Bab 3 : Janda Betulan Tidak?

1K 131 86
                                    

“Apa?”

Gala begitu terkejut mendengar sang nenek akan melakukan tes ke Bulan. Dia sampai menoleh Bulan, kemudian menatap Dinar, Hana, dan Kelana secara bergantian.

“Oma tidak usah aneh-aneh!” Gala melotot ke Dinar. Dia yakin neneknya pasti akan melakukan tes aneh-aneh.

“Kenapa reaksimu begitu, tidak mengenakan sekali. Meski kamu menolak, oma tetap akan melakukan tes. Tidak bisa diganggu gugat. Tapi tidak malam ini juga,” ujar Dinar setelah Gala menolak keinginannya.

“Ya sudah, lebih baik kita duduk dan makan malam bersama dulu,” ajak Hana. Dia tersenyum ke Bulan, kemudian mengajak semua orang untuk pergi ke ruang makan.

Di sana, Hana dan Dinar pun berubah menjadi wartawan majalah gosip, keduanya silih berganti melontarkan pertanyaan ke Bulan, untungnya Bulan sudah diberi catatan oleh Gala dan sudah menghafalnya, sehingga dia bisa menjawab dengan sangat lancar.

“Oh ya, rumahmu di mana?” tanya Hana di sela makan malam mereka.

“Saya asli Jogja, di sini saya bekerja,” jawab Bulan, “Saya merantau.”

“Oh, ternyata bukan asli Jakarta. Lalu, maaf ya Bulan, kok kamu bisa jadi janda?” Kini giliran Dinar melontarkan pertanyaan.

Semua orang pun menatap Bulan, tidak terkecuali Gala.

Bulan mengulas senyum melihat semua pandangan orang tertuju padanya. Tanpa keraguan, dia menjawab, “Suami saya sudah meninggal.”

Gala memperhatikan Bulan, ternyata wanita itu pandai bicara dan tidak terlihat gugup sama sekali. Bahkan terkesan begitu natural saat berbicara dan tidak tampak tertekan, meski Dinar memberi tatapan mengintimidasi karena masih meragukan status jandanya.

“Beneran sudah meninggal?” tanya Dinar yang masih saja ragu.

Bulan mengulas senyum dan menganggukkan kepala tanda mengiakan.

Gala lagi-lagi melirik Bulan, harap-harap cemas jika sampai gadis itu salah bicara. Hingga Dinar kembali melontarkan pertanyaan.

“Apa kamu punya hobi?” tanya Dinar menginterogasi layaknya penegak hukum yang baru saja menangkap penjahat.

“Punya,” jawab Bulan sambil menganggukkan kepala.

“Apa hobimu?”

Hana dan Kelana hanya mendengarkan, sesekali menatap Bulan yang terlihat santai.

“Saya suka memasak,” jawab Bulan.

“Oh, masak. Bagus itu, wanita memang harus suka masak. Kapan-kapan kamu harus menyempatkan diri memasak dan membuktikan kalau kamu memang menyukai kegiatan itu,” ujar Dinar.

Wanita itu lantas memilih melanjutkan makan dan tidak lagi melontarkan pertanyaan ke Bulan. Mungkin pertanyaan di kepalanya sudah habis.

Gala sendiri diam-diam melirik Bulan, hingga bergumam di dalam hati, “Apa benar dia bisa masak?”

Gala meragukan kemampuan Bulan, menurutnya gadis itu tidak memiliki tampang pandai memasak. Kalau pintar skincare-an, dia percaya.

Kelana sendiri sejak tadi hanya menjadi pendengar setia. Dia melirik Gala dan melihat putranya itu tampak tenang. Dia berpikir jika Gala ternyata bisa mengatur semuanya dengan baik.

Setelah sesi tanya jawab ala interview itu, mereka pun melanjutkan makan malam. Hanya terdengar sesekali pertanyaan ringan dari Dinar ke Gala atau Bulan.

**

Setelah pertemuan itu, Gala mengantar Bulan kembali ke kosnya. Mobil yang dikemudikan Gala sudah sampai di depan gerbang kos Bulan. Namun, sebelum Bulan turun dia bertanya lebih dulu.

“Apa kamu benar hobi dan bisa masak?”

Bulan yang hendak meraih handle seketika menghentikan pergerakan tangannya, dia menoleh dan menatap Gala yang baru saja melontarkan pertanyaan itu.

“Bisa,” jawab Bulan, “kenapa?” tanyanya kemudian.

Gala menyipitkan kedua mata, seolah curiga dan menganggap jika jawaban Bulan hanyalah bualan semata.

“Meragukan, jangan sampai masakanmu meracuni orang yang memakannya!”Cibir Gala.

Bulan pun langsung mengerucutkan bibir mendengar hinaan itu, hingga akhirnya memilih bergegas turun dan tanpa pamit meninggalkan mobil.

Gala sendiri tak langsung memacu mobil meninggalkan tempat itu. Ia menatap punggung Bulan sebelum pergi.

**

Hari berikutnya. Seperti biasa Bulan sudah bersiap berangkat bekerja. Dia keluar dari kamarnya, tak lupa mengunci pintu sebelum keluar menuju gerbang.

Namun, langkah Bulan terhenti ketika melihat sebuah mobil mewah terparkir di depan gerbang di pinggir jalan. Ia berpikir mungkin saja itu mobil yang tidak sengaja berhenti di sana, tapi saat hendak melewati mobil itu, tiba-tiba saja kaca jendela penumpangnya turun dan menampakkan sesosok mahkluk yang duduk di kursi belakang.

“Oma Dinar?” Bulan terkejut karena ternyata yang ada di dalam mobil adalah Dinar.

“Kamu mau ke mana?” tanya Dinar tanpa turun dari mobil dan hanya memandang keluar.

“Mau kerja, Oma.” Bulan menjawab sambil menunjuk ke arah dia akan pergi.

Bulan terkejut, tentu saja kedatangan Dinar ini tidak ada di skenario yang sudah Gala buat. Dia pun tidak bisa mengelak dan memilih menghadapi Dinar meski tanpa persiapan.

“Ayo ikut!” ajak Dinar sambil membuka pintu dan meminta Bulan masuk.

Bulan sebenarnya bingung, tapi jika menolak dia takut Dinar malah curiga, hingga akhirnya dia menurut dan Dinar meminta sang sopir untuk mengantar mereka ke sebuah restoran.

**

Di restoran Dinar pun memulai perbincangan, wanita tua tapi tidak bangka itu mengutarakan tujuannya menemui Bulan.

“Aku ke sini, karena ingin memastikan. Aku tidak mau dibuat malu oleh Tata,” ujar Dinar.

Bulan duduk sambil mengangguk-angguk kecil mendengarkan ucapan nenek Gala itu, kala menyebut nama sang saudara.

“Aku tidak mau ya kalau sampai kamu ini janda abal-abal alias palsu,” ucap Dinar lagi sambil memicingkan mata ke Bulan. "Tata, Altar, Rafli juga istrinya pasti akan tertawa menghina kami."

“Tidak, Oma. Tentu saja aku bukan janda palsu,” ucap Bulan untuk meyakinkan.

Namun, Dinar masih mencoba mencari tahu dan memastikan. Dia mengeluarkan kertas aneh, bahkan membuat pertanyaan sendiri dan ditulis tangan.

Bulan pun memperhatikan, hingga Dinar memperlihatkan kertas itu kepadanya.

“Ini apa?” tanya Dinar.

Bulan awalnya cukup terkejut dan hampir tersedak ludah melihat gambar yang diperlihatkan oleh Dinar, tapi kemudian mencoba bersikap tenang agar Dinar tidak curiga. 

“Kalau kamu janda, kamu pasti tahu ini apa,” ucap Dinar lagi.

_
_
_

Please Oma Dinar, apa yang kau tunjukkan ke Bulan? wkwkkwkwk

Terjerat Cinta Istri BayaranOnde as histórias ganham vida. Descobre agora