Bab 19 : Iri

604 100 43
                                    

Hari berikutnya Bulan pun sudah dalam kondisi baik. Dia terlihat sudah rapi, hingga membuat Gala keheranan.

“Kamu mau ke mana?”

“Kerjalah, kemarin aku libur bahkan hari ini izin datang terlambat,” jawab Bulan dengan santai.

“Lho, kok kerja? Kamu itu seharusnya belajar untuk persiapan tes masuk perguruan tinggi, bukannya kerja!”

Gala keheranan sendiri karena Bulan masih saja memikirkan untuk kerja.

“Tapi aku tidak bisa keluar begitu saja. Aku harus menunggu ada  yang menggantikanku, baru bisa keluar,” ujar Bulan menjelaskan.

Gala tidak senang mendengar ucapan Bulan, hingga dia pun membalas dengan ketus. “Kedai bakmi itu tidak akan bangkrut hanya karena kamu ga kerja lagi di sana.”

Bulan menghela napas kasar mendengar balasan dari Gala, lantas dia pun berkata, “Meski kamu berkata begitu, aku akan tetap kerja.”

Bulan tetap memaksa berangkat kerja. Dia pun berjalan keluar kamar dan Gala membuntutinya. Saat sampai di lantai bawah, Bulan bertemu dengan Hana.

“Lho, mau ke mana?” tanya Hana saat berpapasan dengan sang mantu.

“Mau berangkat kerja dulu, Ma.” Bulan berpamitan bahkan meraih telapak tangan Hana dan mengecup punggung tangan mertuanya itu.

Hana pun bingung mendengar jawaban Bulan, hingga dia pun bertanya, “Kok kamu masih kerja?”

Bulan pun memberi alasan sama dengan yang diberikannya ke Gala, tapi tentu saja respon Hana dan Gala berbeda.

“Oh … jadi begitu. Ya sudah, ga papa. Hati-hati kalau kerja.” Hana pun memaklum, beda dengan Gala yang menentang.

“Nanti Mama nitip bakmi dua ya kalau kamu pulang,” kata Hana lagi.

Bulan pun mengangguk, kemudian pamit dan pergi berangkat. Gala sendiri terkejut karena Hana memberi izin, dia yang melihat tingkah ibu dan istrinya pun jadi gemas sendiri.

Hana melihat Gala yang berdiri di dekatnya, hingga heran karena Bulan keluar dan anaknya itu tidak menyusul.

“Kok masih di sini? Kamu ga nganter Bulan?”

“Merepotkan sekali,” jawab Gala dengan santainya.

Hana langsung melotot mendengar jawaban Gala, hingga kemudian berkata, “Kamu kok gitu? Kalau beneran cinta, seharusnya kamu tuh peduli, antar istrmu pergi. Kamu ini betulan cinta Bulan ga, sih?”

Gala pun tersadar setelah Hana mengomel, akhirnya pergi menyusul Bulan karena takut Hana curiga. Gala langsung mengemudikan mobil menyusul sang istri.

Bulan terkejut karena mobil Gala melaju pelan di sampingnya, bahkan terdengar bunyi klakson berkali-kali sehingga membuat Bulan menoleh dan menghentikan langkah.

“Ayo masuk!” ajak Gala saat menghentikan mobil tepat di samping Bulan.

“Ga usah, aku bisa naik angkot."

Gala mencebik, lantas turun dari mobil dan memaksa Bulan untuk masuk. Bulan pun tidak bisa mengelak dan akhirnya ikut.

Gala mulai melajukan mobil menuju ke kedai tempat sang istri bekerja. Di dalam mobil Bulan hanya diam karena masih malu dengan kejadian kemarin, sedangkan Gala sendiri bersikap biasa saja.

“Aku nanti mau mengajakmu ke bank untuk membuka rekening khusus. Rekening itu akan aku gunakan untuk mentransfer uang kuliah juga bayaranmu sebagai istriku,” kata Gala sambil fokus menatap ke jalanan.

“Jangan hari ini, aku ga enak kalau izin terus-terusan,” tolak Bulan.

“Aku tahu siapa pemilik kedai bakmi itu. Itu hanya warung franchise. Kalau kamu mau, aku bisa membelikan paket usaha dan kamu jadi bosnya,” ujar Gala dengan entengnya.

“Kalau hanya bakmi, aku sebenarnya bisa memasak lebih enak dari itu,” balas Bulan dengan jemawa. “Aku tidak mau franchise.”

Akhirnya mereka diam, hingga mobil yang dikendarai Gala sampai di depan kedai bakmi. Kedai itu belum buka dan masih sepi karena pegawainya masih harus menyiapkan tempat dan juga bahan baku yang akan dijual.

“Terima kasih, aku akan turun dulu,” kata Bulan kemudian keluar dari mobil.
Setelah Bulan keluar dari mobil, Gala berkata, “Siang ini aku akan menjemputmu.”

“Jangan siang-siang, soalnya kalau jam makan siang pasti kedai rame dan penuh pelanggan,” ucap Bulan yang kemudian menutup pintu mobil.

Gala tidak membalas dan memilih langsung pergi dari sana.

**

Bulan pun masuk dan di sana sudah ada teman-temannya yang sedang menyiapkan bahan jualan juga membersihkan meja. Salah satu teman Bulan yang bernama Oliv, tampaknya iri dengan Bulan karena bisa mendapatkan kekasih yang kaya seperti Gala, dia dan teman lainnya tidak tahu jika Bulan sudah menjadi istri Gala karena keduanya hanya menikah di KUA.

Kedai bakmi pun sudah buka, benar saja saat siang hari kedai begitu ramai. Bulan terlihat sibuk dengan mengantar pesanan ke meja pelanggan. Hingga Oliv yang terlihat tidak senang dengan Bulan dengan sengaja menyenggol lengan Bulan ketika mereka sedang berpapasan.

Bulan yang saat itu sedang memegang nampan berisi dua mangkuk bakmi kuah pun terkejut, terlebih karena tangannya terkena tumpahan kuah panas dari bakmi.

“Aduh!” Bulan pun memekik karena kulit tangannya terasa panas.

“Maaf ya. Aku tidak sengaja,” Oliv berpura-pura.

Semua orang pun menoleh ke arah Bulan dan Oliv. Bulan merasa tidak nyaman karena ditatap banyak orang, akhirnya dia pun mengabaikan dan memilih segera mengantar pesanan pelanggan.
Oliv tersenyum tipis, kemudian pergi melayani tamu lain, sedangkan Bulan mengantar pesanan dengan tangan yang terasa panas.

Tanpa Bulan sadari, ternyata Gala melihat kejadian itu. Bulan buru-buru berjalan ke belakang untuk membilas tangannya yang terkena kuah agar tak meninggalkan bekas terbakar.

“Kenapa?” Tanya salah satu teman Bulan yang berada di dapur.

Bulan terkejut karena ada yang bertanya, lantas menjawab, “Ga kenapa-napa, hanya ga sengaja ketumpahan kuah. Aku agak lalai.”

“Oh … kalau merah banget, kasih salep dulu,” kata teman Bulan.

Bulan pun mengangguk, setelah selesai membilas tangan lantas mengoleskan salep agar panas di kulitnya sedikit berkurang. Bulan pun kembali ke depan untuk bekerja lagi, tapi dia heran kenapa semua orang diam dan kedai terkesan sepi. Dia pun keluar dan terkejut melihat Gala di sana dan duduk di salah satu kursi.

_
_
_

Komen
Vote

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now