Chapter 1

5.7K 424 23
                                    

Hi! Hehe welcome to this story! Aku baru sadar setelah nulis beberapa chapters kalau judul cerita ini kayaknya enggak nyambung sama isinya T-T maaf ya.. Tapi, gimanapun, aku masih berharap kalian bisa terhibur sama kontennya. Hehe enjoy! Vote + comments sangat diapresiasi ^-^

***

"Baekhyun!" Lelaki berperawakan mungil itu mengalihkan pandangannya dari buku yang ia masukkan ke dalam loker ke sumber suara yang menyerukan namanya itu.

Ah, itu Jongdae.

"Hey. Kenapa?" Ia tersenyum sebelum bertanya sembari mengunci pintu loker miliknya.

"Lo bakal ke bawah?" Ke kantin maksudnya. Memang seolah sudah menjadi rutinitas di antara kelompok pertemanannya untuk menanyakan pertanyaan ini. Padahal, kebanyakan waktu, jawabannya tentu saja akan sama, yaitu iya.

Baekhyun mengangguk.

"Oke. Gue nyusul ya. Dipanggil mendadak untuk laporan ilmiah. Coba cari Kyungsoo dulu aja." Jongdae menjelaskan, mengambil barang-barang yang sebelumnya ia letakkan di atas meja. "Ya udah. Gue duluan ya. Bye! "

Jongdae terlihat cerah hari ini. Bagus lah kalau begitu.

Setelah Jongdae menghilang dari pandangannya, Baekhyun menarik tas miliknya yang berwarna hitam polos dan beranjak pergi untuk meninggalkan barang-barangnya di kelas pelajaran selanjutnya.

Dengan langkah pelan, Baekhyun menuruni tangga yang membawanya ke kantin sekolah. Siapa tau, Kyungsoo sudah di bawah untuk memesan makan siang.

Baekhyun memang seperti ini, sendiri pun ia tidak masalah karena jujur saja, terkadang ia pun merasa bahwa kepribadiannya bisa condong dibilang pendiam jika dibandingkan dengan Kyungsoo yang notabenenya ketua OSIS. Jabatannya itu mengharuskan Kyungsoo untuk berinteraksi banyak dengan murid-murid sekolah. Tapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa terkadang ia menunjukkan sisi dirinya yang ceria dan penggembira.

Sesampainya ia di bawah, Baekhyun melihat Sehun yang sedang membuka kotak bekal yang terbungkus rapi dalam sebuah tas kanvas. Ciri khas Sehun sekali.

"Sehun. Lihat Kyungsoo gak?"

"Belum liat, Baek. Tapi mungkin sebentar lagi ke bawah. Tadi dia sempat ditahan sama Mr. Watson."

"Oh, gitu."

Mr. Watson, guru Biologi, memang benar-benar hobi menahan muridnya setelah pelajaran selesai. Entah untuk sekedar bercerita tentang istrinya yang ia cinta mati, atau hanya untuk menanyakan kabar sang murid. Katanya ia ingin muridnya sehat tanpa beban.

Si guru Biologi ini selalu bangga karena namanya sama dengan salah satu penemu paling revolusioner dalam dunia Biologi, James Watson, sang bapak salah satu penemu struktur DNA.

Unik memang.

"Duduk aja di sini dulu." Sehun menepuk-nepuk kursi di sampingnya, menyuruh Baekhyun untuk duduk.

Baekhyun tersenyum. "Gapapa. Gue ke atas aja. Makasih ya." katanya sebelum menepuk pelan pundak lebar Sehun dan pergi dari kantin.

///

"Sampai di sini kelas hari ini. Tolong perhatikan lagi materi tentang kesetimbangan kimia. Sekali lagi saya ingatkan, ujian besar sudah dekat. Belajarlah lebih giat." Sang guru menganggukkan kepalanya, seakan-akan meyakinkan para murid bahwa mereka bisa menjadi lebih baik lagi. Akhirnya, ia pun beranjak dari belakang meja kayu itu dan menghilang di balik pintu kelas.

Baekhyun melirik jam yang ada di sisi belakang ruangan. Masih ada lima menit lagi sebelum pelajaran berikutnya dimulai.

"Soo." Panggil Baekhyun sambil menepuk punggung milik Kyungsoo yang duduk di depannya. Sepertinya anak itu sedang sibuk dengan tugasnya sendiri.

"Hm? Sebentar."

Baekhyun hanya mengangguk. Menunggu dengan sabar.

"Ada apa?" Akhirnya, setelah Kyungsoo selesai menulis catatan, yang Baekhyun baru tau setelah mengintip tadi, ia meladeni Baekhyun.

"Tadi kemana?"

Kyungsoo mengangkat kedua alisnya. Mungkin bingung karena pertanyaan Baekhyun. Tadi, tadi kapan?

"Pas istirahat pertama. Gue ke bawah nyari lo, tapi engga ada."

"Oh itu." Kyungsoo tersenyum. "Tadi ditahan sama Mr. Watson. Ditanya ini-itu, gue baik-baik aja apa engga, ada masalah atau engga. Gue baik, memangnya kenapa?" Baekhyun tertawa kecil. Kyungsoo memang paling tidak suka jika ditanya-tanya soal urusan pribadinya. Sudah banyak pengalaman dimana guru terlalu mencampuri urusan pribadinya dan menurutnya, itu tidak pernah berujung baik. Jongdae pun berpikir demikian. Untuk Baekhyun... ia memang tidak pernah terlalu berurusan dengan guru.

"Mr. Watson kan memang kayak gitu."

"Hm. Tapi engga masalah sih. Mr. Watson bukan tipe guru yang suka ikut campur urusan muridnya. Gue tau beliau terlalu peduli aja."

Kyungsoo bergerak untuk merapihkan barang-barangnya. Melihat itu, Baekhyun pun dengan sendirinya ikut mengumpulkan kotak pensil dan buku-bukunya untuk ia masukkan ke dalam tas.

"Gimana hasil simulasi ujian waktu itu?" Kyungsoo bertanya. "Memuaskan?"

"Lumayan. Lo?"

"Hm. Lumayan."

Salah satu persamaan Baekhyun dan Kyungsoo adalah ini. Saat ditanya perihal nilai akademik, Baekhyun hanya akan menjawab nilainya memuaskan atau tidak. Begitu juga Kyungsoo. Sedangkan Jongdae, ia tidak akan segan untuk memberitahukan nilainya secara terperinci.

Lagian, mengapa harus segan? Nilai Jongdae memang tidak pernah mengecewakan.

Saat berjalan keluar untuk ke kelas berikutnya, Jongdae yang baru saja keluar dari kelas Bahasa Inggris memanggil mereka.

Baekhyun, Kyungsoo, dan Jongdae memang sudah mulai dekat dari kelas sepuluh, satu SMA. Tidak heran jika mereka lekat seperti perangko. Selain itu, tidak diragukan juga bahwa mereka sudah mengetahui keperibadian satu sama lain.

Awalnya, mereka dekat karena mereka terpisah dari teman-teman komplotannya yang lama saat memasukki kelas sepuluh. Tapi setelah dipahami lebih dalam, mereka sepakat bahwa berteman dengan satu sama lain itu benar-benar membantu mereka dalam mengembangkan potensial yang mereka miliki hingga kapasitas maksimum.

Jika kamu berada di antara orang-orang yang mampu membuatmu tidak mampu berkata apapun karena kecerdasan mereka, kamu berada dalam lingkungan yang tepat.

Bagi Baekhyun, ia merasa bahwa berteman dengan Kyungsoo dan Jongdae memotivasinya untuk bisa lebih rajin dalam kehidupan akademiknya. Ia tahu ia mungkin tidak bisa menandingi Jongdae ataupun Kyungsoo, tapi setidaknya ia berhasil menandingi dirinya yang lama. Dirinya yang malas, mudah pasrah, dan suka menunda-nunda.

Jadi, sebenarnya, ia benar-benar bersyukur bisa berteman dengan Jongdae dan Kyungsoo. Mereka bukan hanya bisa membantunya untuk melewati masa-masa SMA yang sulit, tapi juga untuk berkembang.

Hal ini bisa diibaratkan sebagai seekor hiu. Hiu yang dibiarkan hidup dan beranjak dewasa di tengah luasnya lautan, bisa tumbuh hingga bermeter-meter besarnya. Tapi jika hiu itu diletakkan dalam sebuah akuarium, tidak peduli seberapa sering hiu itu diberi makan, ukurannya akan terbatasi.

Jadi, letakkan dirimu di mana ia bisa berkembang sesuai dengan potensinya.

Straight-A Student | ChanBaekWhere stories live. Discover now