Bab 18 : Demam

766 103 51
                                    

Hari itu di rumah, Altar dan keluarganya sedang sarapan bersama. Meja makan itu dalam formasi lengkap dan kini mereka sarapan dengan khidmat.

“Pa, kapan kita akan ketemu pengacara untuk membahas masalah warisan nenek Ayu? Jangan sampai aku kalah start lagi dari Gala,” ujar Altar di sela sarapan.

Rafli masih mengunyah makanan saat mendengar ucapan Altar. Dia pun menelan makanan di mulut dan memandang sang putra, sebelum kemudian membalas, “Kamu tenang saja, tidak mungkin mereka berani.”

“Siapa tahu mereka berani,” sanggah Altar, sebelum kemudian kembali bertanya, “Menurut Papa, kalau sudah posisi seri begini bagaimana?”

“Semoga saja tidak ada waktu tambahan atau tendangan penalti,” jawab Rafli dengan santainya.

Tabita menatap bergantian Altar dan Rafli yang sedang bicara, dia malah merasa seperti sedang mendengar komentar dari pembawa acara pertandingan sepak bola.

“Kenapa aku curiga kalau Gala hanya nikah bohongan sama Bulan. Dia itu ga bego-bego banget, masa secepat itu sudah punya pasangan dan nikah,” ujar Tata mengemukakan penilaiannya.

Altar dan Tabita saling lirik, Tabita juga hampir tersedak mendengar ucapan Tata. Padahal mereka pun awalnya sama, hanya ingin saling memanfaatkan demi keuntungan semata, tapi akhirnya cinta. Tabita sendiri memutuskan kontrak kerja dan kini harus membayar penalti, tapi Altar berjanji mengurusnya, bahkan pria itu akan memberikan uang bulanan dua kali lipat dari gaji yang mungkin akan didapat Tabita jika masih bekerja di bawah kontrak itu.

Awalnya Altar sendiri memilih Tabita karena memiliki banyak pertimbangan. Di antaranya karena mereka dulu bersekolah di SMA yang sama.

“Oh ya, aku harus mengadakan konferensi pers untuk membahas masalah pernikahan ini,” ucap Tabita setelah beberapa saat keheningan menyelimuti ruangan itu. “Lalu, setelah ini apa akan diadakan resepsi?” tanyanya lagi ke Altar.

Altar hendak menjawab pertanyaan Tabita, tapi ternyata Tata sudah terlebih dahulu menjawab, “Tentu saja ada. Resepsi pernikahan kalian harus mewah. "

Sementara itu, tak disangka di rumah sang mertua Bulan tiba-tiba demam, tentu saja hal itu membuat Hana bingung.

“Bukannya semalam kamu baik-baik saja,” kata Hana yang membantu mengurus Bulan di kamar.

Hana berpikir kalau Bulan sakit karena semalam baru saja di unboxing sang putra sampai kelelahan dan kini sakit. Padahal faktanya Bulan terkena sawan setelah melihat tubuh Gala yang memiliki enam roti sobek di perut.

Namun, bukan itu. Alasan sebenarnya Bulan sakit karena semalam tidur di sofa dan terkena AC secara langsung.

Pagi tadi Gala melihat Bulan yang tidur meringkuk karena kedinginan, sehingga sebelum keluar untuk olahraga, Gala menyelimuti tubuh Bulan. Jadi baru beberapa jam saja gadis itu memakai selimut dan bukan sejak semalam.

Hana memasangkan plester pengurang demam di kening menantunya itu, lantas tidak lupa meminta Bulan minum obat.

“Ya sudah, kamu istirahat saja biar cepat sembuh.”

Hana pun meninggalkan Bulan setelah memastikan menantunya itu istirahat. Bulan sendiri sudah berbaring dan siap memejamkan mata karena tubuhnya menggigil dan kepalanya mendadak pusing.

Gala baru saja selesai mandi, dia berdiri di samping ranjang dan memandangi Bulan yang memejamkan mata.

“Apa kamu baik-baik saja? Atau perlu ke rumah sakit buat mastiin?” tanya Gala seolah memberi perhatian ke Bulan.

Bulan membuka mata, menatap Gala yang berdiri sambil memandang dirinya.

“Aku ga papa, sudah minum obat juga, paling sebentar lagi sembuh,” jawab Bulan.

Gala hanya mengangguk, kemudian berjalan keluar kamar untuk turun sarapan. Namun, saat baru saja keluar dari kamar, Gala dihadang Hana yang membawa nampan dengan mangkuk berisi bubur di atasnya.

“Kamu mau ke mana?”

“Turun, mau sarapan,.” Jawab Gala.

“Balik kamar, berikan ini ke Bulan dan minta dia habiskan.” Hana menyodorkan nampan ke Gala, memaksa anaknya itu untuk menerima.

Gala menerima nampan itu, tapi keheranan karena isi mangkuk itu hanya bubur.

“Kenapa dikasih makan bubur? Memangnya dia bocah cacingan?”

Hana melotot mendengar ucapan Gala, hingga langsung memukul lengan putranya itu karena geram. Dia masih berpikir jika Bulan sakit karena baru saja menghabiskan malam pertama dengan Gala, tapi paginya pria itu malah tidak perhatian sama sekali.

“Kamu semalam pasti terlalu bersemangat masukin koplingnya, makanya Bulan jadi begini."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Hana pun pergi meninggalkan Gala, sedangkan pria itu masih mencoba mencerna ucapan Hana, sampai akhirnya memilih masuk kembali ke kamar membawa nampan bubur itu.

Hingga saat baru saja masuk kamar, Gala baru bisa menelaah maksud ucapan sang mama, dia pun menggelengkan kepala pelan, tidak menyangka jika Hana akan berpikiran jauh ke sana.

Gala pun mendekat ke ranjang, kemudian meletakkan nampan di nakas dan duduk di tepian ranjang samping Bulan.

“Kok kamu bisa sakit, padahal ga diapa-apain?” tanya Gala dengan ekspresi wajah kesal. “Mama ngira kita habis mantap-mantap sampai kamu sakit, padahal nggak.”

Bulan yang awalnya ingin tidur, kembali membuka mata dan menatap Gala setelah mendengar pertanyaan pria itu.

“Aku sakit karena syok pagi-pagi lihat kamu nge-gym tadi,” jawab Bulan apa adanya.

Gala kaget mendengar jawaban Bulan, tapi kemudian merasa malu. Dia juga bangga karena mengira jika Bulan pasti lihat badannya yang kekar.

Gala lantas dengan jemawa dan percaya diri berkata, “Kamu pasti mikir yang ga ga pas lihat badanku, ya 'kan?”

“Iya,” jawab Bulan dengan polosnya.

“Aku cuma takut, suatu saat kalau kamu marah, aku kamu smack down, bisa-bisa aku mati.”

Gala melongo mendengar jawaban Bulan, ternyata gadis itu bukan demam karena syok melihat tubuhnya yang atletis, tapi takut kalau dia banting.

Gala tiba-tiba saja kesal. Ia tunjuk bubur di atas nampan lalu dengan ketus berkata, "Sana makan sendiri buburmu!"

_
_
_

Galatron ngambek 🤣🤣🤣

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now