Chapter 20

1.1K 177 28
                                    

"Tanggal segini itu harusnya draft pertama laporan ilmiah udah jadi. Berarti setidaknya dua minggu sebelumnya kita udah harus eksperimen." Chanyeol melingkari sebuah tanggal di kalender yang dibawa oleh salah satu anggota kelompoknya.

"Hal-hal yang perlu dibenahi dan dikoreksi itu bakal diurus dalam periode dua minggu itu kan?" Salah satu anggotanya memastikan. 

Chanyeol mengangguk.

"Pokoknya asal kita tepat waktu dan semuanya bisa kooperatif, gue yakin pas kok timingnya." 

"Gue bikin prosedur dulu." Chanyeol mengangguk. Lumayan puas dengan inisiatif yang diambil oleh anggota kelompoknya yang satu itu. 

Beberapa jam kemudian, mereka memutuskan untuk menutup diskusi itu karena mereka sudah terlalu suntuk untuk melanjutkannya. Untungnya, walaupun masih banyak hal yang perlu didiskusikan, mereka masih memiliki minggu depan karena mereka memulai lebih awal. 

Akhirnya Chanyeol bisa berangkat pulang dan merehatkan tubuhnya yang letih itu.

Chanyeol menutup pintu mobilnya setelah ia keluar dan memastikan bahwa mobil kesayangannya itu sudah terparkir dengan sempurna. Baru saja ia pulang dari mengerjakan kerja kelompok yang lumayan menghabiskan energinya. Ditambah dengan beberapa anggota kelompok yang kurang bisa diajak bekerja sama. 

Ia menekan beberapa tombol angka kata sandi kode masuk. Mendengar sebuah nada yang sangat familiar di telinganya, Chanyeol mendorong pintu besi tersebut.

"Chanyeol," Samar-samar, terdengar suara Baekhyun dari studio pribadi milik Chanyeol. Ini membuat Chanyeol mengernyit sejenak. Seingatnya, Baekhyun tidak pernah memiliki ketertarikan khusus yang mendorongnya untuk mengunjungi studio pribadi Chanyeol. Lalu, mengapa si mungil itu berada di sana?

"Lo kenapa di sini?" 

"Pengen main piano tadi. Tiba-tiba." Baekhyun tersenyum sembari menekan-nekan tuts berwarna putih di atas piano itu. 

"Iseng ya?" 

"Hm." Baekhyun menangguk. "Mandi sana." 

Chanyeol mengangguk sekali dan langsung berbalik badan untuk membersihkan tubuhnya. 

///

Saat Chanyeol sudah selesai dan sudah berganti ke pakaiannya yang lebih santai, ia kembali ke studio pribadinya dan meraih gitar akustiknya. Membiarkan Baekhyun yang sedang memainkan sebuah lagu pada piano kesayangannya. Sekali-kali, Baekhyun berhenti dan mencoba untuk mencari lagu lain pada komputer di hadapannya.

Hanya iseng, Chanyeol mencoba untuk menyocokkan permainan gitarnya dengan permainan piano Baekhyun. Walau sang pemain piano sepertinya tidak sadar. 

Tangannya masih sibuk untuk memberikan tekanan pada beberapa senar spesifik dan memetik senarnya, menghasilkan melodi merdu. Namun, pikirannya sudah berkelana entah kemana. 

Ia memandang punggung milik Baekhyun yang dibalut kaos longgar. Sepertinya itu milik Baekho, kakak Baekhyun, yang Baekhyun sengaja bawa. Katanya, jaga-jaga rindu kakak. 

Sepertinya, Baekhyun juga mulai bosan dengan kegiatannya. Jemari-jemari lentiknya tengah menari di atas layar ponsel yang berada di genggamannya. 

'Apa gue bablasin aja ya?' Pikir Chanyeol.

Perlahan-lahan, takut bahwa ia akan melukai sang belahan jiwa, ia meletakkan gitar akustik coklat itu di sofa tempat ia duduk setelah dirinya bangkit dan Chanyeol mencoba untuk berjalan setenang mungkin agar tidak menciptakan suara telapak kaki yang membentur lantai.

"Baekhyun-ah." Belum bisa Baekhyun menoleh untuk menatap Chanyeol, ia terkesiap dengan hembusan nafas yang menyapu tengkuk leher kanannya. 

"Yeol?" Baekhyun bisa merasakan bibir tebal Chanyeol yang menyapu perpotongan lehernya. Ditambah dengan tarikan nafas Chanyeol karena ia sedang mencium aroma khas milik Baekhyun. Manis.

Chanyeol bisa merasakan tubuh Baekhyun yang tidak bisa berkutik di antara kedua lengannya yang ia tumpukan pada piano. 

Salah satu titik sensitif Baekhyun adalah pada lehernya. Ia benar-benar tidak akan tahan untuk tidak meringkuk ketika ada orang yang menyentuh lehernya. Namun, ceritanya akan berbeda dengan ciuman. Tangannya, secara naluriah, mencoba untuk mencari sandaran dan melepaskan ponsel yang tadi berada di genggamannya. 

Tanpa sadar, ia memiringkan kepalanya  dan secara tidak langsung memberi akses lebih pada Chanyeol. 

Yang diberi izin pun tidak hanya diam. Ia mulai menggerakan tubuhnya dan mendekatkan bibirnya pada telinga milik Baekhyun, memilinnya perlahan, membuat Baekhyun sesekali menarik nafasnya karena terkejut. 

Chanyeol melirik layar komputer di hadapannya yang memantulkan bayangan mereka. Mengizinkan Chanyeol untuk melihat ekspresi muka Baekhyun setiap ia melakukan hal sekecil apapun. Tanpa melepaskan pandangannya pada layar itu, ia membuka mulutnya sebelum menghisap kulit bahu Baekhyun yang sedikit terungkap. Chanyeol menyaksikan bagaimana bibir Baekhyun terbuka dan kembali tertutup karena sang empu menggigit bibir bawahnya. Kedua mata bulan sabitnya terpejam. Ketika terbuka pun hanya setengah, menciptakan kesan sayu yang membuat Chanyeol terpana setengah mati.

Walau berat hati, Chanyeol melepaskan tautan bibirnya dari kulit Baekhyun dan membiarkan dirinya, juga Baekhyun, untuk mengatur nafas terlebih dahulu.

"Gue mau kita lanjutin kayak gini." 

Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol setelah mendengar ucapannya. 

"Maksud lo?" 

"Friends with benefits?" Chanyeol bertanya balik seraya menatap wajah Baekhyun yang merona. 

"Gue mau kita kayak gitu." Lanjut Chanyeol. 

"Kenapa?" Baekhyun hanya bingung dengan apa yang diajukan Chanyeol.  Setelah sekian lama mereka tinggal bersama, kenapa Chanyeol tiba-tiba memiliki ide seperti itu?

"Kenapa enggak?" Chanyeol mendudukkan dirinya pada meja di samping piano.

"Gue enggak mau maksa, Baek." Ia berkata dengan jujur.

"Lo mau enggak?" 

Chanyeol tidak mendapatkan jawaban selama beberapa detik. Itu sedikit banyak membuat Chanyeol bingung dan ragu di saat yang bersamaan. Apa ia telah melakukan hal yang salah? Apa ia melukai Baekhyun? Bagaimana i-

Baekhyun mengangguk.

Chanyeol tersenyum.

"Lo tau gue, Baek. Kita santai aja. Lagipula, gue sahabat lo." 

Straight-A Student | ChanBaekWhere stories live. Discover now