AGASKA | Chapter 59 - Kehancuran Sanjaya

2K 130 62
                                    

"Sudah reservasi?"

"Atas nama Diana Sanjaya."

"Mari saya antarkan."

Agatha melangkah masuk ke dalam private room salah satu hotel Jakarta yang telah direservasi oleh Rina tadi siang, sesaat setelah Agatha menelepon Diana untuk mengajaknya makan malam yang hanya dihadiri keduanya.

Malam ini, Agatha akan membuat Diana mengakui kebohongannya.

Wanita berpakaian formal diujung lorong membuat Agatha menghentikan langkahnya.

"Terima kasih, sisanya biar saya yang antar," ucap Rina yang diangguki pelayan hotel.

Setelah pelayan hotel pergi, Rina menyodorkan sebuah pena pada Agatha, gadis itu menatap dengan penuh pertanyaan.

"Ini untuk bukti nanti, kamu harus berhasil buat Nyonya buka suara supaya langsung terrekam. Kami memantau dari luar," ucap Rina.

Agatha mengangguk.

Tangan Rina menunjuk sebuah ruangan diujung lorong sebelah kirinya. Agatha langsung berjalan menuju pintu itu, tapi baru dua langkah Agatha berhenti.

"Gimana kalau Nenek tau?" tanya Agatha.

"Maka Nyonya akan terbebaskan dari seluruh perbuatannya," jawab Rina.

Satu kalimat itu mampu membuat Agatha merasa takut, karena ia mendapat bagian terpenting dan tersulit. Maju atau mundur sama-sama akan merugikan.

Keadilan, kebenaran dan kebebasan. Semua itu tergantung pada malam ini.

Keadilan atas kasus Sarah, kebenaran atas kecelakaan mobil Adrian dan kebebasan atas rantai yang membelenggu Alland. Agatha tidak boleh gagal.

Pintu besar itu terbuka, terlihat Diana langsung memberi aba-aba pelayan untuk keluar. Setelah pelayan-pelayan itu keluar dan pintu tertutup, barulah Agatha berjalan menuju kursinya.

"Ini terlalu berlebihan," kata Agatha menyangkut tempat mereka bertemu.

"Ini makan malam yang berkelas, kamu harus terbiasa," balas Diana.

"Waktu kamu sedikit, jadi langsung ke intinya, apa mau kamu?" tanya Diana sambil menaruh sumpitnya.

Agatha menjawab, "tolong cari perampok kemarin."

Diana terdiam lalu menaruh sumpitnya, matanya menatap lurus pada Agatha yang menguncir rambutnya dengan gaya lilit-pembaruan dari gaya rambut kuncir kuda.

"Beberapa hari yang lalu kamu nuduh saya, tapi hari ini kamu datang dan minta saya cari pelakunya," ucap Diana.

"Kamu gak bisa sebut pria itu perampok disaat dia gak ambil apapun dari kamu," potong Diana.

Gadis SMA itu tersenyum. "Aku gak pernah bilang dia pria dan darimana Nenek tau dia gak ambil apapun?"

Keduanya sama-sama bungkam, tidak ada yang bersuara, hanya ada senyuman Agatga dan tatapan tajam Diana yang diarahkan pada Agatha.

"Sudah saya duga, kata 'tolong' terlalu sopan untuk kamu yang suatu saat nanti bisa memengal leher saya," tutur Diana tidak terpancing.

"Jadi Nenek pelakunya?" tanya Agatha.

"Kamu lagi rekam saya?" tanya Diana balik.

Agatha yang malas berpura-pura langsung bersandar sambil menghela napas, ia menyalakan ponselnya dan menyalakan sebuah rekaman suara selama beberapa saat.

Pertama bagian Diana dan Adrian.

"Papa lari bukan karena Om Ridwan, tapi Nenek. Pertanyaan aku pas dengar ini hanya satu, 'kenapa Papa mengancam dan kabur?'"

AGASKA Where stories live. Discover now