Bab 20 : Jujur Atau Sandiwara

584 96 61
                                    

Tak hanya duduk, suaminya itu ternyata sedang menatap tajam Oliv. Bulan masih mematung di posisinya, dia tak menyangka kalau Gala tahu tentang apa yang Oliv lakukan kepadanya tadi. Pria itu marah, bahkan terdengar sangat over protective hingga Bulan pun sulit membedakan apakah Gala jujur atau hanya bersandiwara.

“Apa kamu ingin dipecat? Aku mungkin bukan bosmu tapi aku bisa melakukan hal yang lebih gila dan mengerikan dari bosmu."

Ancaman Gala membuat semua orang terdiam. Beberapa ikut takut, beberapa malah mendengarkan dan merasa apa yang dilakukan Gala untuk membela Bulan sangatlah keren.

“Saya tidak sengaja.”

Oliv masih membela diri. Bulan pun hendak mendekat, tapi tangannya ditahan oleh salah satu temannya yang berpikir bahwa gadis itu memang harus diberi pelajaran.

“Di sini ada CCTV 'kan? Apa kita harus mengeceknya bersama-sama? Kalau sampai tangan mulus istriku kenapa-napa, aku tidak akan segan memasukkan tanganmu ke dalam penggorengan berisi minyak panas.”

Tak hanya Oliv, Bulan sampai menelan ludah mendengar apa yang baru saja Gala ucapkan.

“Saya benar-benar tidak sengaja, Pak.”

“Kapan aku menikah dengan ibumu?” Bentak Gala. “Kamu pikir aku buta? Baperan? Si buta yang baperan? Ha?”

Bulan mengulum senyum, ada perasaan aneh yang menggelitik dadanya melihat Gala seperti mati-matian membelanya. Sungguh indah jika saja Gala adalah kekasihnya dan mereka memiliki perasaan cinta yang sama.

“Bulan, apa yang kamu pikirkan? Apa kamu sudah gila?” gumam Bulan di dalam hati, dia bahkan hendak memukul kepala tapi sadar tangannya sedang sakit.

“Awas saja kamu berani berbuat hal seperti itu lagi ke istriku!” Gala membuat gerakan mengusir dengan dagu.

Setelahnya Oliv pun berjalan pergi menuju dapur kedai, dia sadar tatapan mata semua orang kini tertuju padanya, hingga saat berpapasan dengan Bulan, gadis itu menatap sang rekan kerja dengan kesal.

Bulan tak peduli dengan sikap Oliv yang judes, dia langsung mendekati Gala dan mengeluh kenapa pria itu malah sudah datang, padahal dia bilang jangan datang saat jam makan siang.

“Kedai sedang ramai, aku tidak bisa kamu ajak pergi sekarang.”

Namun, bukannya menjawab, Gala malah mencekal pergelangan tangan Bulan untuk melihat apakah kulit istri bayarannya itu terbakar. Beruntung hanya sedikit merah.

“Tidak apa-apa, aku sudah memberinya salep,”kata Bulan. “Jangan sok perhatian, kamu terlihat semakin tampan jika begini,”gumamnya di dalam hati.

Bulan sampai harus meneguk saliva. Diam-diam di dalam hati gadis itu sudah menandai Gala sebagai tipenya.

“Ayo kita pergi!”

Mata bulan membeliak lebar saat Gala berdiri dan menggelandangnya pergi seperti biasa.

Namun, kali ini ada yang sedikit berbeda. Bulan tidak perlu kembali lagi untuk mengambil tas, karena saat Bulan menoleh sambil menunjuk-nunjuk kedai, temannya lebih dulu berlari untuk menyusulkan tas dan cardigan yang tadi dia kenakan.

“Terima kasih,” ucap Gala. Ia tersenyum lalu membaca nametag yang ada di dada teman istrinya itu. “Kamu pasti bestienya.”

Bulan tak bisa berkata-kata, Gala membuka pintu lalu mendorongnya masuk ke dalam. Bulan hanya bisa membuka kaca jendela lalu meminta temannya yang bernama Amel itu untuk menyampaikan izinnya..

“Kamu sungguh keterlaluan, jika begini terus aku jelas harus menulis surat pengunduran diri segera, aku tidak enak dengan teman-temanku.”

Bulan cemberut, tapi setelahnya dia kaget karena Gala menguncupkan bibirnya yang sedang manyun dengan tangan.

“Dasar cerewet! Kalau mau resign ya resign saja, tidak perlu seolah-olah ini semua karena aku, lagipula tidak baik bekerja di bawah tekanan.”

“Siapa yang bekerja di bawah tekanan?”

“Apa tadi bukan di bawah tekanan? Kamu bisa-bisanya hanya diam saat disakiti temanmu,” cerocos Gala. “Seharusnya yang boleh menyakitimu hanya aku,”gumamnya dengan nada lirih.

“Apa yang kamu bilang tadi?”

Tak diduga Bulan bisa mendengar sekilas ucapan Gala. Bulan berharap pria itu mau mengulanginya tapi malah membuang muka keluar jendela.

“Aku tidak bicara, cuma sedang kumur-kumur.”

Jawaban Gala yang terdengar sedikit ketus itu membuat Bulan berpikir, kenapa Gala malah sewot.

“Kata mas Suga kamu punya darah tinggi, awas nanti kumat! Kalau kamu mati, jelas sepupumu itu yang akan mendapat semua warisan buyutmu.” Bulan membuang muka setelah bicara, dia tak menyangka Gala akan merespon dengan nada bicara rendah.

“Aku hanya tidak suka kamu diperlakukan seperti tadi, aku tidak suka melihat orang yang dekat denganku mendapat kesulitan.”

“Biar saja Tuhan yang membalas, terkadang tidak semua hal yang melukai kita butuh dibalas,” jawab Bulan.

“Hidup ini keras Bul, kalau kamu tidak melawan maka kamu yang akan jadi bulan-bulanan. Jangan pernah kamu diam lagi saat diperlakukan seperti tadi. Aku tidak suka!”

Bulan diam, untuk sejenak dia berpikir mungkinkah Gala menyukainya, atau hanya menganggapnya adik karena umurnya dan Tsamara tak terlalu jauh berbeda.

“Tapi kejahatan bisa kalah dengan kebaikan.”

“Ha … ha … ha.” Gala berpura-pura terbahak. “Kamu pasti terlalu sering menonton sinetron di saluran burung berenang,” sindirnya.

Bulan tak lagi membantah, dia duduk tenang menatap ke depan, sampai akhirnya mereka sampai di sebuah bank. Bulan heran ternyata sudah ada Suga di sana. Ia pun menoleh Gala, ingin sekali dia bertanya kenapa Gala tak meminta Suga saja yang menjemputnya tadi.

“Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, aku menjemputmu agar orang tahu siapa dirimu, aku nasabah prioritas di sini, jadi kita tidak perlu antri.”

Gala berjalan cepat mendahului Bulan, dan istrinya itu pun buru-buru mengejar. Mereka pun dipersilahkan untuk masuk ke sebuah ruangan tersendiri. Bulan sendiri bisa menebak kalau Gala pasti ingin membukakan tabungan untuk bayarannya sebagai istri abal-abal.

“Berikan juga credit card ke istriku!” Titah Gala dengan sangat enteng ke pegawai bank.

“Baik, Pak Gala. Ngomong-ngomong apa Anda tidak sekalian ingin membuka tabungan masa depan untuk anak?”

Pertanyaan pegawai itu membuyarkan lamunan Bulan yang sejak tadi diam memandang segala proses pembukaan rekening yang terjadi.

“A-a-anak?” Tanya Bulan terbata-bata.

_
_
_

Komen 🤣🤣🤣

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now