045 | ending

3K 489 194
                                    

Sudah delapan bulan kau menjalin cinta dengan Jimin.

Pemuda itu laksana air di padang gurun bagimu, penghilang dahaga, begitu menyegarkan dan menenangkan. Jimin. Dia lebih dari kata berharga.

Meskipun begitu, Jimin masih tak bisa menggantikan Taehyung bagimu. Kau memang menyukai Jimin, kau nyaman bersamanya, kau bergantung padanya, tapi kau tak cukup mencintainya.

***

Sudah tiga hari ini kau tidak bertemu ataupun berbicara di telepon dengan Jimin, kalian sedang bertengkar karena masalah rokok, Jimin memintamu untuk berhenti dan kau memilih untuk memutuskan hubungan kalian daripada berhenti merokok. Meskipun akhirnya kalian batal putus, tapi kau masih saja malas bertemu ataupun menerima telepon dari Jimin.

Tapi malam ini adalah malam tahun baru, dan kau tidak ingin melewatkan malam tahun baru kali ini sendirian. Kau takut kau akan teringat akan Taehyung, jadi kau akhirnya memutuskan untuk mrngubur egomu dan menelepon Jimin.

"Halo sayang?" Suara Jimin menyahutimu pada dering pertama.

"Kau dimana?"

"Aku di sedang bersama teman-teman."

"Bisakah kau kesini?"

"Baik, tunggulah."

Dua puluh menit kemudian, Jimin tiba di apartemenmu, tapi dia tidak sendiri, dia bersama Taemin.

Setelah menyilahkan Taemin duduk di ruang tamu, kau menarik tangan Jimin menuju kamarmu.

Kau memeluk Jimin, kau juga tidak tau kenapa kau memeluk pemuda itu, entah apa karena kau merindukannya, ataukah karena kau bersyukur akhirnya kau punya teman untuk melewatkan malam tahun barumu malam ini.

Kalian duduk berhadap-hadapan di atas kasur.

"Jim, kau akan menemaniku malam ini kan?"

"Aku akan menemanimu sampai jam 9 kemudian aku harus mengantarkan Taemin kembali ke apartemennya dan pulang ke rumah.

Mendengar jawaban Jimin, hatimu terluka.

"Jadi kau tidak akan bersamaku saat detik-detik pergantian tahun?"

"Maafkan aku," Jimin mencoba meraih tanganmu tapi kau menepisnya. "Aku harus melewatkan tahun baru bersama keluargaku."

"Dan kau akan membiarkanku sndri?"

"Maafkan aku."

"Kumohon tinggallah jim." Air matamu mulai mengaliri pipimu, pikiranmu kacau, kau ketakutan membayangkan harus melewatkan malam ini sendirian. Kau tau kau pasti akan teringat Taehyung, dan itu tidak baik.

"Aku tidak bisa sayang, maafkan aku."

"Kenapa tidak?" Kau menatap Jimin, tapi pandanganmu kabur oleh air mata.

"Tahun lalu aku tidak merayakan dengan keluargaku, jadi tahun ini, aku harus di rumah. Jika tidak ayahku akan memarahiku."

Emosimu mulai naik. Bagaimana bisa Jimin melakukan ini padamu? Dia seharusnya mengikuti perintahmu.

Kau meraung ke arah Jimin. Kau tau orang normal pasti akan menampar diri mereka sndri, tapi kau. Kau adalah ratu egois. Kau malah memohon kearahnya untuk tinggal agar kau bisa melewatkan malam tahun baru tanpa kenangan Taehyung. Kau bahkan tak memperdulikan perasaan Jimin yang terluka, kau seharusnya pantas di kutuk. Kau seharusnya jijik dengan sikap egois mu tapi sakit hatimu membutakanmu.

Kau turun ke lantai dan berlutut didepan Jimin, sementara tangismu kian pecah.

"Kumohon tinggallah, aku tidak bisa sendirian, aku takut, aku bisa mati jika aku sendirian malam ini."
Tentu saja itu benar, kau takut kau tidak akan sanggup melewatkan malam ini tanpa melakukan hal bodoh, kau tak sanggup membayangkan Taehyung melewatkan malam taun baru bersama wanita lain, sementara kau terkurung di apartemenmu sendirian dan kesepian.

Itu menyakitkan dan tidak adil.

Kau sudah tidak mampu menahannya lagi, permohonanmu tak di gubris Jimin, tangismu tak mampu meluluhkan hatinya. Kau tau dia bisa saja bersamamu malam ini tapi dia lebih memilih untuk membiarkanmu sendiri.

Kau sebenernya tak ingin melakukan hal ini, tapi kau rasa sudah tak mampu menahannya, kau mencoba menahannya demi Jimin sedari tadi, tapi ternyata percuma. Jadi, kau memutuskan untuk melepaskan semuanya saat ini juga.

"TAEHYUNG!" Nama itu kau raungkan dalam tangismu yang pecah, kau memeluk dirimu sendiri, selama ini kau mati-matian memungkiri bahwa kau bisa tanpanya, bahwa kau sudah melupakanya karena Jimin, tapi nyatanya sekarang, di depan Jiminpun, kau masih bisa tersakiti oleh ketiadaan Taehyung. Bahkan hanya dengan kenangannya kau nyaris merasakan pedihnya tanpa dirinya.

Kau terus mengulang-ngulang nama Taehyung dalam tangismu, sambil menjambak rambutmu. Kau begitu frustasi. Dan yang Jimin lakukan hanya memandangimu dengan tatapan datar.

"Tolong pelankan suaramu, kau tau ada temanku di luar kan? Apa yang akan di katakannya saat mendengar kau menyebut nama pria lain, sementara akulah yang bersamamu disini."

Mendengar pernyataan Jimin, kau tau kau sudah terlalu menyakitinya sebegitu dalamnya saat ini. Namun kau tak perduli. Kau lebih mengkhawatirkan perasaan dan rasa sakitmu dari pada harga diri Jimin.

Dan untuk itulah kau pikir kau pantas bersama Taehyung kalian berdua sama-sama jahat. Sama-sama egois.

Tidak seperti Jimin, dia terlalu baik. Dan dia pantas mendapatkan orang yang lebih baik, bukannya sampah sepertimu.

Lama Jimin membiarkanmu menangis. Dia hanya duduk disana dan melihatmu dalam kepedihan karena kenangan Taehyung. Sudah pasti dia terluka, tetapi dia bertahan menungguimu disana hingga kau tenang.

Dan akhirnya, setelah tangismu reda, Jimin ikut turun ke bawah. Pemuda itu meraih wajahmu, mengusap sisa-sisa air matamu dan menatap langsung kedalam matamu, lalu berkata...

"Tunggulah, aku akan kembali kesini sesaat setelah detik-detik pergantian tahun. Aku janji."

Kau memilih tak menjawab, dan menepis tangannya. Kau membuang wajahmu, tak mau memandang Jimin.

Bagimu percuma jika dia kembali, setelah malam pergantian tahun. Bagimu, saat yang genting itulah dimana detik-detik malam pergantian tahun itu, dan yang kau inginkan adalah dia bersamamu di saat crusial itu.

Terjadi jeda yang panjang sebelum akhirnya kau menarik napas dalam-dalam dan mengatakan keputusan finalmu.

"Pergilah. Tidak perlu lagi kau berada disini." Bagi Jimin mungkin terdengar akhirnya kau mengerti keadaannya, tetapi bagimu sendiri, itu artinya kau tak akan pernah mau lagi bertemu dengannya.

Dengan kalimat itu, kau membuat janji kepada dirimu sendiri untuk melupakan Jimin, dan berhenti bergantung padanya. Kau akan melepaskannya.

Kini bagimu, kau akan kembali menjalani hidupmu dengan membenci Taehyung.

Jimin?

Dia bukan apa-apa, kau tak perlu membencinya, bahkan kau berharap suatu saat akan bertemu dengannya sebagai seorang teman baik.


The End?

*tungguin alternative endingnya kalo mau.
Sama ada epilogue juga.
Tar epilogue gua publish pas follower gue 10K
🐵🙈🙊

stupid ; kthWhere stories live. Discover now