Bab 13 : WAR on KUA

614 99 63
                                    

Bulan terpaksa ikut Gala pergi ke rumah orangtua pria itu. Begitu sampai, Bulan benar-benar dibuat melongo karena ternyata benar ayah dan ibunya sudah ada di sana.

“Bagaimana cara dia membujuk Bapak dan Ibu ke sini? Terus, kapan juga bawa mereka ke sini, kilat sekali,” gumamnya di dalam hati.

Gala menoleh Bulan yang malah melamun, hingga dia bertanya, “Kenapa kamu malah bengong? Ga mau ketemu sama orangtuamu?”

Bulan pun berjengket tersadar dari lamunan, dia lantas menatap Gala yang sudah memandang dirinya.

“Bagaimana caramu membujuk mereka agar bisa datang secepat ini?” tanya Bulan sambil memasang wajah penasaran.

“Rahasia,” balas Gala, lantas berjalan lebih dulu.

Bulan menggelembungkan pipi, bisa-bisanya Gala berkata rahasia, padahal tinggal jawab saja. Dia akhirnya menghampiri ayah dan ibunya serta menyapa keduanya juga Hana.

“Bapak dan Ibu kenapa sudah di sini? Kenapa tidak menghubungiku dulu?” tanya Bulan saat sudah duduk.

“Bukannya ga mau kasih kabar, tapi ini juga dadakan,” jawab Pak Bathok. “Ibu dan bapak itu takut. Kamu ‘kan sudah dilamar, daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, mending nikah sekarang, mumpung Nak Gala dan keluarganya juga ngajak. Siapa tahu kamu berubah pikiran," imbuhnya menjelaskan.

“Bulan ga mungkin berubah pikiran, Pak. Tapi juga aneh saja, karena mendadak Bapak dan Ibu sudah di sini, kilat sekali. Bapak sama ibu naik apa? pesawat?” tanya Bulan lagi masih membahas kenapa keduanya sudah di kota itu.

“Iya, Nak Gala yang beliin tiket,” jawab sang ibu.

“Pantes,” gumam Bulan.

“Bapak itu hanya ga mau kalau gelar yang kamu sandang makin panjang,” ucap Pak Bathok lagi.

“Gelar apa, Pak?” tanya Bulan keheranan.

“Ya gelar jandanya. Takutnya nanti kamu tidak hanya bergelar janda, tapi juga janda ga jadi nikah. Panjangkan?”

Bulan hampir tersedak mendengar ucapan ayahnya, dia malu karena Hana yang sejak tadi mendengarkan ikut tertawa. hingga akhirnya Bulan pun pasrah. Lagi pula cepat atau lambat, dia tetap akan menikah dengan Gala meskipun hanya sebagai istri bayaran.

“Ya sudah, terserah saja.”

“Bagus, kamu ini anak penurut," Puji Pak Bathok.

Kedatangan Pria itu ke sana adalah untuk membawa surat-surat yang akan digunakan untuk pengajuan nikah ke KUA. Bulan dan Gala akan menikah sesegera mungkin, mereka menggunakan orang dalam untuk mengurus semua berkas pengajuan, agar bisa menikah dengan cepat, tentu saja semua itu tidak lepas dari uang pelicin yang diberikan Kelana.

**

Berita pernikahan Gala dan Bulan yang dipercepat pun terdengar sampai telinga Altar. Pria itu kalang kabut hingga mengamuk Tabita yang saat itu memang sedang bersamanya.

“Ini semua gara-gara kamu. Kenapa kamu tidak mau menikah denganku? Katanya kamu cinta!” Altar mengamuk karena merasa kalah cepat dari Gala.

Tabita pun bingung mendengar ucapan Altar, dia memang mencintai Altar, tapi masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Namun, saat melihat Altar marah, wanita itu terpaksa mengalah dan mengubah keputusannya.

“Jika menikah akan membuatmu senang, aku akan memutuskan kontrak kerja karena aku lebih memilihmu,” ucap Tabita agar sang kekasih bahagia.

“Kamu yakin? Kalau itu benar, kita menikah besok.”

Tentu saja ucapan Altar membuat Tabita terkejut, tapi dia pun pasrah saja asal Altar tidak lagi uring-uringan.

Setelah Tabita setuju, Altar pun buru-buru memberitahu Rafli untuk membantu mengurus pernikahan mereka. Ia tidak mau jika sampai Gala menang begitu saja dari pertarungan yang sudah mereka habiskan hampir seumur hidup.

“Kamu sudah yakin? Dia tidak akan kabur seperti di sinetron 'kan?” tanya Rafli memastikan.

“Yakin, Pa. Aku jamin kalau Tabita tidak akan mungkin kabur,” jawab Altar meyakinkan.

“Ya sudah, Papa akan membantumu agar bisa cepat menikah,” kata Rafli kemudian.

Di sisi lain, Kelana juga mendapat info jika Altar akan mendaftarkan berkas pernikahan, tentu saja dia juga tak tinggal diam dan buru-buru memberitahukan hal itu ke Gala.

“Apa? Tidak bisa kubiarkan, aku harus menikah sebelum Altar. Pokoknya Papa harus pastikan penghulu di KUA menikahkanku dan Bulan lebih dulu sebelum Altar,” ucap Gala setelah mendengar informasi dari Kelana.

“Papa sudah menghubungi orang yang membantu mengurus berkas pernikahan kalian agar kamu bisa lebih dulu dinikahkan,” balas Kelana.

Gala pun terlihat geram, bisa-bisanya Altar berhasil membujuk Tabita agar mau menikah dan membatalkan kontrak kerja.

Saat Gala masih kesal memikirkan Altar, Hana tiba-tiba saja datang, wanita itu masuk ke ruang kerjanya, dan tampak membawa setelan jas untuk diperlihatkan.

“Ini jas yang akan kamu pakai ke KUA, dicoba dulu apakah cocok,” kata Hana.

“Letakkan saja dulu di sana, Ma.” Gala menunjuk ke sofa.

Hana pun melakukan apa yang dikatakan putranya, sebelum kemudian berkata, “Besok saat akad Bulan bilang tidak mau pakai kebaya.”

Gala mengerutkan alis, merasa heran mendengar perkataan Hana. “Kenapa? Terus dia mau pakai apa?” tanyanya kemudian.

“Lihat saja besok,” jawab Hana.

***

Di hari pernikahan yang sudah ditentukan, Gala melongo melihat penampilan Bulan. Dia sampai tidak berkedip ketika melihat Bulan yang memakai gaun berwarna putih sebatas lutut.

“Kamu ga pakai kebaya, tapi malah pakai gaun pendek begini?” tanya Gala keheranan.

“Hari ini bukan hanya nikah di KUA, tapi juga WAR (perang) dengan sepupumu. Aku takut, kalau aku pakai kebaya dan terjadi tawuran, nanti aku tidak bebas bergerak,” jawab Bulan menjelaskan.

Gala terlihat berpikir, sepertinya apa yang dikatakan oleh Bulan masuk akal.

Benar saja, saat mereka sampai di KUA Altar dan Tabita juga sudah sampai di sana, bahkan sudah hampir mencapai lobi.

Gala dan Bulan pun saling pandang, hingga tiba-tiba Gala mengajak Bulan berlari masuk mendahului Altar. Tentu saja apa yang dilakukan Gala membuat Altar dan Tabita dan semua orang terkejut.

“Pak, kami sudah daftar duluan, jadi kami yang harus nikah duluan,” ucap Gala ke salah satu petugas hingga akhirnya membuat kericuhan.

Altar tentu saja tidak tinggal diam. Dia menyusul dan meminta hal yang sama ke petugas.

“Tidak bisa, aku yang harus dinikahkan duluan. Kami mendaftar lebih dulu, sedangkan curut ini hanya ikut-ikutan,” hardik Gala.

“Kata siapa kamu yang daftar duluan, dasar musuh ultramen,” sanggah Altar, “kami juga daftar sejak kemarin, sama kayak kamu. Bahkan mungkin sebelum kamu!”

Gala dan Altar pun berdebat seperti anak kecil meminta untuk dinikahkan lebih dulu, hingga akhirnya pegawai KUA pun geram dan membentak mereka.

“Diam! Kalian ini benar-benar membuat gaduh!”

Gala dan Altar kaget mendengar bentakan petugas KUA, mereka kicep memandang petugas itu yang kembali bicara.

“Kalian ini perjaka tidak berpengalaman. Di sini penghulu banyak, kalian bisa nikah bersamaan di ruangan yang berbeda.”

Bulan dan Tabita yang berdiri bersisian pun geleng-geleng melihat kelakuan calon suami mereka.

“Setelah ini, pasti akan ada kompetisi konyol lainnya, mungkin siapa yang lebih cepat memiliki anak akan dapat lebih banyak warisan lagi,” gumam Tabita.

Mendengar ucapan itu, Bulan pun melongo. Ia menelan saliva lantas kembali menatap Gala dengan ekspresi wajah bingung.

_
_
_

Komen ya 🤗

Terjerat Cinta Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang