Bab 17 : Malam Pertama

1K 97 54
                                    

Hana  pun meminta pembantu untuk ikut mencari Bulan, mereka mencari di setiap sudut rumah, halaman, sampai setiap kamar pun dicek tapi tidak mendapati keberadaan Bulan.

“Di mana dia? Mana mungkin dia pulang ke kosnya, kalau pun keluar dari rumah, seharusnya satpam juga lihat,” kata Hana yang ikut pusing karena tidak menemukan Bulan.

“Lagian buat apa dia kabur.” Meski Gala ragu, tapi yakin jika Bulan tidak akan melanggar kontrak yang sudah disepakati.

Hana dan Gala pun berpikir, pembantu juga sudah kebingungan mencari. Hingga Hana tiba-tiba saja teringat Tsamara, lantas menatap Gala dan membuat putranya itu bingung.

“Ada apa, Ma?” tanya Gala.

“Kenapa mama ga kepikiran ke sana,” jawab Hana dengan ekspresi wajah bodoh.

“Ke sana, ke mana?” tanya Gala bingung.

“Tsamara, bisa jadi Bulan di sana. Tsamara ‘kan pulang dari asrama karena denger kamu nikah,” jawab Hana menjelaskan.

Hana tidak berpikir dan mengecek kamar Tsamara karena putrinya itu memang tidak mau daerah teritorialnya terganggu. Namun, demi mencari Bulan, Hana harus mengecek ke kamar Tsamara untuk memastikan.

Dinar yang juga ikut bingung karena Bulan hilang, ikut bersama Hana dan Gala menuju kamar Tsamara. Benar saja, saat pintu dibuka dan masuk, mereka menemukan Bulan di sana sedang tidur bersama sang adik ipar.

“Nah ‘kan bener, untung saja kita cek dulu, coba lapor polisi, apa ga malu,” gumam Hana sambil menggelengkan kepala pelan.

Melihat Bulan tidur di sana, Dinar pun menyeletuk, “Kalau begini ceritanya, bisa jadi judul sinetron ‘Malam Pertamaku Berakhir Tidur Bersama Adikku’, baguskan?” 

Hana menoleh ke Dinar dengan mimik wajah serius, hingga merasa jika apa yang dikatakan oleh mertuanya itu benar.

“Ya sudah kalau dia tidur di sini, biarkan saja. Aku hanya cemas kalau dia itu tenggelam atau kenapa-napa,” ujar Gala dengan santainya. Ia pun hendak meninggalkan kamar Tsamara setelah memastikan Bulan ada di sana, tapi langkahnya terhenti karena dihadang Hana.

“Bulan bawa balik ke kamar donk, main tinggal saja,” kata Hana.

“Ya tinggal Mama bangunin saja,” balas Gala.

Hana terkejut mendengar ucapan Gala, padahal niatnya hanya minta sang putra untuk menggendong Bulan kembali ke kamar. Balasan Gala yang seperti itu, membuat Hana curiga. Hana dan Dinar pun akhirnya menatap dengan mata menyipit.

Gala melihat dan merasakan tatapan aneh dari keduanya, hingga akhirnya Gala pun mau menggendong Bulan kembali ke kamar. Dia meraup tubuh Bulan ke gendongan, sebelum kemudian membawa keluar dari kamar Tsamara.

Saat berjalan menuju ke kamar Gala, ternyata Bulan sudah bangun sejak pria itu mengangkatnya. Dia pun merasa tak enak hati dan aneh digendong dengan cara seperti ini.

Gala masih mengayunkan langkah, dia pun sadar jika Bulan sebenarnya sudah bangun.

“Pura-pura tidur saja, jangan sampai Mama dan Oma tahu,” kata Gala.

Bulan melirik Gala, hingga kemudian berucap, “Maaf, aku ga sengaja ketiduran di kamar Tsamara.”

Gala tidak membalas ucapan Bulan karena takut Hana dan Dinar mendengar. Mereka sudah sampai di kamar dan Gala pun menurunkan Bulan.

“Maaf karena kamu harus pura-pura menggendongku,” ucap Bulan lagi karena Gala belum membalas ucapannya tadi.

“Tidak apa,” balas Gala, hingga keduanya tiba-tiba merasa canggung.

Bulan sendiri sebenarnya merasa bingung harus bagaimana. Kasur hanya satu dan dia tidak mungkin tidur satu ranjang dengan Gala.

“Kalau semua orang sudah tidur, aku akan pindah ke kamar yang disiapkan Mama,” kata Bulan.

“Tidak usah, aku tidak mau membuat mereka semakin curiga,” tolak Gala.

Bulan pun bingung, dia sadar diri akan posisinya di sana lalu duduk di sofa. Bulan sedang berpikir harus melakukan apa.

“Kok kamu duduk di situ?” tanya Gala dengan ekspresi wajah bingung melihat apa yang dilakukan Bulan.

“Aku akan tidur di sini saja. Aku hanya takut mengganggu istirahatmu kalau kita tidur seranjang,” jawab Bulan, setelah dia berpikir apa yang harus dilakukan.

“Ya sudah kalau begitu, lagian sofanya juga panjang dan lebar, jadi muat buat kamu tidur,” ujar Gala pada akhirnya.

“Besok kita pikirkan lagi harus bagaimana,” imbuh Gala.

Bulan pun setuju. Gala mengambil bantal dan memberikan ke Bulan, keduanya pun akhirnya bisa tidur malam itu.

**

Saat pagi hari. Bulan pun bangun dan terkejut melihat tubuhnya sudah berbalut selimut. Dia duduk dan memandang selimut itu, lantas menoleh dan mendapati Gala yang sudah tidak ada di ranjang. Dia pun mencari Gala di kamar, tapi sudah tidak ada pria itu di sana.

“Apa dia ada di bawah?” Bulan bertanya-tanya sendiri.

Bulan pun akhirnya memilih mandi terlebih dahulu, lantas turun dan ternyata dia memang bangun terlalu pagi di hari libur. Semua penghuni rumah belum ada yang bangun kecuali pembantu.

“Pagi,” sapa Bulan ke pembantu yang ditemuinya.

“Pagi, Non,” balas pembantu.

“Mas Gala di mana ya Mbok, apa kamu melihatnya?” tanya Bulan.

“Oh, Mas Gala kalau pagi olahraga di Gym,” jawab pembantu sopan.

Bulan mengerutkan alis mendengar jawaban pembantu. Hingga dia pun dengan bodohnya bertanya, “Memangnya Gym mana yang jam segini sudah buka?”

Pembantu itu pun terkejut mendengar pertanyaan Bulan, bahkan merasa lucu dan menahan tawa, sebelum kemudian menjawab, “Gym di rumah ‘kan tidak pernah tutup, Mbak.”

Bulan melongo mendengar jawaban pembantu, hingga merasa bodoh dan seharusnya tidak kaget akan hal itu. Bukankah bagi orang kaya memiliki tempat olahraga sendiri adalah hal yang wajar. Bulan pun penasaran, sampai akhirnya pergi menuju ke ruang Gym yang ditunjuk oleh pembantu.

Saat sampai di sana dan berdiri di ambang pintu. Bola mata Bulan melotot melihat Gala yang sedang angkat beban, tubuhnya sangat atletis dan seksi, membuat Bulan sampai menelan ludah susah payah.

"Ya ampun ya ampun." Bulan menyebut berkali-kali takut pingsan.

_
_
_
_

Vote
Komen

Terjerat Cinta Istri BayaranTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon