Bab 24 : Lebih Tampan Mana?

502 84 47
                                    

Setelah seharian bekerja Bulan pun pulang ke rumah. Meski kesal dia tetap membawa hadiah dari wanita yang dia panggil timun suri tadi, dan juga bakmi untuk Hana.

“Bakmi, Ma.” Bulan menyodorkan bungkus bakmi ke Hana yang duduk di ruang keluarga, setelah mencium punggung tangan wanita itu.

“Wah, makasih ya.”

Hana sangat senang karena Bulan membawa pulang makanan itu, meski sederhana tapi perhatian kecil seperti ini jelas sangat berharga. Hana pun meminta pembantu untuk menyajikannya di mangkuk, kemudian dia menikmatinya ditemani Bulan di ruang makan.

“Ma, Mama kenal Suri?” tanya Bulan yang penasaran dengan hubungan Gala dengan wanita aneh yang datang ke tempatnya bekerja tadi.

Hana sedang memasukkan suapan ke mulut saat mendengar pertanyaan Bulan. Dia pun mengunyah, kemudian menjelaskan siapa Suri.

“Suri itu mantan pacar suamimu, dia putus sama Gala karena tahu, Gala tidak akan mungkin menikahinya karena yang dicari janda,” ujar Hana.

Bulan membentuk huruf O dengan bibir sambil manggut-manggut. Ia berpikir perpisahan Suri dan Gala pasti terpaksa, seperti kisah-kisah sedih di platform baca.

“Tapi, sebenarnya bukan itu saja alasannya,” ujar Hana lagi, dia kembali memasukkan suapan mie ke mulut.

“Bukan itu saja? Terus apa lagi?” tanya Bulan penasaran.

Hana tampak mengunyah kemudian menelan, sebelum akhirnya menjawab, “Suri itu berteman baik dengan seorang aktor, bahkan sekarang malah jadi pacarnya. Itu alasan sebenarnya Gala putus.”

“Aktor mana?” tanya Bulan penasaran.

“Itu yang aktor tampan, bahkan lebih tampan dari Gala,” ucap Hana sambil berusaha mengingat nama aktor itu.

Bulan mengerutkan alis, menggaruk pelipis dengan jari.

“Oh iya, Dom. Dominic.” Hana mengangguk saat mengingat nama aktor yang dia maksud.

“Domi Ma? Yakin?" Bulan sampai terkejut tak percaya. "Oh, bener juga sih, memang lebih tampan dari Gala,” balasnya sambil tertawa.

Hana pun ikut tertawa dan tanpa dirinya dan sang mantu sadari, ternyata Dinar datang diam-diam mengendap bak cicak-cicak di dinding.

Wanita tua itu mendengar percakapan Hana dan Bulan, kemudian marah karena tidak terima cucu kesayangannya dibanding-bandingkan.

“Apanya yang tampan? Jelas lebih tampan Gala dari mana-mana.”

Hana dan Bulan terkejut, mereka menoleh ke belakang dan kaget melihat Dinar bersungut-sungut kesal. Mereka pun hanya bisa nyengir kuda karena sanggahan Dinar dan kepergok sedang menggosipkan Gala.

“Kalian ini kebangetan. Seharusnya kalian memuji, bukannya malah menjelekkan Gala. Gala itu cucuku paling ganteng sedunia, tidak ada duanya. Bisa-bisanya kalian bilang dia tidak lebih ganteng dari seorang aktor yang penuh kepalsuan. Awas kalau kalian jelekin Gala lagi! Aku sunat kalian!” ancam Dinar yang tidak terima.

Bulan dan Hana memilih diam, melipat bibir dan tidak lagi membalas ucapan wanita itu. Hana menunduk melanjutkan makan bakmi, sedangkan Bulan pamit menuju ke kamar untuk mandi.

Dinar pun duduk di sebelah Hana, hingga kemudian bertanya, “Apa kamu sudah siap mendengar secara langsung wasiat tambahan dari Nenek Ayu?”

“Aku sih siap-siap saja, Ma. Tidak ada hal yang perlu aku cemaskan, tapi aku yakin Gala yang sedang takut saat ini,” jawab Hana.

Sementara itu, Gala yang sedang dibicarakan ternyata datang ke asrama Tsamara. Dia duduk bersama sang adik di ruangan khusus tamu, membawakan banyak makanan bahkan es krim untuk gadis itu.

Tsamara merasa aneh dengan kedatangan Gala, bahkan rasanya tidak masuk akal Gala ke sana dengan membawa banyak makanan. Tsamara pun menebak, jika sebenarnya Gala sedang ada maunya, untuk itu datang dengan sogokan.

“Tumben, mau apa? Kakak datang membawa semua makanan ini pasti tidak secara cuma-cuma, pasti ada maunya, ya 'kan?” tanya Tsamara menyelidik penuh curiga.

“Kamu terlalu banyak berpikiran negatif. Aku ke sini karena kangen saja sama kebawelanmu,” jawab Gala menyangkal tuduhan Tsamara.

Namun, Tsamara tetap tidak percaya dan memicingkan mata. Tentu saja Gala menyadari jika sang adik tidak percaya begitu saja.

“Ra, menurutmu misal wasiat tambahan Nenek Gayung berbunyi, kalau di antara cucu laki-lakinya tidak ada yang berhasil menerima syarat darinya, maka warisan itu akan diberikan ke cucu lain dan artinya itu kamu. Apa aku boleh minta bagian?” ujar Gala yang ujung-ujungnya memperlihatkan, jika tebakan Tsamara tadi benar.

“Kamu ‘kan baik, masa ga mau berbagi denganku, kakak tersayang," ucap Gala merayu.

Tsamara melotot, kesal karena ternyata Gala benar-benar memiliki niat terselubung. Dia sampai memutar bola mata malas, karena sang kakak merayunya. Padahal Gala pasti tahu ini tidak akan mempan.

“Bilangnya kangen, ujung-ujungnya juga ada maksud terselubung. Kakak ini memang nyebelin!” gerutu Tsamara yang kesal.

Gala malah tertawa seolah tanpa dosa, dia berusaha merayu sang adik, untuk berjaga-jaga menghadapi kemungkinan selanjutnya. Ia tidak bisa kalah begitu saja dari Altar. Namun, jika wasiat buyutnya seperti apa yang dia duga, setidaknya dia sudah berjaga-jaga.

“Dengar ya wahai Galatron, semisal apa yang kamu sebutkan tadi benar, maka aku juga ogah membaginya ke kamu. Karena aku tahu, kamu juga pasti ogah membagi warisanmu denganku," ujar Tsamara. "Lebih baik kakak berdoa saja semoga isi wasiat tambahan buyut tidak seperti yang ada di otak kakak, karena jika benar maka aku akan langsung terbang ke Alaska," imbuhnya.

"Memang apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Gala penasaran.

"Membangun istana seperti Elsa Frozen."

Gala melongo, ingin sekali dia jitak kepala Tsamara jika saja tidak sadar sedang berada di mana.

_
_

Komen

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now