AGASKA | Chapter 15 - Bulan menangis

3.4K 245 38
                                    

Alaska langsung memakai jaketnya dan beranjak pergi.

"Alaska! Mau kemana lo?" tanya Jeno.

"Agatha."

Semua teman-temannya terdiam seribu kata. Mereka menoleh ke arah jam lalu kembali menoleh pada punggung Alaska yang kini sudah hendak menaiki motornya.

"Al! Gue ikut lo!" teriak Dudung hendak mengambil helm-nya.

"Gue juga!" lanjut Dave.

"Di sana ada Revan sama Tania, kalian di sini aja."

Semua anak Blacker hanya diam di tempat, tidak ada yang bergerak saat Alaska meminta mereka tidak mengikutinya. Mereka hanya menatap punggung Alaska yang sudah pergi menjauh bersama motornya.

Maura yang melihatnya hanya bisa diam menahan rasa panas di hatinya.

Maura bangun dan berjalan menuju mobilnya. Tidak ada yang menyadarinya. Karena sedari tadi Maura hanya diam, jadi tidak banyak yang menyadarinya.


***

Don't watch me cry

Agatha berjalan perlahan. Selangkah demi selangkah. Suasananya sangat menyeramkan. Sepi dan hanya ada suara jangkrik-jangkrik. Cukup gelap karena semua orang tau, tidak akan ada manusia yang berani datang ke tempat itu sendiri. Langkah Agatha terhenti pada suatu makam milik seseorang.

Pada batu nisan itu tertulis nama seseorang.

Selina Alviana

Agatha berjongkok di depan batu nisan itu. Tangannya bergerak memegang batu nisan itu, setetes air mata turun membasahi pipinya pada malam sunyi itu.

Tepat di bawa rembulan yang bersinar terang. Sama seperti arti nama Selina yang berati Bulan.

"Hai, maaf ya. Pasti lo gak tenang tinggal di atas sana. Gue tau, di posisi lo, semuanya juga berat dan salah. Gue tau, semuanya emang salah sejak awal. Tapi manusia terlalu memaksa kehendak mereka sendiri, sampai lo jadi korbannya," ujar Agatha lalu menghapus air matanya.

"Gue gak tau apa yang gue rasain sekarang. Ketika gue minta maaf sama lo, di situ juga gue ngerasa ada yang bersalah sama gue. Ketika ada yang ngehina lo, di situ gue ngerasa terhina. Entah itu Agatha atau Selina. Posisi kita sama. Tapi Nenek gak salah, Amanda meninggal serangan jantung karena kaget liat gue," lanjut Agatha.

"Ngeliat anaknya yang muncul dengan penampilan beda dan mata yang bisa melihat," tawa pedih Agatha terdengar.

"Lo tau? Alaska ngasih Agatha jaket Selina. Apa dia ngunjungin lo? Alland bilang dia gak pernah dateng ke makam semenjak gue muncul, apa itu bener? Maaf, lagi-lagi gue ngerebut kebahagiaan lo. Gue sendiri bingung, entah gue harus seneng atau engga dia anggep gue Selina." Agatha tersenyum.

"Tapi lo tau?"

Agatha mengambil tanah dengan tangannya.

"Rasanya ... gue pengen teriak ... kalo gue itu Selina Alviana! Bukan Agatha Putri!" teriak Agatha pada dirinya sendiri. Tanah itu ia buang begitu saja.

AGASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang