041

2.5K 462 192
                                    

Setelah menunggu, dan mengantre beberapa lama, kau Kristal, Kai, Hanbin dan Lisa akhirnya memasuki teater, seperti biasa kau yang paling bersemangat dari semuanya. Kau adalah penggemar dari semua seri film itu, dan setiap tahun selalu menantikannya.

Satu dua jam berlalu, dan film akhirnya mulai memasuki ending saat ponselmu tiba-tiba bergetar.

"Hallo?" Kau berbisik ke seberang sambungan telepon.

"Kau masih di dalam?" Itu Jimin.

"Tentu saja Jim, ada apa?" Kau masih terus berbisik.

"Aku di luar, keluarlah!"

"Apa maksudmu? Filmnya belum selesai!"

"Cepatlah, aku menunggumu."

Entahlah sejak kapan Jimin menjadi tukang paksa begini, kau benar-benar kesal padanya.

Tapi entah kenapa kau menurutinya. Yah, sesungguhnya kau memang seorang penurut, dan juga keras kepala di waktu yang bersamaan. Entahlah, kau sendiri masih kesulitan mendeskripsikan dirimu.

Setelah berpamitan kepada teman-temanmu, kau pun akhirnya berjalan keluar dari teater menuju ke tempat dimana Jimin menunggu.

Saat kau keluar, senyum Jimin menyambutmu. Senyum indahnya membuatmu seketika lupa akan kekesalanmu.

"Ada apa sih? Apa kau tak tau itu film favoritku?" Kau memberenggut kearah Jimin saat pemuda itu menganggdeng tangannmu.

"Maafkan aku, kita bisa menontonnya lain kali." Jawab Jimin sambil menarikmu berjalan.

"Hm, baiklah."

"Apa kau sudah makan?"

"Belum,"

"Baiklah, kita makan di rumahku saja."

"Apa?"

***

Rumah Jimin sederhana, dan nyaman. Keadaan rumahnya sedang sepi, hanya ada seorang asisten rumah tangga disana.

Jimin langsung menuntunmu ke dapur, dan meminta asisten rumah tangganya menyiapkan makanan untukmu.

Kalian duduk di meja makan sambil menunggu.

"Kemana orang tuamu Jim?"tanyamu penasaran.

"Ayahku di kantor, ibuku entahlah biasanya jam begini dia di rumah."

Deg.

Jantungmu berdegup kencang saat membayangkan akan bertemu dengan ibunya Jimin. Kau gugup tentu saja, ini hal baru bagimuㅡbertemu dengan ibu pacarmu.

"Hey, kenapa wajahmu merah begitu? Apa kau malu bertemu dengan calon mertuamu?" Canda Jimin saat akhirnya makan siangmu di sajikan.

Kau menatap galak kearah Jimin dan mengucapkan terima kasih sambil tersenyum kearah si asisten rumah tangga.

Dan saat wanita paruh baya itu berlalu, kau menepuk paha Jimin dan mencubit pinggangnya.

"Aw," Jimin meringis dan berpura-pura kesakitan.

"Ada apa? Kau malu bertemu ibuku? Tenang saja, dia pasti menyukaimu.

Karena gugup, kau memilih tidak menghiraukan Jimin, dan menanyakan hal yang tidak ada hubungannya dengan pernyataannya tadi.

"Kau tidak makan?"

"Aku sudah makan di kampus tadi, kau makanlah, nanti dingin."

stupid ; kthWhere stories live. Discover now