AGASKA | Chapter 4 - Khawatir

4.4K 310 17
                                    

Ketika dia menatapku, hati ini merasa senang, tapi saat sadar kalau dia membayangkan orang lain, hati ini merasa sesak. - Agatha

---

Alex mengambil tiga puluh bungkus mie instan dan memasukannya ke dalam keranjang yang di bawa Dudung, salah satu anggota Blacker.

"Dung!" panggil Jeno.

Dudung yang di panggil langsung menoleh dan terkejut saat melihat empat botol minuman soda berwarna merah.

"Banyak amat."

"Kan dua puluh orang Dung," ucap Jeno.

"Ya udah ... Lex, cepetan. Lo tau kan Dave sekali laper kek bocah gak makan seabad," ajak Dudung.

"Iye-iye," jawab Alex padahal ia masih memilih-milih mie yang ia sukai.

Malam ini Blacker memang berencana untuk makan bersama di warung biasa mereka berkumpul. Rutinitas malam minggu walau ada beberapa yang pergi bersama pacar mereka.

Berhubung babeh tidak memiliki mie sebanyak total anak-anak Blacker yang akan hadir. Alaska pun meminta Alex, Revan, Dudung dan Jeno untuk membeli mie dan martabak. Bukan minuman bersoda.

Setelah membayar mie dan minuman bersoda itu. Saat mereka keluar terlihat Revan yang masih menunggu martabak mereka. Banyak memang.

"Udah?" tanya Alex.

"Bang, udah?" tanya Revan pada Abang tukang martabak.

"Belom."

"Lo denger kan?" tanya Revan pada Alex.

"Ya udah lo jalan sendiri aja. Kita duluan, kan Mie butuh waktu," ujar Alex sambil menaiki motornya. Dudung dan Jeno juga.

"Lah seenak jidat, terus gue pake apa?" tanya Revan yang spontan berdiri dari kursinya.

"Derita lo, ntar gue bilang ke Alaska lo di culik sama ondel-ondel," jawab Dudung yang di bonceng oleh Jeno.

Revan langsung mengeleng kala sahabat laknatnya itu meninggalkan Revan.

Revan merasa bahunya di tepuk seseorang, Revan pun langsung menoleh ke belakang.

"Nih." Revan melongo saat empat kotak martabak pesanannya sudah jadi.

"Tadi kata lo martabaknya belom," ucap Revan.

"Kan tadi, sekarang udah," jawab Abang tukang martabak yang sudah akrab dengan Revan.

"Anjir kenapa gak bilang botak! Kan gue jadi di tinggalin!" teriak Revan frustasi.

"Kan situ nanyanya udah selesai apa belom, bukan nanya udah mau selesai apa belom." Revan mengacak rambut frustasi saat mendengar jawaban pintar dari tukang martabak langganannya ini.

"Nasib pelanggan dapet ilmuan berhenti di tengah jalan begini nih." Revan menghela nafas lelah sambil mengambil martabak itu.

Gerakan Revan yang mencari-cari uang di jaket dan celananya berhenti.

"Bangs*t." Revan mengeram saat teringat ia tidak membawa uang. Uang yang Alaska berikan pun ada pada Alex yang kini meninggalkannya.

"Bang, ngutang dulu ya?" bujuk Revan.

"Cakep-cakep ngutang! Gak malu ama cewek?"

AGASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang