Bab 25 : Mabuk

571 87 32
                                    

Malam itu Gala pulang sangat larut. Ternyata setelah menemui Tsamara di asrama, dia pergi minum dan pulang dalam kondisi setengah mabuk.

Saat Gala baru saja masuk ke kamar, Bulan tampak belum tidur. Gadis itu masih harus belajar untuk mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Meski melihat Gala masuk, tapi Bulan tidak sadar kalau suaminya itu sedang mabuk, sehingga dia pun mengabaikannya begitu saja.

Gala membuka bajunya tanpa memedulikan keberadaan Bulan di sana. Dia berjalan ke arah kamar mandi, dan menabrak pintunya dengan keras tanpa membukanya lebih dulu. Tubuhnya pun terhuyung sampai mundur ke belakang.

Bulan kaget dan menoleh, dia melongo melihat Gala menggeleng, tapi hanya berpikir pria itu pusing karena baru saja menabrak pintu. Meski begitu Bulan pun buru-buru mendekat untuk melihat kondisi Gala.

“Kamu kenapa?” tanya Bulan yang sudah berdiri di depan Gala, sambil memperhatikan wajah pria itu.

Gala melengos dan terlihat cuek, hingga Bulan mencium aroma alkohol dari napas pria itu.

“Kamu mabuk ya?”

“Ga mabuk, orang cuma minum dikit,” jawab Gala.

“Lah, kalau ga mabuk, kenapa pintu kamar mandi kamu tabrak?” tanya Bulan karena Gala mengelak.

Gala memilih tak menjawab pertanyaan Bulan, dia malah menyingkirkan tubuh gadis itu agar tidak menghalangi jalan, lalu masuk ke kamar mandi.

Bulan sendiri merasa was-was, bayangan di kepalanya begitu seram. Ia takut kalau Gala terpeleset di dalam dan jatuh, kemudian terjadi apa-apa, sehingga dia memutuskan menungggu di depan pintu untuk memastikan pria itu benar-benar mandi.

Bulan menempelkan telinganya di daun pintu, hingga mendengar suara gemericik air dari dalam.

“Lebih baik aku buatkan teh jahe panas untuknya, siapa tahu kondisinya akan lebih baik setelah minum itu,” gumam Bulan.

Ia pun keluar dari kamar dan turun ke dapur untuk membuat minuman yang baru saja dipikirkan. Bulan membuatnya sendiri, karena tentu saja semua pembantu rumah sudah beristirahat di jam itu. 

Setelah selesai, Bulan lantas bergegas kembali ke kamar dengan secangkir teh jahe di tangan.

Saat baru saja menutup pintu kamar, Bulan mendapati Gala keluar dari kamar mandi, dan dengan santainya berganti baju di depannya.

Bulan pun melongo dan mematung melihat kelakuan Gala. Pria itu benar-benar mengabaikan keberadaannya di sana, seolah dirinya adalah mahkluk tak kasat mata.

Setelah berganti pakaian, Gala pun merebahkan tubuh di atas ranjang. Bulan pun berdeham untuk mengurai rasa canggung, lantas mendekat dan menaruh cangkir yang dibawa di nakas dekat Gala berbaring.

“Aku buatkan teh jahe, diminum dulu agar sedikit menghilangkan rasa mabukmu,” ucap Bulan.

Setelah mengatakan itu, Bulan pun memilih kembali belajar, tapi ternyata dia tidak bisa berkonsentrasi. Dia sesekali melirik Gala yang berbaring, melihat pria itu tidak bergerak sama sekali, membuat Bulan berpikir kalau Gala sudah tidur.

Namun, ternyata pria itu belum tidur, Gala membalikkan badan lalu memandang langit-langit kamar, memikirkan warisan Nenek Gayung.

“Bagaimana jika semua yang aku lakukan ini percuma. Aku sudah berpura-pura menikah dan ujung-ujungnya tidak mendapatkan warisan.”

Bulan terkejut mendengar Gala bicara seperti itu. Ia pun akhirnya memilih mendekat dan duduk di tepian ranjang.

“Ya, kalau begitu ceraikan saja aku,” jawab Bulan.

Gala menoleh dengan mata menyipit memandang wajah istrinya, hingga kemudian berkata, “Enak saja! Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk biaya kuliahmu, aku tidak mau kalau samapi tidak dapat apa-apa.”

Bulan mengerutkan dahi mendengar ucapan Gala, hingga pria itu bangun dan membuat Bulan terkejut.

Gala mengangkat tangan, lantas menunjuk-nunjuk dada Bulan.

“Kalau begitu, bayar saja pakai tubuhmu,” ucap Gala melantur.

Bulan berjengkit dan langsung menjauh, dia takut diapa-apakan oleh Gala.

“Kamu jangan macam-macam.” Bulan bicara sambil menunjuk ke Gala dengan mata melotot.

“Tidak bisa. Aku sudah keluar uang banyak, jadi kamu juga harus membayarnya sebagai bentuk timbal balik,” ujar Gala.

“Apaan, kamu tahu tidak? Di sini aku yang paling dirugikan tahu, bayangkan jika aku menjadi janda dua kali, apa kata orang kampung nanti. Lagi pula aku juga sudah keluar dari kedai bakmi seperti apa yang kamu minta. Jadi kamu juga harus tanggung jawab, jangan sampai membuat hidupku makin kacau!” protes Bulan.

“Yang mengacaukan hidup kita ini Nenek Gayung!”

Gala tiba-tiba langsung bangun dan berjalan cepat menuju pintu. Bulan mengerjapkan mata kebingungan. Ia tahu Gala sedang mabuk lantas mengejar pria itu.

“Kamu mau ke mana? Ini sudah malam!"

“Mau keluar, mau memberi perhitungan ke Nenek Gayung.” Gala menjawab tanpa menoleh. Pria itu melangkah tergesa-gesa menuju tangga.

Bulan terpaksa ikut mempercepat langkah untuk mengejar kemudian menghentikan Gala.

“Nenek Gayung ‘kan sudah mati, sudah di kuburan,” ucap Bulan mengingatkan.

“Aku tidak peduli, pokoknya aku harus membuat perhitungan dengannya, meski dia di kuburan!”

Bulan panik kemudian menarik tangan Gala agar tidak pergi.

“Udahlah, ini sudah malam. Kamu jangan membuat rusuh, apalagi di kuburan.” Bulan menarik dan ingin membawa Gala kembali ke kamar.

Karena suara ribut di luar, Hana dan Kelana pun sampai terbangun. Mereka keluar kamar dan keheranan melihat Gala dan Bulan yang sedang tarik-menarik.

“Sedang apa kalian malam-malam begini?” tanya Kelana.

Bulan menoleh dan menjawab, di sengaja memasang muka memelas agar sang mertua membantunya.

“Mas Gala ngelindur, dia mau pergi ke kuburan nenek Gayung.”

"Apa?"

_
_
_

Komen
Vote

Mamacih

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now