang pelan. Mereka menyadari tetapi memilih untuk diam, bahkan Renza sekalipun.

"Mah.. Abang sakit.." gumam Renza mengingatkan hal itu kepada Neira. Neira sadar anaknya itu sedang sakit dan Neira takut terjadi apa-apa dengan Rendra saat ini.

"Ade biar Mamah lihat Ab--

BRUK

Mendengar suara seseorang yang terjatuh mereka bergegas untuk melihat apa yang terjadi, pikiran mereka langsung berpusat kepada Rendra.

"ABANG!" teriak Neira histeris saat melihat tubuh Rendra sudah bergelatak lemas tidak sadarkan diri.

"Sap tolong siapin mobil," pinta Renza berusaha untuk tenang dan mulai mendekat ke arah Rendra.

"Ab--

"Stt udah gak papa, lo sama gua dulu ya?" ucap Marven merangkul Renza agar tidak menganggu Rezka dan Neira terlebih dahulu.

"Ta---

"Pake jaketnya kita ikut ke rumah sakit." Renza mengangguk sembari sesegukan, melihat kakak kembarnya sakit membuat dirinya pun sakit.

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now