Bab 64 : Nyangkut

301 36 2
                                    

Hari berikutnya. Tsamara tampak turun dari taksi lantas berjalan masuk gerbang menuju ke rumah. Gadis itu melangkah sambil bersenandung lirih hingga masuk ke rumah.

Tsamara mengedarkan pandangan, heran karena rumah sangat sepi, bahkan Hana pun tidak terlihat menampakkan diri.

“Mama ke mana,” tanya Tsamara ke salah satu pembantu yang kebetulan berpapasan dengannya.

“Oh … Nyonya sama Tuan pergi ke Jogja Non,” jawab pembantu.

Tsamara terkejut mendengar jawaban itu bahkan dahinya sampai berkerut halus.

“Ngapain mereka ke Jogja?” tanya Tsamara lagi.

Pembantu ingin menjawab, tapi dari arah belakang Tsamara, Dinar sudah lebih dulu menjawab.

“Nyari Gala."

Tsamara pun menoleh sambil menatap Dinar bingung.

“Memangnya si Galatron kenapa sampai harus dicari?” tanya Tsamara keheranan.

“Kakakmu itu pergi sama Bulan ga pamit. Jadi mama dan papamu nyusul mereka buat mastiin kalau beneran ada di Jogja,” jawab Dinar menjelaskan.

“Ish … apa-apaan mereka? Masa liburan aku tidak diajak dan ditinggal sendiri,” gerutu Tsamara yang kesal.

“Gala itu pergi karena minggat, bukan liburan. Ini salah oma juga yang terlalu memaksa Gala dan Bulan agar segera punya anak,” ujar Dinar sambil mengakui kesalahannya sendiri.

Tsamara pun diam memandang Dinar yang sedih, hingga neneknya itu kini kembali menatap dirinya.

“Menurutmu, apa oma egois?” tanya Dinar berharap mendapat jawaban jujur dari Tsamara.

“Iya memang.” Tsamara pun menjawab jujur sesuai harapan Dinar.

“Oma itu berdosa banget karena sudah memperlakukan Kak Gala seperti sapi yang terpaksa dikawinin agar punya anak,” ujar Tsamara kemudian.

“Siapa yang nganggap kakakmu seperti itu!” Dinar marah mendengar tuduhan Tsamara. “Oma itu hanya ga mau kalah dari si Tatang saja, enak saja cucunya yang dapat warisan Nenek Ayu, lagian Gala nikah 'kan karena cinta sama Bulan bukan dijodohin kayak sinetron ikan terbang,” ujar Dinar kemudian.

Tsamara menghela napas kasar mendengar ucapan sang nenek, padahal meskipun Gala menikah dengan Bulan merupakan pilihannya sendiri, tapi tetap saja tak mengelakkan keinginan Dinar agar mereka segera punya anak.

“Kalau sudah begini, mending kamu saja yang dapat warisan. Tanpa syarat macam-macam, yang penting bukan keluarga Tata yang dapat. Jangan sampai dia lebih kaya dari Oma.” Dinar tanpa sadar secara tidak langsung memberitahu Tsamara kalau sejatinya tidak terima jika Tata mengalahkan dirinya.

Tsamara melongo tak menyangka jika ternyata sang Oma hanya tidak terima dikalahkan karena harta.

“Seharusnya Oma ga boleh gitu. Harta juga ga dibawa mati,” ujar Tsamara menasihati.

“Memang benar uang ga bisa dibawa mati, tapi tanpa uang juga kita bisa mati,” balas Dinar.“Kamu belum tahu bagaimana susahnya mencari uang. Kalau kamu sudah tahu, pasti ga bakal ngomong kayak gini,” ujar Dinar lagi.

Mendengar apa yang dikatakan Dinar, entah kenapa membuat Tsamara kesal. Dia menghubungi Hana, tentu saja untuk mengadukan apa yang didengarnya dari mulut sang Oma.

“Ma, aku ini sebenarnya anak pungut, kan? Makanya aku ditinggal dan ga dipedulikan!” Tsamara langsung marah-marah sesaat setelah panggilannya diterima oleh Hana.

“Anak pungut bagaimana? Kamu ini ngomong apa?” tanya Hana kebingungan.

“Kalau memang benar aku anak pungut. Sudah, kembalikan saja aku ke panti asuhan tempat aku diadopsi!” Tsamara tidak menjawab pertanyaan Hana dan memilih berbicara sesukanya.

Terjerat Cinta Istri BayaranHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin