special chapter

961 105 25
                                    

November 2016

Pukul 13.30 pesawat yang membawamu dari Daegu mendarat di bandara Busan. Lalu lalang keramaian orang mengikuti setiap langkahmu saat menjelajah area bandara tersebut.

Semuanya terasa asing. Terang saja, ini untuk pertama kalinya kau berada disini. Tidak. Ini kali kedua, tapi kali pertama kau berada disini hanya untuk singgah sebentar sebelum melanjutkan perjalanan.

Kau mengukuti arus penumpang lain menuju pintu keluar bandara. Tak ada yang menjemputmu disini. Jadi kau hanya menggunakan instingmu untuk menuju ke hotel yang sudah kau booking untung menginap beberapa malam di kota itu.

Lama kau hanya memandang banyaknya orang di depan bandara. Ada yang berpisah dengan wajah yang sendu. ada juga yang bertemu dan saling menyambut dalam kebahagiaan.

Setelah merasa cukup menyaksikan pemandangan tersebut, kau berjalan kearah taxi yang terparkir didepan bandara, dan menaikinya.

Taksi tersebutlah yang akan membawamu ke hotel.

Tak lama setelah kau masuk ke kursi penumpang di belakang, supir taksinya juga ikut masuk dan menanyakan tujuanmu. Tanpa ragu kau langsung mengatakannya dan sedetik kemudian taksinya berjalan.

Dalam perjalanan dari bandara, kau merasa asing. Tentu saja, Daegu dan Busan tempat yang berbeda bukan? Jelas saja akan berbeda.

Kau memperhatikan setiap jengkal jalananan yang kau lewati, merasa kosong dan hampa. Sesekali, kau melihat gps yang berada di ponselmu, berjaga-jaga jika si supir berniat membawamu entah kemana. Yeah memang sedikit konyol, tapi apa salahnya waspada?

Hampir satu jam, akhirnya kau tiba di sebuah hotel berbintang. Yang tak jauh dari bibir pantai.

Setelah membayar ongkos taksimu, kau langsung diantar menuju kamarmu di lantai 5.

***

Malam begitu dingin saat kau memutuskan untuk menghabiskan waktumu berjalan-jalan di pantai sendirian.

Meskipun malam, pantai masih saja ramai. Suasana begitu tenang dan damai dengan debur ombak yang mengalun di kejauhan. Di sana sini terlihat banyak keluarga atau teman yang saling berkumpul menghabiskan waktu akhir pekan bereka dengan bersantai.

Seketika kau teringat Jimin. Jika saja pemuda itu masih ada, tentu akan menjadi hal yang menyenangkan berada di tempat itu. Pastinya kau akan punya teman sama seperti orang lain di pantai ini.

Tanpa terasa air matamu menetes. Ini sudah hampir satu tahun berlalu, tapi kerinduanmu terhadap Jimin masih saja mengusikmu. Rasanya seperti ada ribuan jarum yang menancap di dadamu dan meninggalkan lubang kosong yang menganga disana.

Kau tersungkur di pasir tak mampu lagi menahan kesedihanmu. Kau menunduk dan meletakkan kepalamu diantara lututmu, sambil memeluk tubuhmu.

Kau kembali teringat akan kenangan bersama Jimin, pemuda itu selalu mengatakan jika suatu saat ingin sekali mengajakmu liburan ke kampung halamannya, tempat dia lahir dan tumbuh besar. Kota yang mengajarkannya menjadi seorang yang berhati baik dan tulus. Yang menjadikannya pacar sekaligus sahabat terbaikmu.

"Apa anda baik-baik saja nona?" Sebuah suara menginterupsimu. Membuatmu harus menengadahkan wajahmu dan memandang sumber suara.

"Ah? Tidak, aku baik-baik saja." Ucapmu sambil menghapus jejak-jejak air mata dipipimu.

Kau malu.

Pemuda itu masih berdiri disana. Ekspresinya cemas. Dan entah mengapa, ekspresinya terasa tak asing. Mengingatkanmu pada seseorang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

stupid ; kthWhere stories live. Discover now