Bab 8 : Menculik Bulan

760 106 74
                                    


Bulan baru saja pulang bekerja. Dia pulang dengan berjalan kaki menuju ke kosnya karena jarak yang tidak terlalu jauh sekaligus untuk menghemat ongkos.

Gadis itu berjalan sambil bermain ponsel karena jalanan yang tidak terlalu ramai, sehingga dia tidak perlu cemas ada kendaraan yang menyerempetnya.

Namun, kecemasan bukan datang dari kendaraan, melainkan dua pria yang tiba-tiba muncul di dekat sana, lantas membekap mulut Bulan dan menyeretnya masuk ke sebuah mobil.

Bulan begitu panik dan ketakutan, ingin memberontak untuk kabur tapi tidak bisa karena dua pria yang menangkapnya kini mengapitnya di kanan dan kiri. Bulan gemetar, apa yang terjadi, kenapa ada orang yang menculiknya.

“Kalian siapa? Kenapa menculikku, aku tidak punya apa-apa!” Bulan menengok ke kanan dan kiri di mana dua pria duduk di sana mengapit dan memegang kedua tangannya, saat mobil mulai melaju meninggalkan area itu.

“Sudah, diam kamu! Jangan banyak bicara atau nanti aku plester mulutmu!” ancam salah satu pria.

Bulan pun mengatupkan mulut, memilih diam daripada mulutnya ditutup. Membayangkan saja sudah membuatnya tidak nyaman, apalagi jika memang benar diplester, lebih baik dia diam.

Bulan ternyata dibawa ke sebuah gudang tua. Di sana dia langsung didudukkan di sebuah kursi, membuat Bulan sampai menatap bergantian pria yang kini menyekapnya.

“Kalian ini sebenarnya mau apa? Aku miskin, bapakku saja hanya penjual kelapa, ga tajir. Kenapa kalian nyulik aku? Minta tebusan pun paling bisa dikasih santen sama degan (kelapa muda),” ujar Bulan mencoba bernegosiasi agar para penculik itu berpikir dua kali untuk menyekapnya.

“Gala pasti mau menebusmu.”

Salah satu penculik itu menyebut nama Gala, dan membuat Bulan kaget kenapa penculik itu menyebut nama calon suaminya.

“Dia ga ada urusannya denganku.”
Bulan masih mencoba menggoyahkan keinginan penculik itu dengan berbohong.

“Ga usah bohong, kami yakin kalau Gala pasti mau menebusmu dengan nilai tinggi!”

Bulan makin bingung dan penasaran, berpikir apakah para penculik itu sudah menyelidikinya dan tahu kalau dia dekat dengan pria kaya.

Hingga saat Bulan masih kebingungan, tiba-tiba seorang pria menggunakan masker muncul dan masuk ke gudang itu. Dia berjalan mendekat ke Bulan yang duduk tapi tangannya tidak terikat. Bulan pun memperhatikan pria itu, hingga pria itu berdiri di hadapannya.

“Apa benar kamu kekasihnya Gala?” tanya pria bermasker itu sambil sedikit membungkuk saat bicara dengan Bulan.

Bulan menaikkan satu sudut alis mendengar pertanyaan penculik yang dianggapnya sangat aneh. Dia pun lantas menjawab, “Ya, benar.”

Bulan terus memperhatikan mata pria itu, dia mulai merasa aneh dan curiga karena pria itu tahu tentang hubungannya dengan Gala, juga menanyakan hal yang menurutnya tidak penting. Dia lantas memperhatikan postur tubuh dan juga kemeja yang dikenakan pria itu, ini membuat Bulan mengenali pria itu dan mencoba menebak.

“Kamu Altar, ‘kan?” tanya Bulan karena Gala pernah membahas tentang Altar.

Pria yang kini berdiri di depan Bulan pun terkejut. Dia memang benar Altar dan tidak menyangka jika Bulan akan tahu.

“Kok kamu tahu?” tanya Altar yang tidak langsung membuka maskernya.

Bulan langsung mengerutkan kedua alis mendengar pertanyaan Altar.

"Ini penculik kenapa bego amat? Bodoh sekali dia langsung ngaku," gumam Bulan. Ia merasa Altar adalah penculik terbodoh di muka bumi ini.

Bulan mendengkus kasar, hingga kemudian berkata, “Kalau kamu hanya ingin tanya apakah aku pacar Gala atau bukan, kenapa harus menculikku. Tinggal datang dan temui aku di kedai bakmi tempatku bekerja, kamu tanya dan aku akan jawab, beres. Ribet banget pakai acara culik dan bayar orang buat nyulik kalau hanya untuk tanya hal samacam itu.”

Bulan yang tidak diikat di kursi, lantas berdiri hingga kini saling berhadapan dengan Altar.

“Udah? Kamu mau tanya itu saja, ‘kan? Sudah aku jawab, sekarang aku mau pulang, capek, pengen tidur.”

Bulan pun berjalan melewati Altar menuju ke pintu gudang untuk pergi dari sana. Altar dan orang bayarannya malah terbengong dan tidak melakukan apa pun saat Bulan pergi.

Begitu keluar dari gudang, Bulan pun buru-buru mengeluarkan ponsel sebelum kemudian menghapus file PDF perjanjiannya dengan Gala. Dia takut terjadi sesuatu dan perjanjian itu diketahui oleh orang lain. Hanya berjaga-jaga jika ada hal buruk yang terjadi.

Bulan pulang naik taksi, dia masih sempat mengirimkan pesan ke Gala dan mengatakan jika dia diculik oleh Altar.

Di tempat kerjanya. Gala baru saja menerima pesan dari Bulan, lantas membaca pesan itu dan tampak begitu terkejut dengan apa yang Bulan sampaikan.

[Dia berani menculikmu?]

Gala pun mengirimkan pesan balasan ke Bulan.

[Ya, dia tanya apakah kita pasangan kekasih betulan atau bukan.]

Gala membaca pesan balasan dari Bulan, hingga dia pun terlihat geram sampai menggebrak meja. Suga yang sedang berada di satu ruangan bersama Gala pun terkejut, ditatapnya sang atasan yang terlihat begitu emosi.

“Ini tidak bisa dibiarkan!” Gala pun memilih meninggalkan ruangan, membuat Suga kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Pak! Mau ke mana? Ada apa Pak?"

**

Gala ternyata pergi ke rumah orangtua Altar, tentu saja tujuannya untuk melabrak Altar yang berani menculik Bulan hanya untuk menanyakan hal yang tidak bermutu.

Di rumah, ada Rafli, Rita, dan Tata. Rita yang melihat kedatangan Gala pun menyambut dengan ramah.

“Tumben ke sini, ada apa?” tanya Rita sambil mengulas senyumnya.

Namun, tanggapan Gala di luar dugaan Rita. Pria itu langsung mengamuk karena tidak terima dengan perbuatan Altar.

“Di mana Altar? Dasar kurang ajar dia!” amuk Gala sambil mengedarkan pandangan dan mengabaikan keberadaaan Rafli, Rita, juga Tata di sana.

“Jam segini ya dia masih kerja, belum pulang,” jawab Rita yang terkejut karena Gala bicara dengan nada membentak.

"Dia tidak ada di kantor."

“Memangnya ada apa?” tanya Rita tanpa menjawab ucapan sebelumnya dari Gala.

“Aku mau menghajar Altar! Di mana dia, jangan sembunyikan dia tante!” hardik Gala dengan mata melotot dan merah.

Tata panik karena Gala datang dan langsung mengamuk. Dia pun kemudian menghubungi Dinar untuk meminta bantuan menghalau Gala.

“Dinar! Cucumu ke rumah Rafli dan mengamuk. Datang ke sini dan jinakkan cucumu yang lagi kesurupan!” teriak Tata begitu panggilannya dijawab.

Selagi Tata menghubungi Dinar, Rafli pun berusaha untuk menenangkan Gala.

“Ada apa? Kalau ada masalah lebih baik duduk dulu dan bicarakan baik-baik, jangan main marah-marah seperti ini,” ucap Rafli berusaha menenangkan.

“Ga, ga sudi aku duduk!” amuk Gala tidak mau tenang. “Aku akan menunggu sampai Altar datang atau aku akan mengulangi kejadian masa lalu. Aku akan panggil Damkar untuk membanjiri rumah ini lagi!” ancam Gala kemudian.

Tata yang baru saja selesai bicara dengan Dinar, tentu saja terkejut dengan ucapan Gala, hingga dia pun ikut membujuk.

“Jangan gitu, Ga! Cerita dulu, sebenarnya ada apa sampai kamu marah dan ngancam gini.”

“Aku marah karena Altar berani menculik Bulan - calon istriku!” Gala menjawab pertanyaan Tata dengan emosi. Dadanya naik turun tidak beraturan karena napas yang memburu akibat amarah yang memuncak.

Tata pun terkejut mendengar jawaban Gala, tentu saja dia tidak percaya sang cucu melakukan ini. “Mana mungkin Altar nyulik Bulan, buat apa juga?”

“Pokoknya dia nyulik Bulan. Kalau sampai Bulan lecet dikit saja, aku berjanji akan bengkokin hidung Altar” ancam Gala lagi.

Tentu saja ancaman Gala membuat Rafli dan Tata meringis. Saat Tata dan Rafli sedang menghadapi Gala, Rita pun diam-diam mengirimkan pesan ke sang putra

[Al, kamu lagi di mana? kamu lebih baik jangan pulang dulu ke rumah.]

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now