Bab 52 : Menggosipkan Suami

399 74 28
                                    

"Kalian sedang ada masalah ya? Maaf kalau pertanyaan aku nggak sopan. Kalau nggak mau jawab nggak papa kok."

Tsamara mengemudikan mobil pelan-pelan. Dia mengajak Bulan mengobrol sepanjang perjalanan menuju mall seperti yang sudah mereka rencanakan.

Bulan tak langsung menjawab. Dia menimbang-nimbang apakah harus berbagi cerita ke adik iparnya atau tidak. Sebenarnya Bulan juga butuh pendapat orang lain agar dia tidak lagi kesal dan setidaknya bisa membuat dirinya berpikir jernih.

"Sebenarnya bukan masalah besar, tapi entahlah rasanya aneh."

Bulan akhirnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Gala. Mendengar cerita Bulan, Tsamara malah tertawa.

"Kok kamu tertawa sih?!" Sewot Bulan.

"Ya, gimana? Kalian berdua itu lucu. Menurut aku, kalian nggak perlu saling menyalahkan. Karena sadar nggak? Kalau kalian itu sebenarnya saling cemburu. Aduh, jadi nggak sabar aku dipanggil aunty nanti."

"Ih .... kamu!"  Bulan malu mendengar kalimat terakhir adik iparnya, kedua pipi gadis itu bahkan bersemu.

"Kamu nggak sadar ya kalau lagi cemburu sama Suri?" tanya Tsamara.

"Aku nggak ngerasa cemburu, cuma kesel dan minder aja kalau ingat tentang mantan kakakmu itu, karena dia punya segalanya, sedangkan aku? Kalau dibandingkan dia aku itu cuma sandal jepit yang harganya sepuluh ribuan sedangkan dia sandal branded."

"Kamu berlebihan, kak. Asal kakak tahu keluarga kami nggak pernah ngelihat status apalagi latar belakang seseorang untuk menjalin hubungan," ucap Tsamara.

"Aku tahu, tapi tetep aja aku ngerasa kecil dan minder."

Tsamara dan Bulan asyik berbincang sampai tak terasa sudah tiba di lobi salah satu mall ternama. Tsamara memilih memakai jasa parkir yang disediakan karena merasa belum lihai memarkirkan mobil.

"Ceritanya sambil jalan yuk!" Ajak Tsamara. "Kakak tahu? Keluargaku itu bisa disebut keluarga unik. Mau tahu kenapa? Dulu Mama waktu nikah sama papa statusnya juga janda. Dan nenek Gayung juga. Mungkin itu yang membuat buyut bikin wasiat aneh-aneh."

Bulan tetap saja tidak merasa lebih baik dengan semua cerita yang keluar dari bibir Tsamara. Dia hanya diam mendengarkan sampai adik iparnya tampak semringah lalu menarik tangannya.

"Ini mau kemana?" tanya Bulan yang terseok-seok mengikuti langkah Tsamara.

"Kita perawatan dulu," ujar Tsamara bersamaan dengan langkah kakinya yang memasuki sebuah salon ternama.

Bulan menarik tangan sang adik ipar. "Kamu udah reservasi?"

Salon yang mereka datangi adalah salon mewah jadi sudah pasti butuh reservasi di awal karena tentunya banyak orang yang ingin mendapatkan perawatan di sana.

"Belum, jangan khawatir aku sudah langganan disini dan punya kartu VVIP jadi pasti tetap diutamakan."

Mereka akhirnya menuju meja resepsionis dan benar saja hanya dengan memberikan kartu VVIP yang Tsamara miliki mereka langsung dilayani dengan ramah.

"Kamu mau perawatan apa, Kak?" tanya Tsamara sambil membolak-balik katalog  yang disediakan salon itu.

"Belum tahu, aku baru pertama kali datang ke salon semacam ini," jawab Bulan.

"Em … gimana kalau potong rambut? Biar penampilan kakak kelihatan lebih fresh?"

Tsamara memberikan saran. Sedangkan Bulan melihat ke arah rambutnya yang memang sudah panjang.

"Nggak deh, aku masih suka rambut panjang," jawab Bulan.

"Ya udah, kalau di buat kek gini gimana? Sepertinya cocok." Tsamara menunjuk salah satu model rambut yang ada di katalog dan memperlihatkannya ke Bulan.

Setelah berpikir sejenak, Bulan akhirnya mengangguk. Dia setuju dengan model rambut yang disarankan oleh adik iparnya.

Beberapa waktu kemudian, mereka tampak duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan kaca. Selain mempercantik gaya rambut Bulan, Tsamara juga mengajak sang kakak ipar untuk manicure dan pedicure.

"Kakak mau nggak perawatan Miss V?" ceplos Tsamara membuat Bulan langsung melotot.

"Nggak! Aneh-aneh aja." Bulan sudah pasti menolak, selain karena merasa aneh karena menyangkut area pribadinya, dia juga takut kalau ketahuan masih perawan.

"Ih, nggak aneh-aneh tau. Itu penting loh, apalagi kakak udah nikah. Biar senjata si Galatron makin termanjakan," ujar Tsamara.

Bulan melotot, seketika merinding mendengar kalimat Tsamara. Dia memilih untuk tidak merespon dan diam, di saat itu tiba-tiba telinga Bulan menangkap pembicaraan para petugas salon yang sedang menggosipkan berita yang sedang panas dan banyak diberitakan di berbagai stasiun televisi dan sosial media.

"Kamu tahu nggak? Dominic katanya putus sama pacarnya."

"Ih, yang bener? Sayang banget. Kira-kira kenapa ya?"

"Putus juga itu akhirnya. Emang dasar tukang selingkuh makanya hubungannya nggak langgeng," kata Tsamara yang ternyata juga mendengarkan perbincangan itu.

"Tukang selingkuh?" tanya Bulan.

"Iya! Apa suamimu nggak cerita? Dasar! Entah harus menyebut kebaikan atau kejelakan, tapi suamimu itu memang suka banget nyembunyiin keburukan orang lain." Tsamara menarik napasnya sebelum bercerita panjang atau bisa dikatakan berjulid.

Gadis itu juga tidak takut jika didengar oleh orang-orang yang menyukai Suri karena hanya mereka yang ada di ruangan tersebut, sedangkan, petugas salon sedang mengambil sesuatu.

"Jadi, sebelum putus sama kak Gala, si Suri itu emang udah kenal dan temenan sama Dominic. Suri sih ngakunya gitu, tapi mana ada sih cowok cewek cuma temenan. Pasti ada yang naruh perasaan. Tapi kak Gala masih percaya sebelum akhirnya dia tahu kalau ternyata mereka ada hubungan dan akhirnya kak Gala mutusin itu cewek."

"Tapi katanya mereka nggak bisa nikah karena …." Kalimat Bulan terpotong karena Tsamara lebih dulu menyahut.

"Karena wasiat soal nikah sama janda? Kalau alasannya itu mana mungkin si Galatron sampai pernah bertengkar sama Oma karena ingin melepas warisan," ucap Tsamara.

Sementara mereka masih asyik berbincang sambil menerima perawatan, laki-laki yang mereka bicarakan saat ini sedang bingung dirumah.

Gala ragu haruskah menyusul adik dan istrinya, atau membiarkan mereka menikmati waktu bersama.

"Kenapa nggak ada satu pun dari mereka yang ngabarin kalau udah sampai? Jangan-jangan bocah itu membuat Bulan celaka."

Gala membayangkan hal yang tidak-tidak. Dari mulai Tsamara menerobos lampu merah lalu kena tilang, sampai mobil terjun bebas dari parkiran.

"Tidak bisa! Aku harus menyusul mereka."

Gala memilih turun, dia cemas karena baik Tsamara dan Bulan sama-sama mengabaikan panggilan darinya. Wajah Gala yang bingung membuat Kelana yang berpapasan di bawah sampai mengerutkan kening.

"Kamu kenapa, Ga? Masih mikirin istri sama adik kamu?" Tanya Kelana yang terlihat mengenakan polo shirt dan celana pendek.

Dari penampilannya Gala tahu sang papa pasti akan pergi olahraga.

"Ayo pergi main tenis saja sama papa!" Ajak Kelana.

Gala yang awalnya hanya diam pun menjawab,"Nggak aku lagi malas, Papa main aja sendiri."

"Nggak bisa! Papa pikir kamu harus ikut, ini penting karena Papa bermain dengan salah satu pengusaha yang harus kamu dekati," ucap Kelana. "Kamu nggak perlu terlalu khawatir sama istri dan adikmu. Nggak baik kalau Bulan sampai ngerasa kamu kekang," imbuhnya.

_
_
_

Like
Komen

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now