043

2.6K 459 157
                                    

Hari ini, di fakultas Sastra ada acara musik, kau dan Jimin sangat bersemangat, kau memang suka acara musik live seperti itu, dan teman-temanmu akan datang. Sejak di kelas, kau tak henti-hentinya menghujani Jimin dengan pesan-pesan yang menintanya untuk sesegera mungkin menjemputmu dan kalian akan pergi ke gedung fakultas sastra yang tak jauh dari campus kalian.

Karena tak sabar, akhirnya kau meneleponnya.

"Kenapa kau lama sekali?"

"Aku masih di kelas, bersabarlah oke?" Suara Jimin terdengar pelan. Seperti berbisik.

"Berapa lama lagi?"

"Lima belas menit lagi."

"Aku bisa ketinggalan penampilan teman-temanku." Protesmu marah.

"Baiklah, kau pergi saja lebih dulu."

"Katakan jika kau sudah gila Park Jimin!"

"Baiklah-baiklah, lima menit lagi. Tunggulah lima menit lagi."

Kesal, kau akhirnya memutus sambungan teleponmu dengan Jimin dan menuju kelasnya.

Saat kau tiba di depan kelas Jimin, pemuda itu langsung menarikmu, dan mengajakmu berlari.

"Ada apa?" Tanyamu sembari mengatur napas. Saat itu kalian sudah berada jauh dari kelasnya dan tengah menuju fakultas Sastra.

"Kalau ketahuan aku keluar kelas sebelum kuliah berakhir, daftar hadirku bisa di coret."

"Oh baiklah." Seketika senyum mengembang di bibirmu, dan kau langsung menggandeng tangan Jimin mesra.

Kau sedang sangat bersemangat hari ini. Sudah lama kau tidak berkumpul bersama teman-temanmu diacara musik seperti ini.

Sampai di tempat pelaksanaan acara, kau melompat kegirangan, temanmu sedang tampil di panggung, seketika kau menjadi lupa keadaan sekitar dan mulai larut mengikuti melody musik yang di bawakan temanmu.

Sampai lagu ke dua, kau tak henti-hentinya mengikuti setiap bait maupun gerakan dari lagu-lagu yang di nyanyikan. Dan saat penampilan mereka selesai kau menyambut dengan tatapan gembira dan memberikan tepuk tangan yang sangat bersemangat.

"Ayo kita ke belakang." Ajak Kristal yang sekarang ikut bergabung denganmu dan Jimin.

Kau mengangguk kearah Kristal lalu menarik lengan Jimin yang kemudian mengikutimu dengan enggan.

Kau tau, meskipun dia membebaskanmu bergaul dengan teman-temanmu, bukan berarti dia nyaman bersama mereka. Dan kau tau benar itu.

Bukannya kau egois atau apa, kau hanya ingin Jimin bisa akrab dengan teman-temanmu yang lain.

***

Kau tengah mengobrol dengan Jimin serta Kristal saat Seulgi datang. Gadis itu memakai baju super seksi yang tak pantas di pakai ke kampus. Otomatis semua mata baik pria maupun wanita langsung tertuju padanya. Tak terkecuali, JIMIN!

Awalnya kau tak menyadarinya tapi saat kau memanggil-manggil nama Jimin dan dia tidak menggubrisnya, kau jadi tau apa yang tengah mencuri perhatiannya.

Siapa lagi kalau bukan ke paha Seulgi yang berada tak jauh di depannya, gadis penggoda itu tengah mengobrol dengan teman-temanmu yang lain.

Emosimu tumpah ruah, kau langsung menarik lengan Jimin menuju tempat sepi. Disana kau membentaknya.

"APA YANG KAU LIHAT HAH???"

Jimin menatapmu dengan tatapan bertanya.

"Ada apa?"

"KAU!" Kau mendekati Jimin dan mengacungkan jari telunjukmu ke wajahnya. "KAU BRENGSEK! KAU BARU SAJA MELIRIK GADIS LAIN DIDEPAN MATAKU!" Kau berteriak kearah Jimin.

Dan yang lebih mengesalkanmu, Jimin hanya tertawa.

"APA YANG KAU TERTAWAKAN BRENGSEK!"

Seketika pemuda itu mengatupkan bibirnya, tapi kau tau, dari ekspresinya bahwa dia masih menahan senyumnya.

Kejengkelanmu memuncak, kau mengambil sebuah batu dan melemparkannya kearah Jimin. Batu itu cukup besar, dan untungnya Jimin dengan cepat menghindarinya.

"KAU TIDAK MENGHARGAIKU! AKU DI SEBELAHMU DAN KAU MALAH MELIRIK GADIS LAIN?!" Kau kelelahan berteriak-teriak sejak tadi, jadi kau memilih untuk berjongkok.

Tak lama Jimin mendekatimu dan menarikmu betdiri, tapi kau berkeras. Jadi pemuda itulah yang mengikutimu berjongkok.

"Hei, maafkan aku. Aku hanya meliriknya, tidak ada maksuf lain."

"KAU MENYUKAINYA!" Tuduhmu.

"Tidak, aku menyukaimu."

"AKU MEMBENCIMU!"

"Aku mencintaimu."

"KAU BRENGSEK!"

"Aku tau, maafkan aku. Ini tidak akan terjadi lagi." Jimin mengambil tanganmu dan mengajakmu berdiri.

Kau menurutinya lalu dia memelukmu.

***

Setelah pertengkaran kecil kalian, kau menjadi tak bersemangat kembali ke dalam, jadi setelah mengancam Jimin agar tidak mengikutimu kedalam dan kembali bertemu dengan Seulgi, kau pergi menemui teman-temanmu untuk berpamitan.

Saat perjalanan kembali ke apartemenmu, kau dan Jimin mampir ke tempat makan favorit kalian untuk menyantap hidangan seafood yang di bakar. Kau tau Jimin tidak suka makan daging, dan entah mengapa kaupun jadi kurang menyukai daging dan selalu memesan ikan bakar favorite Jimin.

Saat menyantap makanan, kau melihat ekspresi Jimin yang mulai aneh, tak seperti biasanya, pemuda itu terlihat kurang menikmati makanannya, dia bahkan berhenti makan saat ikannya masih sama sekali belum tersentuh.

"Ada apa Jim? Kau tidak suka ikannya?" Kau ikut meletakkan sendokmu dan bertanya kearah Jimin yang meringis.

"Tidak, bukan itu."

"Ada apa? Apa kau sakit?"

Kau memegang tangan Jimin yang tergeletak di atas meja.

Suhu tubuhnya normal, tetapi sekujur tubuhnya berkeringat.

Jimin masih bergerak-gerak gelisah. Dan tidak menjawab pertanyaanmu.

"Jim?" Kali ini kau mengguncang tangannya.

Jimin seperti baru sadar kau ada disana. Lalu menatapmu dengan pandangan tak fokus.

"Apa kau sakit?" Tanyamu sambil menatap ke dalam matanya. Kau ingin Jimin fokus padamu.

Pemuda itu menatap matamu lamat, lalu...

"Sepertinya aku tidak enak badan."



_계속_

stupid ; kthWhere stories live. Discover now