032

4.1K 541 142
                                    

Untungnya hari itu kau tidak benar-benar bertemu Taehyung, dia hanya lewat dibelakangmu, dan itupun beberapa meter jauh dibelakangmu.

Untuk hari ini kau bisa bernapas lega. Kau memang belum sanggup bertemu dengannya. Kau belum siap. Kau tidak ingin dia melihat kehancuranmu karena meninggalkan dia. Kau ingin menunjukan pada Taehyung bahwa kau baik-baik saja tanpanya.

Dalam perjalanan pulang ke apartemenmu kau termenung. Pikiranmu benar-benar kosong. Kau tidak sedang memikirlan apapun, kau hanya melamun saja. Membiarkan pikiranmu melayang entah kemana.

Bahkan kau sempat melewati komplek apartemenmu dan harus kembali berjalan dari arah berlawanan.

Satu hari ini benar-benar melelahkan dan kau hanya ingin segera pulang dan mengeyahkan tubuhmu di atas ranjang dan tidur sampai besok.

Dan itulah memang yang kau lakukan. Sesaat setelah berada di apartemen, kau langsung menuju kamarmu.

Belum sempat menutup matamu, bell apartemenmu berbunyi.

"SOOMI BUKA PINTUNYA!" Teriakmu.

Kau terlalu malas untuk bangun. Tapi setelah menunggu beberapa lama, sepertinya Soomi belum kembali. Akhirnya dengan sedikit mengerutu, menyeret langkahmu ke arah pintu.

Pintu terbuka. Pandanganmu sedikit tertunduk karena malas.

"Hai!" Suara ini.

Kau langsung memandang kearah wajah si tamu.

"JIMIN!" Senyum mengembang diwajahmu saat melihat wajah ramah Jimin.

Kalian hanya berdiam disitu, sementara kau berusaha keras menahan godaan untuk memeluk pemuda itu.

"Apa kalian hanya akan beridiri sambil tersenyum disitu atau akan masuk?" Itu Soomi, dia baru saja muncul dibelakang Jimin.

Posisimu dan Jimin memang sedikit menutupi aksen masuk ke apartemen. Untuk itulah Soomi bersuara. Dia kelihatan capek. Jadi kata-katanya sangat tajam.

Sontak saja, kau langsung menarik tangan Jimin untuk masuk disusul Soomi dengan wajah yang nyaris terjatuh di tanah, karena memberenggut.

"Apa yang terjadi?" Kau bertanya ke punggung Soomi.

"Ujianku jeblok eon." Jawabnya masih terus berjalan kearah kamarnya.

"MAKANYA JANGAN HANYA BERPACARAN TERUS." Teriakmu kearah Soomi. Tapi yang di lakukannya adalah,

BRAKKK!!!

Soomi membanting pintu dengan keras hingga membuat kau dan Jimin saling tertawa. Kalian masih berdiri di dekat pintu.

"Ini untukmu." Jimin menyodorkan sebuah boneka bantal berbentuk kepala ayam berwarna kuning padamu yang tak kau perhatikan dari tadi.

Kau mengambilnya dengan wajah ceria. "Untukku? Terima kasih Jim."

Setelah lama kau tersenyum sambil menatap boneka pemberian Jimin, batu kau sadar satu hal.

Kau menepuk jidatmu.

"Oh astaga, maaf aku. Ayo masuk kita duduk didalam." Kau memandanganya dengan tatapan meminta maaf.

Kau mengantarkan Jimin untuk duduk di ruang televisi, lalu menuju kamarmu untuk menyimpan boneka pemberian Jimin, dan ke dapur mengambilkan soft drink untuk Jimin.

"Jadi untuk apa kau ke Busan?" Tanyamu saat meletakkan dua kalemg soft drink dihadapan Jimin.

"Aku menemui keluargaku disana."

"Oh? Jadi kau orang Busan?"

Jimin mengangguk.

"Jadi kau tinggal dengan siapa disini?"

"Orang tuaku disini, adik serta nenekku berada di Busan."

"Oh."

"Jadi bagaimana 2 bulan ini? Apa ada yang aku lewatkan?" Jimin bersandar di sofa sambil membuka kaleng soda-nya dan meminum isinya.

Matanya tertuju kearah televisi yang tengah menyiarkan acara musik.

Kau mengikuti Jimin ikut bersandar di sofa dengan pandangan tertuju pada layar televisi, tapi kalian sama-sama yakin, tak ada satupun diantara kalian yang benar-benar menontonnya.

Kau mendengus singkat.

"Tak ada yang terjadi. Semua sama saja, tapi kurasa aku sudah lebih baik sekarang." Ucapmu sambil meneguk sodamu.

Tanpa kau duga, Jimin mengambil tanganmu yang berada di samping pahamu. Kau kaget tentu saja, jempol Jimin mengusap lembut belakang tanganmu, tangannya terasa nyaman dan menenangkan. Kau melirik kearah Jimin, tapi pandangannya masih berada di layar televisi.

Jimin terlihat begitu santai dan nyaman. Kembali kau menatap tautan tangan kalian. Kau sedikit tersenyum melihat jari-jari bantetnya yang begitu mungil yang menyatukan tangan kalian, tangan Jimin terasa begitu pas disana. Dan saat kau kembali menegakkan kepalamu, wajah Jimin sudah berada di depan wajamu.

Kaget!

Tentu saja kau sangat kaget.

Kau nyaris menarik dirimu, tapi tangan Jimin terasa begitu menenangkan. Sangat menyenangkan. Jadi kau hanya balik menatapnya. Sambil menunggu dengan was-was apa yang selanjutnya akan terjadi sambil menahan napas.

Jimin menyelami matamu. Membuatmu terasa seperti tengah di telanjangi olehnya. Kau tak mampu berkutik.

"Jadi..." mulainya. Napas hangat Jimin terasa di sekitar bibirmu. Membuatmu mengalihkan pandanganmu ke arah bibirnya yang begitu menggodamu.

"Apa kau sudah siap menerimaku?" Lanjutnya.

Kau masih menatap lamat bibir seksi Jimin, sementara hatimu begitu kacau. Sebenarnya kau tak mampu berpikir untuk mencerna kata-katanya. Pandangan dan perhatianmu terpusat pada gerakan bibir Jimin yang terlihat menggoda. Dan saat Jimin menyentukan jemarinya ke pipimu, dan lidahnya membasahi bibirnya sendiri dengan gerakan lambat dan terkesan sensual. Kau tau kau tak bisa menahannya lebih lama lagi.

Kau memilih untuk membuang akal sehatmu.

Mengutuk dirimu dalam hati, lalu menerjang kearah Jimin.

Kau menyambar bibir Jimin penuh napsu sementara Jimin yang awalnya terkejut namun kemudian tersenyum diantara ciuman panas kalian langsung menahan tengkukmu agar ciuman kalian tak terlepas dan semakin lama.

Untuk saat ini, kau memilih untuk lari dari segalanya, untuk saat ini, kau ingin hanya ada Jimin dan kebahagiaan disana. Untuk saat ini, kau berharap agar kebersamaanmu dengan Jimin bisa segera menghapus jejak Taehyung dihati dan juga pikiranmu.



_계속_

Update-an selanjutnya mungkin bakal agak lama ya, gue blom nulis part lanjutannya sama skli soalnya.. 😢

stupid ; kthWhere stories live. Discover now