AGASKA | Chapter 33 - AMBER STORY

2.5K 183 25
                                    

Instrumennya di atas😶
Selamat membaca!

---

Agatha Putri Sanjaya : 143 Aska di baca apa?

Alaska Bevano Pratama : Satu, empat, dua.

Agatha Putri Sanjaya : Buka internet gih, cari di internet

Alaska Bevano Pratama : Males.

Agatha Putri Sanjaya : Ya udah aku kasih tau aja ya?

Alaska Bevano Pratama : Hmm

Agatha Putri Sanjaya : i love you Aska

.

.

.

Alaska Bevano Pratama : Udah tau.

Agatha mendengus kesal membaca balasan Alaska yang benar-benar menjatuhkan rasa malunya. Alaska dengan hobbynya yang menjatuhkan ekspetasi orang-orang.

Abdul : Mbak, saya sudah di titik ya.

Dengan cepat Agatha meraih tasnya, lalu berjalan keluar rumah sambil menutup pintu dan menguncinya dari luar.

***

"Seperti kata Bu Ratna ketika amanat upacara. Wadah corona sudah tersebar di berbagai negara, walau belum tentu masuk ke Indonesia, Ibu harap kita semua tetap berdoa dan berwaspada. Jangan sombong dulu, jangan bilang kita tahan banting, karena kita engga tau apa yang akan terjadi untuk ke depannya," jelas guru Kimia di kelas Alaska.

Sebuah tangan terangkat.

"BU! MO NANYA!"

"Ngomongnya jangan begitu kasep ...," kesal Bu Sri.

"Maaf Bu," kata Dave sambil tersenyum, dapat membuat Bu Sri semakin jengkel.

"Kalo corona masuk ke Indonesia, kita lockdown Bu? Ujian Nasional gimana? Kelulusan gimana Bu?" tanya Jeno yang kesal dengan Dave.

"Lah tadi lo nyuruh gue tanyain," komplen Dave.

"Ga jadi, gue salah pilih orang," kata Jeno kecil. Dave mendengus kesal.

"Begini, seperti apa yang Ibu bilang, kita engga tau apa yang akan kita hadapi besok atau lusa. Yang jelas, sekarang situasinya bener-bener lagi mengkhawatirkan. Walau Indonesia masih aman, kita engga boleh terlalu senang, ingat, di luar negeri, saudara sebumi kita banyak yang pergi karena virus ini," jelas Bu Sri.

Siswa dan siswi langsung terdiam, ada yang masih menganggap remeh, ada yang merasa khawatir sampai parno sendiri dan ada yang berpikir ... apa mereka akan berpisah secara tiba-tiba? Tanpa adanya perpisahan yang layak seperti angkatan-angkatan terdahulu.

"Jangan takut, jangan panik. Kita sama-sama berdoa untuk yang terbaik. Ingat," kata Bu Sri sambil melepas kacamatanya.

Bu Sri menghela napas lalu tersenyum pada anak-anak muridnya yang memperlihatkan beragam ekspresi.

AGASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang