Bab 31 : Kepo Atau Mulai Perhatian

464 77 31
                                    

Gala terkejut bukan kepalang mendengar nama pemesan anting itu adalah Dominic. Dia heran, jika anting itu dibeli dan dipesan khusus oleh Dominic, lantas kenapa Suri memberikannya ke Bulan.

Gala terlihat kesal, hingga kembali bicara ke manager toko.

“Ya sudah, pokoknya aku mau anting itu di antar ke kantorku saja. Sekretarisku akan menghubungi kalian, jangan menggangguku lagi!”

Gala mengakhiri panggilan itu, di saat yang bersamaan Bulan tampak keluar dari kamar mandi dan terlihat lebih segar.

“Aku sudah minta bibi siapkan makanan hangat. Makanlah dulu,” kata Gala. Dia lantas berjalan ke sofa dan duduk di sana. "Sebentar lagi pasti datang," imbuhnya.

Bulan sendiri hanya menuruti ucapan Gala. Ia mendaratkan pantatnya di sofa dan menunggu pembantu rumah mengantar makanan yang disebutkan suaminya.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu, pembantu rumah tampak masuk sambil membawa makanan dan meletakkannya ke meja. Bulan sendiri hanya diam melihat sepiring nasi lengkap dengan lauk, juga ada sup dan secangkir teh.

"Terima kasih, Bi!" Ucap Gala karena Bulan malah tampak melamun.

Hingga gadis itu berdiri dan mengejar Bibi pembantu hanya untuk mengucapkan terima kasih.

"Ah ... Non Bulan jangan begitu!" kata pembantu yang sungkan.

Bulan pun tersenyum, dia kembali mendekat ke sofa kemudian bertanya ke Gala.

“Kamu tidak makan?”

“Aku gampang, yang penting kamu makan dulu,” jawab Gala.

Gala sengaja menunggu dan memastikan Bulan menyantap makanannya sampai habis.

Bulan pun mulai makan dengan lahap karena lapar, sampai dia merasa aneh karena Gala terus menatapnya. Bulan sampai berdeham, tapi Gala masih terus memandangnya.

“Apa ada yang aneh? Apa cara makanku jelek?” Bulan bertanya-tanya dalam hati.

Bulan sampai menengok ke piring, bawah, dan samping tempatnya duduk, tapi tidak ada apa pun yang terlihat aneh dan mencurigakan.

“Ada apa? Kenapa kamu menatapku begitu?” tanya Bulan keheranan.

“Ga ada apa-apa,” jawab Gala dengan santai. “Sudah, lanjutkan saja makanmu,” imbuh Gala.

Bulan mengerutkan alis, hingga akhirnya memilih kembali menyantap makanannya.

“Bagaimana dengan rencanamu membuka kedai Bakmi?”

Bulan melirik Gala setelah mendengar pertanyaan itu, dia menelan makanan yang baru saja dikunyah, kemudian terlihat antusias untuk menjawab.

“Ya seperti sebelumnya. Aku ingin menjual bakmi yang harganya bisa dijangkau oleh masyarakat umum, tapi rasanya tidak kalah dengan bakmi restoran bintang lima,” jawab Bulan penuh semangat dan menggebu.

Wajahnya bahkan semringah karena senang, tapi kemudian mendadak suram dan membuat Gala kembali keheranan.

“Kenapa lagi?”

“Modal untuk buka kedai bakmi itu rencananya ‘kan hasil jual anting dari Suri, tapi aku malah dituduh mencuri, lalu bagaimana sekarang?” Jawab Bulan sambil tertunduk lesu.

“Sudah, tidak usah memikirin hal itu lagi, jangan sedih hanya karena diremehkan orang,” ujar Gala menjelaskan.

Bulan pun mencoba tenang, tapi masih memikirkan tentang nasibnya karena anting itu tampaknya akan susah untuk dijual.

“Ada hal yang lebih penting yang perlu diurus, kita harus berkumpul mendengarkan isi wasiat lanjutan dari Nenek Gayung, karena pengacaranya sudah kembali dari Afrika,” ujar Gala kemudian.

Bulan masih menekuk bibir, tapi dia mengangguk lemah dan pasrah.

“Sudah, habiskan makananmu!”

Bulan pun melanjutkan makan, sedangkan Gala tampak sibuk bermain dengan ponselnya. Ternyata pria itu mengetik pesan untuk dikirimkan ke Suri.

[Aku ingin bertemu denganmu.]

Di rumahnya, Suri terkejut mendapat pesan dari sang mantan. Sudah lama Gala tidak menghubunginya. Ia pun mengerjabkan mata mencoba memastikan

[Ada apa?]

Suri membalas pesan Gala, hingga kembali mendapatkan balasan.

[Ada hal yang ingin aku bahas denganmu.]

Suri heran dan bingung, tapi kemudian kembali membalas pesan Gala dan setuju untuk bertemu dengan pria itu.

Setelah makan, Gala dan Bulan sama-sama duduk bersandar di headboard ranjang. Gala melirik Bulan yang sedang asyik bermain dengan ponsel. Meski Gala sendiri juga sedang bermain ponsel, tapi dia juga penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Bulan.

Diam-diam Gala pun melirik dan berusaha melihat apa yang sedang dilihat istrinya.

Bulan ternyata sibuk berselancar di dunia maya, tanpa Gala tahu gadis itu ternyata menyadari kalau sang suami sedang mencuri lihat ponsel miliknya.

Tanpa menoleh, Bulan pun melontarkan pertanyaan.

“Kenapa lirik-lirik? Kamu mau apa? Kepoin aku ya?” Bulan menoleh setelah melontarkan kalimat itu, matanyanya meyipit curiga melihat Gala yang memang memandang ke arahnya.

Gala berdeham, bahkan berpura-pura menggeser posisi duduk agar nyaman.

“Mana mungkin aku kepo. Aku hanya tidak sengaja duduk sedikit miring ke arahmu,” elak Gala.

Bulan memajukan bibirnya, tentu saja dia tidak percaya begitu saja dengan alasan Gala.

“Aku benar-benar penasaran, apa isi wasiat tanbahan Nenek Gayung.” Gala terlihat berpikir serius. Ia merasa sedikit kesal karena buyutnya itu meminta hal yang aneh-aneh.

“Ya, tunggu saja sampai pengacaranya membacakan lanjutan wasiat itu, ga usah dipikir berlebihan dulu,” ucap Bulan dengan santainya.

“Bagaimana kalau isinya aneh dan semakin membuatku susah?” tanya Gala takut akan isi wasiat itu. Menikah dengan janda saja sudah membuatnya pusing, apalagi jika harus melakukan syarat lain yang lebih dari itu.

“Tenang saja! Lagipula coba pikir lagi yang susah itu bukan hanya kamu, sepupu yang paling kamu sayangi itu juga pasti akan dibuat pusing,” ucap Bulan dengan santai.

"Sayangi apa? Aku benci padanya!" Jawab Gala dengan bersungut-sungut.

_
_
_

Komen ya gengkuh

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now