Bab 46 : Melewati Batas Wilayah

499 81 49
                                    

Gala dan Bulan kini telah kembali ke kamar dan bersiap untuk tidur mengingat jam sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam. Ranjang yang kosong kini telah ditempati Bulan setelah dirinya menggosok gigi dan mencuci kaki. Sedangkan, Gala masih di dalam kamar mandi untuk melakukan hal yang juga Bulan lakukan tadi.

Beberapa saat kemudian pintu kamar mandi terbuka disusul dengan Gala yang keluar dari sana. Pria itu mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur sebagai penerangan mereka.

"Ngapain gulingnya di taruh di tengah gitu?" tanya Gala keheranan.

"Batas wilayah. Baik kamu juga aku ga boleh ngelewatin batas itu selama tidur!" tegas Bulan.

"Kalau ngelewatin, gimana? Emang orang tidur bisa ngontrol apa yang mau dilakukan?"

Gala bertanya sambil membungkuk dengan kedua tangan berada di atas tempat tidur untuk menahan berat tubuhnya.

Untuk sejenak Bulan pun tenggelam ke dalam tatapan yang Gala berikan. Namun, tak lama gadis itu tersadar.

"Ya … ya, kamu harus bayar denda ke aku, pokoknya ya harus bisa," ujar Bulan. Ia salah tingkah karena tatapan Gala yang berhasil membuat dadanya berdetak tak karuan.

"Uang terus yang kamu pikirin."

Gala berdiri dengan benar, kemudian melompat ke kasur tanpa menyentuh batas yang dibuat Bulan.

"Aku hanya realistis, hidup itu butuh uang. Makan, pakaian, rumah, kalau ga pakai uang emang siapa yang mau nanggung hidupku?"

"Aku?" Jawab Gala dengan sangat enteng.

Mendengar itu Bulan hanya bisa menelan ludah. Dia tidak lagi membalas ucapan Gala. Gadis itu menurunkan punggung yang semula bersandar menjadi berbaring. Ia sudah mengantuk dan ingin segera tertidur.

Namun, baru saja memunggungi Gala yang masih duduk, suaminya itu kembali buka suara.

"Kamu yakin kalau si Arif mantan suamimu itu udah meninggal?" tanya Gala.

"Kenapa tiba-tiba bertanya hal itu?" Bulan melempar balik pertanyaan sambil memutar tubuhnya.

Posisi mereka saat ini, Bulan berbaring dengan menatap Gala dari bawah sedangkan Gala menunduk untuk menatap Bulan ditengah cahaya temaram lampu tidur.

"Jawab aja apa susahnya sih!"

Bulan memutar bola mata merespon ucapan Gala. "Ya gimana mau ga percaya orang ada surat kematiannya," jawabnya.

"Surat kematian bisa dibuat asal ada uang buat nyogok," sangkal Gala. "Seumpama si Arif itu balik lagi dan ngajak kamu rujuk gimana? Apa kamu mau? Bukannya kamu pernah bilang kalau Arif itu laki-laki paling ganteng dan jadi incaran perawan di kampungmu?"

"Ya, ga lah! Mau seganteng apapun orangnya kalau dia balik lagi padahal udah ga ada itu berarti jin. Ada-ada aja kamu," sewot Bulan. "Lagian kamu ini kenapa, kok tiba-tiba tanya tentang mantan suamiku," imbuhnya.

Gala tak menjawab pertanyaan Bulan, dia malah lebih tertarik menanyakan sesuatu.

"Aku sama Arif dan Dominic lebih ganteng siapa menurutmu?"

"Ya ampun! Itu lagi, gerutu Bulan.

**

Sementara itu, hal yang Bulan percaya tentang Arif yang sudah meninggal itu ternyata salah besar. Nyatanya, pagi hari tadi Arif muncul kembali setelah satu tahun lebih.

Hal ini membuat seluruh penduduk kampung terheran-heran dan merasa tidak percaya dengan kemunculan kembali pria yang dikabarkan telah tiada itu.

"Arif! Ini beneran kamu? Arif anak Bapak?"

Terjerat Cinta Istri BayaranWhere stories live. Discover now