Bab 53 : First Kiss

640 87 41
                                    

"Ga!"

Kelana meneriaki putranya. Memberi tanda kalau Gala harus menerima serangan dari lawan.

Gala yang sedang tidak fokus dan suasana hati buruk tidak menerima bola dengan baik dan malah berakhir terkena pukulan bola di kepala.

Gala meringis, dia menepi dan duduk di kursi yang ada di pinggir lapangan. Membuka botol minum miliknya dan menenggaknya kasar.

Kelana yang baru selesai berbincang dengan lawan mainnya pun menyusul Gala. Bertanya karena heran melihat tingkah anak sulungnya itu.

"Kamu Kenapa? Nggak biasanya."

"Sudah aku bilang malas, tapi Papa memaksa," jawab Gala.

Wajah pria itu berubah masam, sesekali meminum airnya dan mengusap keringat di sekitar leher. Gala mengambil ponsel miliknya berniat menghubungi Bulan lagi, tapi urung dan malah mengumpat kesal. Dia tak mau bermain lagi dan menunggu Kelana sampai selesai.

Meskipun terpaksa, tapi Gala tetap berbincang dan bersikap baik-baik saja di depan rekan bisnis Kelana.

Hingga saat menjelang sore, Gala kesal karena Bulan dan Tsamara tak kunjung pulang.

"Kamu dimana? Kenapa tidak membalas pesan dan panggilanku?" Gala bicara dengan suara lantang saat teleponnya dijawab oleh Bulan.

"Ini baru mau pulang, baru sampai parkiran."

"Minta Tsamara hati-hati, jalanan sore biasanya macet jangan ngebut!"

Gala melempar ponsel ke ranjang lalu berjalan menuju kamar mandi. Sejak pagi dia memang belum membersihkan diri, rasanya malas karena Bulan malah pergi meninggalkannya di rumah sendiri.

Setengah jam kemudian mobil yang Tsamara kendarai terlihat masuk ke area rumah. Gala menunggu kedua perempuan itu keluar dengan bersandar di kusen pintu dan melipat tangan di depan dada.

"Kayaknya ada yang kangen banget nih sampai ditungguin," ujar Tsamara yang keluar dengan membawa beberapa tas berisi belanjaannya.

"Aku masuk dulu deh, nggak enak banget jadi kacang." Tsamara tersenyum menggoda lalu pergi meninggalkan Gala bersama Bulan yang baru turun.

"Gimana tadi? Seru?" tanya Gala.

Pria itu terperanga melihat penampilan sang istri yang berbeda dari sebelumnya. Bulan sendiri memilih tak menjawab dan bergegas masuk ke dalam rumah.

Gala segera menyusul Bulan dan ketika melewati ruang keluarga tak sengaja menyenggol Tsamara yang sedang memamerkan gaya rambutnya yang baru kepada Hana.

"Bagus 'kan, Ma," ujar Tsamara dengan mengibaskan rambut. "Aduh! Hati-hati dong! Masa' orang sebesar ini nggak kelihatan!"

Gala tak peduli, terus melangkah mengejar Bulan yang sudah menaiki anak tangga.

"Kamu tahu mereka kenapa?" tanya Hana yang penasaran.

"Salah paham dan sama-sama cemburu. Tenang saja! Mama pasti on the way jadi Oma habis ini," ujar Tsamara.

"Serius?"

"Serius, Ma!" Jawab Tsamara tanpa ragu. "Kalau dari film yang aku liat, hohohehe adalah obat ampuh untuk menghilangkan rasa marah," imbuhnya.

"Tsamara!" Bentak Hana.

"Apa, Ma? Bikin kaget aja," keluh Tsamara.

"Kamu pasti diam-diam nonton film biru."

"Dih... orang filmnya warna-warni," jawab Tsamara yang semakin membuat Hana megap-megap melihat kelakuannya.

Sementara itu, sesampainya di lantai atas, Gala berjalan cepat lalu menahan pintu kamar yang hampir tertutup. Bulan langsung masuk ke kamar mandi dan membuat Gala mengetuknya.

"Jangan ganggu bisa nggak?!" seru Bulan dari dalam yang seketika membuat Gala menurunkan pundak.

Gala akhirnya meninggalkan pintu kamar mandi dan memilih melepas kaosnya dan duduk di sofa sambil bermain ponsel. Dia memikirkan cara agar mereka bisa berbaikan.

Sepuluh menit berlalu, pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Bulan yang sudah berganti pakaian menjadi lebih nyaman. Gala dengan segera mendekat dan meraih pergelangan tangan istrinya.

"Aku minta maaf untuk masalah kemarin. Aku bisa jelaskan …."

"Aku sedang malas membahas Suri dan Dominic. Jadi, jangan membahas tentang mereka atau hari bahagia ku akan berubah suram," peringat Bulan dengan memotong ucapan Gala. Dia tentu saja tahu kemana arah pembicaraan mereka nantinya.

"Sebenarnya aku juga tidak ingin membahas mereka lagi, tapi kalau kamu masih kesal aku perlu membahasnya agar semua kembali seperti semula."

"Aku tidak kesal," kilah Bulan dengan menatap lurus indra penglihatan Gala.

"Tidak kesal, kenapa meninggalkanku dan tidak menjawab pertanyaanku di depan tadi? Bahkan kamu mengusirku tadi." Gala menjawab sekaligus meminta penjelasan.

"Siapa yang kesal, perut aku sakit dan aku juga kebelet pipis. Aku sudah menahannya sejak tadi dan kamu bertanya hal yang tidak perlu, tentu saja aku pergi tanpa menjawab pertanyaanmu."

"Seharusnya tadi kamu bilang."

Bulan mengatupkan bibir, dia cemberut sampai bibirnya mengerucut, melihatnya Gala tak bisa menahan dan langsung menangkup pipi Bulan untuk menyatukan bibir mereka.

Gala melumat bibir gadis itu, menahannya saat Bulan memberontak.

"Lepas!" Pinta Bulan meski suaranya tak jelas terdengar.

Gala melepaskan pagutan bibir, dadanya dan Bulan tampak naik turun tak karuan.

"Kenapa kamu melepas kaosmu?Ha!" Bentak Bulan sambil memukul dada sang suami.

"Panas!" Jawab Gala tak kalah kasar.

Namun, setelah itu Gala merasa bersalah. Dia diam memandang Bulan yang matanya berkaca-kaca.

"Aku cemburu, aku tidak suka kamu semobil dengan pria lain," ucap Gala.

Bibir Bulan tampak bergetar, dia hampir menundukkan kepala tapi Gala lebih dulu menyambar bibirnya lagi. Bulan meneteskan air mata, tapi Gala seolah tak peduli dan terus saja memagut bibirnya.

Bulan sendiri memilih untuk membalas ciuman sang suami. Dia memeluk pinggang Gala dan mengikuti gerakan bibir dan lidah pria itu.

Mereka cukup lama saling menautkan bibir, sampai Gala melepas dan menyentuhkan kening mereka.

"Aku menyukaimu, apa kamu masih tidak percaya?" Bisik Gala.

"Aku hanya merasa tidak pantas berada di sisimu."

Gala sejujurnya sudah bisa menebak apa yang Bulan pikirkan. Dia tahu kalau istri bayaran yang membuatnya jatuh cinta ini pasti belum yakin dengan perasaan yang dia miliki.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya?"

Bulan menggeleng dan masih terus menunduk, dia membiarkan Gala memegang tangannya lalu berkata—

"Ini ciuman pertamaku, aku ingin melakukannya dengan satu-satunya pria di hidupku."

-
-
-

Like
Komen
Makasih zeyeng

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now