AGASKA | Chapter 38 - OPINI

1.9K 178 141
                                    

Alaska melangkah mendekati Ayahnya yang sedang menonton berita di Televisi.

"Agatha dimana?" tanya Alaska saat tidak melihat gadis yang datang bersamanya.

"Dia ada kepentingan, jadi terpaksa pulang," jawab Ridwan berbohong.

Alaska yang tidak terlalu mengenal Ridwan langsung percaya, tidak berusaha peduli dengan kepentingan apa yang membuat Agatha harus pulang lebih cepat. Toh Agatha sudah dewasa.

***

Agatha berjalan dengan guntai dibawah lampu jalan yang berkedip-kedip. Matanya sudah menatap kosong pada jalan trotoar yang tidak rata, ada yang naik ada yang turun, seperti hidupnya.

Wajah kedua orang tuanya terus bermunculan tanpa henti, bahkan Agatha belum membalas kebaikan mereka. Andai Agatha ingin meminta, Agatha ingin memeluk mereka sekali lagi. Agatha ingin memeluk orang tuanya yang selalu berusaha melindungi anak-anak mereka dengan sepenuh hati.

Dirinya yang masih berusia 17 tahun dibutakan oleh cinta, cinta yang ternyata membuat orang tuanya harus pergi dengan cara yang mengenaskan.

Awan hitam mengumpul dilangit mendung. Siap menurunkan berjuta tetesan air, bagaikan anak panah ditengah peperangan. Agatha siap dipanah walau rasanya sakit tak berdarah.

Agatha berjalan hingga kakinya sudah tidak sanggup melangkah maju, bahkan untuk mundur saja Agatha tidak sanggup lagi. Agatha hanya dapat terjatuh ditempat, lalu bersandar sambil berteduh pada pohon rindang disebelahnya.

Apa yang harus Agatha lakukan.

Apa diam adalah pilihan terbaik yang harus Agatha pilih saat ini?

Diam atau balas.

Hanya dua kata itu yang muncul dipikiran Agatha.

***

Alaska mengernyit saat tidak mendapati bekal yang selalu ada dibawah mejanya. Sekali lagi Alaska meraba dan menunduk untuk melihat kolong mejanya.

"Lo cari apaan?" tanya Dave yang sedang tertidur dengan kepala ditutupi hoodie navy-nya.

"Manusia," jawab Alaska asal.

"Lo nyari bekel dari Agatha?" tanya Ucok yang baru datang bersama Dudung.

Alaska tidak menjawab, karena sudah ketahuan, ia memilih untuk menaruh tasnya dan memainkan ponsel dengan kaki yang ia taruh di kursi temannya.

"Yah gue gak dapet jatah dong?" tanya Dudung membuat Ucok berdecak kesal.

"Makan aja otak lu! Beli pake duit!" omel Ucok.

"Makan itu kewajiban, kalo cuan itu kesukaan," kata Dudung lalu tertawa sendirian.

"Lo lagi ribut sama Agatha?" tanya Dave dengan mata terpejam.

Alaska spontan mengeleng.

"Tumben direspon," gumam Dudung, Alaska langsung melirik tajam.

"Santai Bos, itu mata udah mau keluar dari sarangnya," balas Dudung.

"Agatha ada masalah mungkin, hoamm ... lo gantungin dia terus, dia capek pasti," gumam Dave super panjang.

"Iya tuh, mula sekarang lo kalo ngomong sama dia jangan kayak ngomong ama musuh ya, minggu lalu lo ngobrol sama Elsa panjang padahal gak dibales, masa sama Agatha malah singkat bin padat gak jelas?" Dudung menjelaskan dengan waras.

AGASKA जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें