Bab 16 : Obat Panu?

679 103 52
                                    

“Pernikahan Gala itu dadakan, nanti kalau dia ngadain pesta juga kamu dijemput,” ujar Hana membalas protes Tsamara.

Gadis itu diam sambil menggelembungkan pipi, tetap saja itu tidak bisa terima. Apalagi dia merasa sudah akrab dengan Bulan.

“Tidak bisa, aku mau marahin dia karena tidak menjemputku pulang, lagi pula kenapa harus nikah mendadak.”

Tsamara ingin mencari sang kakak dan memarahi, tapi langkahnya dihadang lebih dulu oleh Hana.

“Udah ada oma kamu yang gangguin Gala, kamu ga usah ikutan.” Hana pun menarik tangan Tsamara lantas mengajaknya turun ke lantai bawah.

“Kamu pasti belum makan, ayo makan saja dulu,” kata Hana sambil terus mengayunkan langkah menggandeng tangan sang putri.

Tsamara pun ikut saja ajakan Hana, lagi pula dia juga mau membahas tentang keinginannya untuk pindah dari asrama karena bosan.

Sementara itu Dinar sudah sampai di depan kamar Gala. Dia pun mengetuk pintu, hingga beberapa saat kemudian pintu dibuka dan Bulan berdiri di hadapannya.

Dinar pun tampak terkejut melihat penampilan Bulan, kenapa wanita itu malah memakai piyama biasa di malam pertama pernikahan, padahal dia mengira kalau Bulan akan memakai baju tidur seksi.

“Kamu datang bulan?” tanya Dinar dengan nada yang tak sesuai. Sontak saja Bulan yang mendengar keheranan.

“Lah, Bulan tadi mau pulang dilarang mama, Oma." Bulan menjawab sambil mengerutkan kening.

Dinar terkejut mendengar jawaban Bulan, hingga terlihat kesal. “Kamu ini memang suka bercanda.”

Bulan malah bingung, apanya bercanda. Sepertinya mereka miskomunikasi, hingga akhirnya Bulan membiarkan saja.

Dinar sendiri tidak mau banyak bertanya, lantas memilih memberikan krim MAK WAR yang dibawanya langsung ke tangan Bulan.

Bulan pun dibuat bingung, kenapa dia diberi barang dengan wadah mirip salep kudis merek 69.

“Ini buat apa Oma?” tanya Bulan sambil memperhatikan krim di tangannya.

“Ini pakai biar ehem,” jawab Dinar, sebelum kemudian pergi begitu saja meninggalkan Bulan.

"Oma, aku 'kan ga panuan," gumam Bulan yang masih bingung.

Dinar berpikir jika Bulan sudah tahu tentang kegunaan krim Mak War karena sudah terkenal seantero jagad, tapi siapa sangka jika Bulan sama sekali tidak paham.

Bulan pun masuk membawa krim itu, hingga Gala yang sedang duduk di meja kerjanya pun memperhatikan Bulan, lantas bertanya, “Oma ngapain?”

“Ini, oma kamu kasih sejenis obat panu. Emangnya aku panuan apa?” tanya Bulan setelah menjawab pertanyaan Gala.

Gala pun bingung, lantas menjawab, “Oma ngaco paling, maklum udah bau tanah."

_

Di ruang makan. Tsamara pun melancarkan aksinya untuk meminta Hana agar mau memindahnya ke sekolah lain. Dia sudah menyebutkan banyak alasan ke wanita yang melahirkannya itu, tapi belum mempan juga.

“Boleh ya, Ma. Aku beneran sudah ga betah di sana,” rengek Tsamara agar Hana mau mengabulkan permintaannya.

“Ini sudah nanggung, kamu itu sebentar lagi mau lulus, buat apa pindah sekolah,”  tolak Hana.

“Ga papa pindah, Ma. Ada kok yang pindah meski hampir ujian. Pindahin aku ya, Ma.” Tsamara pun terus merengek, tapi Hana tetap pada keputusannya.

Saat Tsamara masih terus membujuk Hana, Dinar datang dan Tsamara pun berniat minta dukungan dari sang oma. Meski cucu kesayangan Dinar hanyalah Gala, tapi Tsamara tetap menyayangi neneknya itu.

“Oma, bantu aku bujuk Mama agar mau mindahin aku ke sekolah lain. Aku benar-benar tidak betah di sana,” ucap Tsamara meminta bantuan Dinar.

“Udah, kamu ini ga usah ngadi-adi. Sudah bener di asrama biar ga terkena pergaulan bebas, malah mau pindah sekolah.” Bukannya membela, Dinar malah ikutan menolak keinginan Tsamara.

Tsamara pun terlihat kesal hingga akhirnya marah. “Kalian memang ga adil. Udah bagian warisan dari nenek gayung kecil, masih juga ga ada yang peduli dengan perasaanku.”

Tsamara bicara begitu dramatis karena kesal kepada dua orang yang ada di hadapannya sekarang ini. Dia pun akhirnya pergi menuju kamar meninggalkan nenek dan ibunya.
Saat baru saja sampai di lantai atas. Tsamara berpapasan dengan Bulan yang ternyata keluar untuk mengambil minum. Bulan melihat Tsamara yang terlihat kesal dan tampak sewot, sehingg dia pun bertanya ke adik iparnya itu.

“Kamu kenapa?” tanya Bulan sambil menatap heran ke Tsamara yang tidak terlihat seperti terakhir kali saat mereka bertemu.

“Aku lagi kesel,” jawab Tsamara sambil melipat kedua tangan di depan dada, bahkan memalingkan wajah dari Bulan.

Bulan sadar jika adik iparnya itu masih sangat labil, hingga dia pun bertanya, “Apa kamu butuh teman curhat?”

Tsamara menoleh dan menatap Bulan, hingga akhirnya menganggukkan kemudian mengajak Bulan ke kamarnya.

Saat sampai di kamar Tsamara, Bulan pun kaget melihat kamar gadis itu yang sangat bagus. Dia bahkan tidak percaya kalau ada kamar seperti milik Tsamara, sangat berbeda dengan kamarnya yang hanya berisi kasur, lemari, dan meja rias.

“Ini beneran kamar? Bagus banget,” gumam Bulan.

Kamar Tsamara tidak hanya berisi kasur, meja, dan lemari, tapi ada kamar tamu kecil, televisi besar, bahkan walk in closet. Bulan semakin terkejut karena melihat kulkas kecil di sana. Saat Tsamara membuka kulkas itu, terlihat isi di dalamnya penuh dengan air mineral, susu, juga camilan.

“Jadi anak perempuan di keluarga ini tuh ga enak,” ucap Tsamara sambil memberikan air mineral dan camilan ke Bulan.

“Di sini yang dinomorsatukan anak laki-laki. Apa-apa si Galatron, bukankah seharusnya aku yang dimanja, kenapa malah dia, aku menderita sekali, ga bisa jadi tuan putri seperti yang ada di dongeng-dongeng,” imbuh Tsamara dengan ekspresi wajah kesal.

Bulan melongo mendengar cerita Tsamara. Apa yang dilihat dan didengar jelas berbeda, bagaimana bisa Tsamara berkata tidak jadi tuan putri, sedangkan semua fasilitas yang didapat itu sangat lengkap dan mewah.

“Besok kalau Kakak mau punya anak, lebih baik progam anak laki-laki saja, biar hidup Kakak lebih terjamin,” ucap Tsamara kemudian.

“Iya.”

Bulan hanya mengangguk dan mengiakan saja ucapan Tsamara.
Mereka pun akhirnya mengobrol bersama, sampai tidak sadar jika malam sudah semakin larut hingga keduanya malah ketiduran.

Di sisi lain. Gala yang baru saja menyelesaikan pekerjaan pun dibuat bingung karena Bulan tidak kunjung kembali ke kamar.

“Ke mana dia? Apa dia nyasar salah kamar? Atau jangan-jangan nyebur kolam lalu tenggelam.” Gala merasa merinding dan takut sendiri jika apa yang ada dipikirannya benar terjadi.

Pria itu pun merasa galau, hingga kemudian buru-buru keluar untuk mencari Bulan. Saat baru saja sampai di bawah, dia bertemu dengan Hana dan langsung ditanya.

“Mau ke mana, Ga?”

“Bulan ke mana, Ma?” Gala bertanya balik dan membuat Hana keheranan. Ia kemudian menjawab-

“Mana mama tahu, bukankah sejak tadi di kamar sama kamu?”

“Bulan ga ada di kamar, tadi bilang mau ambil minum tapi ga balik-balik. Dia hilang.”

"Apa? Hilang?" Hana terperanjat tak percaya.

_
_
_

MAHAHIYA : Tenang, Bulan ga diculik wewe gombel kok 🤣🤣🤣

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now