Bab 62 : Mengejutkan Mertua

289 50 9
                                    

Hari berikutnya. Bulan dan Gala pun melanjutkan perjalanan mereka menuju Jogja.

Bulan mengecek ponsel yang sempat dimatikan semalam. Saat menyala dia melihat banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab dari Hana.

[Kalian ke mana? Kenapa tidak menjawab panggilan dan pesan mama?]

Bulan membaca pesan dari sang mertua hingga kemudian memilih untuk membalasnya karena berpikir Hana pasti sangat cemas kemarin.

[Kami pergi ke Jogja, Ma.]

Gala melirik Bulan yang sedang fokus menatap layar ponsel, hingga menyadari jika istrinya itu sedang membalas pesan.

“Kamu ga usah membalas pesan dari orang rumah. Biarkan saja mereka khawatir,” tukas Gala.

Bulan tentu saja sedikit tak setuju mendengar ucapan Gala. Dia menoleh pria itu yang sudah kembali fokus ke jalan. Bulan memutuskan diam dan tidak membahas tentang orang rumah atau pesan yang Hana kirimkan daripada suaminya marah.

Mereka pun menempuh perjalanan berjam-jam menggunakan mobil, bahkan beberapa kali berbelok ke rest area untuk istirahat karena Gala lelah. Bulan sendiri tidak bisa menggantikan Gala menyetir karena memang tidak bisa mengendarai mobil.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, mereka pun akhirnya sampai di Jogja di sore hari. Gala memarkirkan mobil di depan halaman rumah orangtua Bulan, hingga menarik perhatian para tetangga  yang bingung karena ada mobil bagus yang berhenti di sana.

“Siapa itu? Apa tamunya Pak Bathok?” tanya salah satu tetangga ke tetangga yang lain.

“Bisa jadi, nyatanya berhenti di depan rumah Pak Bathok."

Para tetangga yang mayoritas ibu-ibu itu terus memperhatikan, hingga mereka terkejut ketika melihat Bulan dan Gala turun dari mobil.

“Oalah Bulan.” Para ibu-ibu membentuk huruf O dengan mulut secara bersamaan.

Kedua orang tua Bulan sendiri terkejut melihat anak dan menantunya datang, karena memang tidak mengabari lebih dulu.

Bulan langsung menghampiri dan memberi salam ke orangtuanya, sedangkan Gala mengeluarkan oleh-oleh yang dibeli saat dalam perjalanan, kemudian memberikannya ke sang mertua.

“Lho, kalian mau datang kok ga kabar-kabar dulu?” tanya ibu Bulan.

Bulan bingung menjawab, hingga menoleh ke Gala seolah melempar tanggung jawab kalau sang suamilah yang harus menjawab.

“Ini saja datangnya dadakan, Bu. Pengen saja ke sini,” jawab Gala yang seolah paham dengan arti tatapan Bulan.

Bulan pun tersenyum canggung mendengar jawaban Gala. Ya dadakan, dadakan karena Gala mengajak minggat.

“Oalah begitu.” Ibu Bulan pun percaya saja dengan apa yang dikatakan Gala.

Gala memberikan oleh-oleh yang dibawa, tentu saja hal itu membuat kedua orang tua Bulan senang.

“Ayo masuk! Kalian pasti capek habis perjalanan jauh, mana pakai mobil lagi,” ujar ibu Bulan meminta putri dan menantunya masuk.

Gala masuk kamar Bulan. Dia ingin mandi karena merasa begitu gerah. Namun, saat baru saja masuk kamar Bulan, Gala bingung melihat kamar istrinya yang sempit dan hanya ada kipas angin di sana.

Bulan sendiri langsung berjalan ke lemari mengambil handuk untuk Gala. Dia lantas menghampiri pria itu yang masih memandangi isi kamarnya.

“Apa kamu berani mandi di kamar mandi sendiri?” tanya Bulan sambil menyerahkan handuk.

Gala mengambil handuk dari tangan Bulan, hingga kemudian menjawab, “Tentu saja berani, dulu juga sudah pernah numpang ke toilet waktu lamaran.”

Bulan mengangguk-angguk mendengar jawaban Gala. Dia hanya takut Gala tidak bisa menyesuaikan diri dengan rumah orang tuanya yang sangat sederhana.

“Ya sudah, sana mandi dulu,” ucap Bulan kemudian.

Gala pun pergi ke kamar mandi. Bulan sendiri merasa senang karena Gala bersikap biasa, meski rumah orang tuanya ga semewah rumah Kelana, tapi pria itu tidak menunjukkan jika tak nyaman.

Bulan keluar kamar menunggu Gala selesai mandi. Dia bertemu dengan sang ayah yang baru saja dari kamar juga.

“Kalian mau menginap berapa lama?” tanya Pak Bathok.

“Ga tahu, terserah Mas Gala mau nginap berapa lama. Aku hanya nurut saja,” jawab Bulan.

Pak Bathok hanya manggut-manggut, lantas pamit keluar rumah.

Beberapa menit berselang Gala sudah selesai mandi dan langsung mengganti bajunya. Menyetir cukup lama dan jauh, membuat Gala merasa sangat lelah. Dia pun naik ke ranjang Bulan yang bisa dibilang sempit, mencoba untuk tidur agar menghilangkan sedikit lelah.

“Bagaimana kita bisa tidur bareng kalau ranjangnya sempit begini?” tanya Gala yang merasa jika ranjang itu hanya cukup untuknya saja saat bulan masuk.

“Nanti aku bisa tidur sama Ibu. Kamu bisa tidur di sini biar lebih nyaman,” jawab Bulan sambil menunjuk ke pintu.

“Tidak usah,” tolak Gala. Dia lantas menarik tangan Bulan hingga jatuh ke ranjang.

Gala bahkan memeluk Bulan dan tidak membiarkan istrinya itu pergi.

“Sudah, ga usah ke mana-mana. Kamu di sini saja.” Gala semakin memeluk posesif.

“Aku mau mandi,” ucap Bulan berusaha melepas kedua tangan Gala.

“Ga usah mandi,” balas Gala.

Bulan tentu saja mengerutkan alis mendengar balasan sang suami.

“Apa kamarmu kedap suara?” tanya Gala kemudian.

Bulan semakin merasa aneh dan bingung dengan pertanyaan Gala. Dia pun menoleh Gala yang memeluknya dari belakang

“Jangan aneh-aneh,” kata Bulan yang tahu maksudnya.

“Kita pasti akan kedatangan saudara-saudaraku jika mereka tahu aku pulang,” ucap Bulan lagi.

Gala malah semakin memeluk Bulan ketika mendengar ucapan istrinya itu, lantas dia pun membalas —

“Aku ga peduli. Aku mau izin bapakmu kalau capek dan mau istirahat berdua denganmu.”

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now