Bab 33 : Tertekan

474 81 40
                                    

Setelah semua orang mendengar dan paham isi wasiat Nenek Gayung, mereka pun pergi dari kantor pengacara.

Altar terlihat senang karena merasa syarat yang tertulis di wasiat itu dianggap mudah olehnya.

“Sepertinya mulai hari ini, kita harus gaspol mencetak anak,” bisik Altar saat berjalan bersama dengan Tabita keluar dari kantor pengacara.

Tabita terkejut dan hanya diam saja mendengar bisikan Altar. Dia tidak mungkin mengatakan soal kontrak kerjanya di depan mertuanya dan juga Tata, bisa-bisa nanti terjadi keributan.

Di sisi lain. Gala terlihat galau dan bingung. Seperti saat berangkat tadi, dia satu mobil bersama Tsamara dan Bulan, sedangkan Hana, Kelana, dan Dinar berada di mobil yang berbeda.

Gala menyetir dan hanya diam, masih memikirkan bagaimana kelanjutan nasibnya, karena Nenek Gayung akan mewariskan semua hartanya ke cucu yang istrinya lebih dulu hamil.

“Aku tidak mungkin membiarkan Altar menang begitu saja, enak aja dia,” gerutu Gala dalam hati.

Tsamara melihat sang kakak yang frustasi, dan dia pun bernyanyi penuh kebahagiaan untuk meledek Gala.

“Apa kamu tidak bisa diam, hah? Berisik!” amuk Gala yang sedang frustasi.

Bulan sampai terkejut dan menoleh Gala, sedangkan Tsamara biasa saja karena sadar jika sang kakak kesal.

“Kenapa kamu marah? Lagi pula aku juga sedang bernyanyi saja,” ujar Tsamara untuk menggoda.

“Kamu berisik!” amuk Gala lagi.

“Idih sensi. Kenapa dibuat pusing sih? Lagian kalau kakak bisa cepet hamilin Kak Bulan, bukankah kakak yang akan dapat warisan,” celoteh Tsamara.

Gala mencebik dan kesal karena adiknya dirasa banyak bicara.

“Hanya saja, kenapa aku ga percaya kalau kakak bisa melakukannya? Aku meragukan keperkasaan kakak, sepertinya tidak bisa sekali tembak berhasil,” ujar Tsamara ceplas-ceplos tanpa kontrol.

Gala melotot mendengar ucapan Tsamara, tentu saja dia tersinggung karena sang adik meragukan kekuatan pesawat tempurnya.

“Kamu jangan ngomong sembarangan! Memangnya kamu tahu apa, hah! Diam kamu!” Gala geram dan mengulurkan tangan ke belakang untuk menjambak Tsamara.

Bulan terkejut dengan yang dilakukan Gala, hingga mencoba menahan tangan pria itu.

“Bahaya kalau nyetir begitu. Udah kamu fokus nyetir aja,” pinta Bulan sambil menarik tangan Gala dan meminta pria itu duduk dengan benar lagi.

Gala kesal, di menurut duduk dengan benar tapi tatapannya tertuju ke spion tengah dan dia pun melihat dari pantulan cermin Tsamara menjulurkan lidah untuk meledeknya.

“Kakakmu perkasa, kok. Jadi kamu jangan bicara aneh-aneh atau menghina kakakmu,” ucap Bulan berbohong agar Tsamara berhenti meledek Gala.

Niat Bulan berbohong, malah membuat Tsamara menganggap semua itu benar. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan menatap kakak iparnya itu.

“Apa benar? Kuat tahan lama dan kokoh tak tertandingi ga?” tanya Tsamara penasaran.

Bulan seketika diam, merasa malu sampai memalingkan wajah dari Tsamara.

"Dia beri nama apa?" Tsamara penasaran dan bertanya lagi.

“Salah siapa kamu bicara gitu ke Tsamara,” gumam Gala dalam hati sambil melirik istri bayarannya.

“Kamu ini masih kecil, ga boleh mikirin hal-hal yang berbau dua puluh satu plus,” ucap Bulan untuk mengelak.

“Aku sudah dewasa, sudah menstruasi, jadi ga papa ‘kan?” Tsamara membela diri, karena tidak mau disebut masih kecil.

Gala pun gemas karena Tsamara terus membantah. Ia pun membentak adiknya itu—

“Sudah kamu diam saja, jangan cerewet! Balik duduk yang bener sana!”

Tsamara akhirnya diam dan kembali duduk di tempatnya, hingga dia kembali bernyanyi untuk meledek Gala.

“Kamu bisa diam ga! Atau aku turunkan di jalan!” ancam Gala karena nyanyian Tsamara membuat kepalanya terasa semakin panas.

Bulan mengulum bibir mendengar Gala marah-marah. Dia juga pusing harus bagaimana, hingga pikiran aneh mulai berkeliaran di kepala. Bahkan Bulan berpikir, apakah Gala akan minta dia untuk hamil.

Mantan janda kembang itu mendadak merinding, bulu kuduknya berdiri saat pikiran itu melintas di kepala.

Satu jam kemudian,Bulan dan Gala sampai di rumah setelah sebelumnya mengantar Tsamara ke asrama. Saat sedang melepas seat belt, Bulan menoleh Gala yang sudah memasang wajah kusut.

Bulan pun tidak berkata apa-apa, memilih langsung turun dan pergi ke kamar, begitu juga dengan Gala.

Mereka sudah berada di kamar, Gala duduk di tepian ranjang sambil mengusap kasar wajah karena frustasi.

“Sekarang bagaimana? Kita harus membahas ini dulu agar bisa tenang,” ucap Bulan yang berani bicara lebih dulu setelah sampai di kamar. Gala menolehnya, dan terlihat jelas kalau pria itu tertekan.

“Kita bahas nanti saja, jangan sekarang. Aku sedang pusing, kepalaku rasanya mau meledak!” Gala sampai mengacak-acak rambutnya.

“Ya terus gimana? Kalau ga dibahas sekarang, nanti malah semakin bingung,” ucap Bulan sambil memerhatikan sang suami yang terlihat berantakan.

Gala membuang napas kasar, berpikir sejenak kemudian menatap Bulan yang berdiri di hadapannya.

“Aku sebenarnya bingung harus bagaimana. Masa kita harus melakukan malam pertama,” ujar Gala.

Bulan malah diam dan terlihat sedang mencerna maksud ucapan Gala.

“Tapi, memangnya kamu mau tidur denganku?” tanya Gala saat melihat ekspresi wajah polos Bulan.

“Bukannya kita sudah sering tidur bersama,” jawab Bulan enteng.

Gala frustasi dan gemas sampai mengacak-acak rambut lagi, dia bahkan meremas udara di depan mukanya sendiri dan berkata, “Bukan tidur macam itu!”

"Maksudmu making love?" Tanya Bulan. Ternyata dia tak sepolos yang Gala pikirkan.

_
_
_

Komen
Btw di sini ga bisa pakai emoji ya?

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now