035

4.1K 511 288
                                    

Saat kau dan Jimin tiba di rumah Taemin, mereka tengah menonton film. Seperti biasanya, kau dan Jimin langsung ikut bergabung setelah meletakkan beberapa barang yang di titip beberapa teman kalian seperti snack dan lain-lain.

Rumah Taemin, kosong, karena lama tak di tinggali. Orang tuanya tinggal di rumah mereka yang lain di luar kota. Dan hanya sesekali mereka mampir untuk mengecek keadaan rumah. Karena jarang di tinggali itulah, rumah tersebut terkesan angker.

Suasana rumah sengaja di gelapkan agar kalian bisa menonton dengan nyaman.

Kau dan Jimin segera mencari tempat dan duduk di sebuah sofa panjang yang sengaja di atur Taemin dengan posisi mengelilingi televisi.

Kau duduk bersandar, sementara Jimin berbaring dengan kepala berada di atas pahamu. Otomatis kau mengusapkan tanganmu ke kepalanya, membelai rambutnya. Bisa kau rasakan betap lembut san harumnya rambut Jimin.

Semua orang terlarut dengan adegan-demi adegan di layar televisi kecuali kau.

Otakmu masih saja dipenuhi Taehyung dan pacarnya. Kau tau kau hancur saat berpisah dengannya, tapi sekarang bahkan lebih hancur lagi. Luka perpisahanmu dengan Taehyung itu seakan terbuka kembali. Bahkan lebih sakit lagi.

Pada akhirnya setelah kalian semua selesai menonton film, kalian semua mulai masuk ke kamar masing-masing.

Kau sendiri, mendapat kamar bersama Jimin. Tentu saja kau merasa agak canggung dan risih, tapi kau tidak menyuarakannya. Sebisa mungkin kau tersenyum kearah Jimin dan teman-temannya saat kalian di goda, karena ini pertama kalianya kalian tidur bersama.

Bagimu ini memang bukan yang pertama kalinya kau tidur berdua dengan seorang pria, tetapi tetap saja, kau merasa gugup, apalagi ketika Jimin sudah mematikan lampu dan menyusulmu ke atas ranjang. Dadamu berdegup sangat kencang.

Kau segera memutar tubuhmu membelakanginya dan menutup mata.

Beberapa saat kemudian, kau merasakan tangan Jimin yang melingkari pinggangmu.

"Hei, kenapa membelakangiku?" Bisiknya. Dan tentu saja, terpaan napas hangat Jimin menyentu tengkukmu.

Seketika itu juga darahmu berdesir. Pikiranmu melayang. Apalagi setelah Jimin semakin mengeratkan pelukannya dan menempelkan bibirnya ke tengkukmu, pikranmu kosong. Kau tidak tau lagi akan berbuat apa.

Jimin memutar tubuhmu, kemudian menyangga tubuhnya dengan sikunya, perlahan dia mendekatkan wajahnya ke wajahmu. Dan tubuhmu seolah terkunci dengan tatapan Jimin. Jarak kalian semakin ditepis, se inci demi seinci hingga akhirnya bibir kalian saling menyatu sempurna, dan tubuhmu terasa lumer seperti jelly.

Jimin langsung mengunci bibirmu? Melumatnya seolah memakan makanan favoritnya, begitu pelan, hangat dan membuai. Bibirnya begitu lembut, dan kenyal. Ciuman itu bahkan ribuan kali lebih manis daripada gula. Begitu memabukan, hingga tanpa sadar kau mengalungkan tanganmu ke tengkuk Jimin agar ciuman kalian semakin dalam dan lama.

Dan disinilah, ciuman lembut Jimin tiba-tiba berubah ganas, tak hanya mencium, tangannya kini ikut bermain-main menggerayangi tubuhmu, membuat darahmu berdesir hebat, kau mulai kehilangan akal sehatmu saat Jimin memasukan tangannya ke dalam bajumu dan meremas gundukanmu.

Desahan demi desahan perlahan mengalun indah dari bibirmu saat Jimin melepas ciumannya dan menjalankan bibirnya ke lehermu. Napas hangatnya begitu menggelitik kulitmu dan membuatmu semakin terbakar gairah.

Posisi bajumu sudah tidak pada tempatnya, napasmu menderu. Dan ketika Jimin menjalankan tangannya ke area selangkanganmu, kesadaranmu kembali.

Kau menahan tangannya disana. Tidak menariknya ataupun mendorongnya. Hanya mendiamkannya disitu. Pikiranmu masih kacau. Akal sehatmu menolak, tapi hatimu menginginkan lebih.

"Eunghhh."

Kau melenguh dan memejamkan matamu saat Jimin memasukan jari tengahnya ke liang kenikmatanmu. Membuatmu semakin frustasi menahan tangannya.

Tak lama Jimin menambahkan satu jarinya lagi membuat semakin tersiksa. Apalagi ketika Jimin mempercepat gerakannya di bawah sana. Mengerang hebat. Dan memohon.

"Jim please."

Sebenarnya kau tak tau kau memohon untuk apa.

Namun Jimin tanpa belas kasih, semakin mempermainkanmu. Dia bahkan menjalankan lidahnya ke sekeliling telingamu sembari berbisik.

"Please, biarkan aku menghapus jejaknya darimu."

Dan permohonannya membutamu luluh. Suara lirihnya di telingamu membuatmu pasrah. Cengkramanmu melonggar dan itu tak disiakan Jimin.

***

"Eunghh ahhhh... ahhh."
Kau terus mendesah di bawah hujaman Jimin yang begitu cepat dan brutal. Kau mencengkram lengannya. Tentu saja kau merasa kesakitan. Hampir beberapa bulan lamanya kau tidak pernah di jaman pria. Rasanya seperti baru pertama kali melakukannya. Meskipun sebenarnya memang tidak sesakit itu.

Gerakaj Jimin terus membuatmu melayang. Kau bahkan merasa sudah tak berada di bumi, dan melayang jauh di awang-awang.

"Ahhh.. teruskann Tae ahhh..." seketika kesadaranmu kembali, kau seperti di tarik kembali ke bumi. Kau baru saja menyebutkan nama Taehyung saat Jimin tengah memasukimu.

Kau langsung menatap wajah Jimin, setengah berharap agar dia tidak memerhatikan apa yang baru saja kau katakan tadi.

Ekpsresinya tentu saja tak terbaca, Jimin sendiri lalu menenggelamkan wajahmu ke ceruk lehermu tanpa memelankan gerakannya. Dan sesaat kemudian dia menemukan pelepasannya.

Sedangkan kau?

Persetan dengan orgasme, kau baru saja melakukan kesalahan besar.

Jimin mencabut tautan kalian dan berguling ke samping. Lalu melingkarkan tangannya disekeliling tubuhmu. Mendekapmu erat.

"Aku mencintaimu." Bisiknya, sembari mencium keningmu.

Kau membalas pelukannya. Dalam hati bersyukur Jimin tidak menyadari kesalahanmu. Dan itulah yang membuat hatimu sakit. Jimin sangat baik. Terlalu baik untuk gadis jahat dan tak berpesaraan sepertimu.

***

Pagi harinya saat kau bangun, Jimin tidak berada di sampingmu. Tapi sayup-sayup kau mendengar percakapannya diluar bersama Taemin.

"Sepertinya aku mendengar desahan dari kamarmu semalam?" Ucap Taemin sambil terkekeh.
"Dan pagi ini, kau mencuci bedsheet yang bernoda darah, apakah aku bisa mengasumsikan kau baru saja membuat anak orang kehilangan keperawanannya." Lanjutnya.

Seketika kau melihat tempat tidur. Benar saja, tak ada bedsheet berwarna putih yang semalam melapisi ranjang. Dan kata darah membuatmu melompat dan berlari ke kamar mandi.

Benar saja, saat kau meraba daerah selangkanganmu kau bisa merasakan ada noda darah yang terlihat mengering disana.

Tak mau menunggu lama, kau langsung mencuci daerah selangkanganmu dengan air. Tapi pikiranmu melayang.

Bagaimana mungkin kau berdarah saat bercinta, sementara kau sudah tidak perawan lagi.

Seketika kau ketakutan. Kau langsung memikirkan kemungkinan demi kemungkinan terburuk. Dan hanya kepada satu hal penting itulah semua bermula.

Gara-gara aborsi!


_계속_

Sorry ya slow update. Gue lagi males nulis.
Butuh disemangatin tapi ga da yang nyemangatin.
😢😢😢
Eh soal mulmednya.
Pkonya gue lg suka tu lagu.
😂

stupid ; kthWhere stories live. Discover now