038

2.8K 506 158
                                    

Taehyung menjulang di depanmu, wajah tampannya masih seperti biasa, tapi tanpa senyum ramah dan penuh cinta yang selalu bertengger manis ketika bersama denganmu dulu.

Sesaat kalian hanya saling menatap tanpa kata, sebelum akhirnya Taehyung memecahnya dengan celetukan dan cengiran khasnya yang begitu kau rindukan.

"Hai,"

"Hai."

"Kau sudah lama? Maafkan aku. Aku..."

"Tidak apa Tae," Kau memotong kalimat Taehyung lalu menatapnya datar.

"Bisakah kita bicara sekarang?" Tanyamu lelah. Dan mengantuk tentu saja.

Setelahnya, kau menuntun Taehyung melewati ruang tamu apartemen Sungjae menuju ke teras.

Kau menghentikan langkahmu tepat di depan pagar pembatasnya, meletakkan jemarimu keatas besinya merasakan dinginnya stainless steel itu mengalir ke seluruh tubuhmu.

Kemudian berbalik.

Taehyung menghentikan langkahnya, tanpa sengaja mata kalian bertemu. Hal ini tidak baik untukmu tentu saja, dadamu langsung sesak, napasmu tertahan, perasaanmu campur aduk. Kau ingin melompat ke pelukan Taehyung saat itu juga, tetapi kau tau kau tidak mungkin melakukannya.

Kau berusaha keras menjaga harga dirimu, disisi lain kau ingin mencakar Taehyung, memukulinya membabi buta agar dia merasakan bagaimana sakit yang kau rasakan akibat perbuatannya. Di dalam otakmu bahkan kau sudah membayangkan hal itu terjadi, hingga kau harus menahan dirimu sendiri dengan mengepalkan tanganmu sekuat tenaga.

Dan hal tak terduga terjadi.

Taehyung tersenyum dan maju satu langkah kedepanmu.

"Apa kabar?"

Terlalu dekat.

Posisi Taehyung terlalu dekat denganmu. Napasmu semakin berat. Jika seperti ini terus sepertinya seseorang harus segera memanggil 911 agar kau bisa selamat dari intimidasi Taehyung.

Tapi kau berkeras. Kau tidak boleh kalah oleh pesona Taehyung. Kau mengerjapkan mata, dan menjawab.

"Aku baik,"

Sementara Taehyung masih berdiri disana, sambil menatapmu dengan senyum diwajahnya. Tentu saja kau salah tingkah, akhirnya mau tidak mau, kau membalas senyumnya. Bukan itu saja, kau bahkan tertawa.

Kalian tertawa bersama.

Tidak seperti dulu tentu saja, tapi setidaknya suasana menjadi lebih cair sekarang. Dan sekali lagi, kau bersusah payah menahan diri untuk tidak melompat kepelukannya.

"Maaf aku membuatmu menunggu lama," ucap Taehyung

"Tidak apa,"

"Baiklah, ada apa?"

Inilah...

Kau sebetulnya belum menyiapkan apapun. Kau tidak tau harus memulai ceritamu dari mana.

Terjadi jedah yang lumayan lama hingga membangkitkan kecanggungan itu lagi.

Akhirnya setelah menarik napas panjang kau mulai bercerita.

"Aku berdarah,"

Kau memeriksa ekspresi Taehyung. Ada gurat pertanyaan disana, tapi dia tidak menyuarakannya. Sepertinya pemuda itu masih menunggu kau melanjutkan ceritamu. Jadi kau melanjutkan.

"Iya, aku berdarah. "Disitu"." Kau terlalu kaku untuk mengatakan kata Vagina, jadi kau memakai kata ganti yang rancuh itu agar terasa sedikit nyaman. Untungnya, Taehyung mengerti.

"Kenapa?"

Kau kebingungan tentu saja. Kau tidak ingin menceritakan kebenarannya bahwa kau bercinta dengan Jimin, karena kau tidak ingin Taehyung mengetahuinya, tapi kau juga tidak tau harus mencari alasan apa.

"Entahlah, itu tau-tau saja berdarah, aku, aku ketakutan Tae... ku pikir aku sakit." Suaramu bergetar. Akhirnya kau bisa menumpahkan kekhawatiranmu pada orang yang tepat, pada orang yang mengerti benar dengan keadaanmu, tanpa harus menutup-nutupinya lagi.

"Tidak mungkin,"

"Mungkin saja, kita tidak melakukannya dengan benar kemarin, mungkin saja itu masih tersisah, belum bersih sepenuhnya, dan akhirnya menjadi sesuatu yang buruk untuk tubuhku sendiri." Kau mulai menangis.

"Hey, tidak apa-apa. Tenanglah tidak ada hal semacam itu." Taehyung mendekatimu, kau tau dia ingin menyentuhmu, tapi dia menahannya. Dan itu malah membuatmu sedih dan sakit hati.

Kau ingin Taehyung menyentuhmu, kau ingin dia memeluk dan menenangkanmu. Tapi dia tidak melakukannya.

"Aku takut Tae, bagaimana kalau ini kanker? Bagaimana kalau kista? Apa yang akan terjadi padaku? Apa yang harus aku lakukan?" Kau terisak kearahnya.

Tapi Taehyung memilih menghindari tatapanmu. Tatapannya kosong.

"Hey, tenanglah. Itu tidak mungkin, kau hanya terlalu membesarkannya."

Kau marah. Karena Taehyung menyepelekan kekhawatiranmu.

"Mudah saja kau mengatakannya Tae, tapi aku yang merasakannya, bagaimana dengan masa depanku? aku masih ingin hidup, aku masih ingin memiliki anak." Air matamu semakin deras, lututmu tak mampu lagi menopang berat tubuhmu. Kau merosot ke lantai.

Tapi Taehyung bergeming. Dia ikut berjongkok, tapi tetap menjaga jaraknya.

"Baiklah, maafkan aku. Apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya lembut.

Kau menatapnya dengan mata yang di genangi air mata.

"Aku ingin ke dokter Tae."

"Tapi... kau tau kan? Aku tak punya uang."

"Cukup temani saja aku Tae."

"Baiklah kita akan mencari waktu oke?"

Kau mengangguk. Dan Taehyung tersenyum kaku kearahmu.

"Baiklah, ayo berdirilah."

Taehyung akhirnya menarikmu berdiri, dan menuntunmu ke kursi. Kau duduk disana masih terisak sambil menyembunyikan wajahmu dari Taehyung.

Setelah beberapa lama, akhirnya tangismu reda.

"Kau mau pulang sekarang?" Ucap Taehyung akhirnya.

Kau ingin memohon pada Taehyung bahwa kau masih ingin tinggal disana bersamanya, masih banyak hal yang ingin kau bicarakan dengan Taehyung, tapi kau tau kau tak bisa.

Kau memutar otak mencari alasan tapi beberapa gagasanmu terdengar kurang meyakinkan.

Akhirnya...

Kau mengangkat wajahmu dan memgangguk.

"Baiklah, ayo aku akan mengantarmu."


_계속_

stupid ; kthWhere stories live. Discover now