Chapter 59

1K 159 22
                                    

Double update!Jangan lupa untuk check chapter sebelumnya ya

***

Baekhyun lagi-lagi merutuki tubuhnya sendiri yang sepertinya semakin memancing emosinya. Mengapa belakangan ini lemah sekali sih?

Sudah berkali-kali ia harus duduk di tengah-tengah aktivitasnya karena pusing dan sakit pada perutnya yang tiba-tiba mendera. Tetapi, mau diapakan? Ini mungkin efek samping dari obat yang kemarin ia minum. Ditambah dengan wajahnya yang tak bisa berbohong, atau dengan dengan kata lain, pucat, Baekhyun semakin risih. 

Persetan dengan kelas dan kuliah. Baekhyun tidak akan pergi ke kampus hari ini.

Ketika sudah merasa lebih baik, jari-jari lentiknya kembali menari indah di atas tuts piano yang menjadi pusat perhatiannya sedari tadi.

Nada-nada yang indah itu mungkin yang mengundang Chanyeol untuk menghampiri Baekhyun, terbukti dengan figur tinggi yang sedang menatap Baekhyun. 

Wajahnya langsung berubah ketika melihat bagaimana wajah sahabatnya itu terlihat pucat pasi, tetapi senyum manis itu masih saja mengembang. Itu membuatnya sedikit geram. 

Tanpa ragu, ia melangkah maju, meletakkan punggung tangannya di atas dahi Baekhyun untuk memastikan bahwa suhu tubuh lelaki itu masih dalam batas normal. 

"Lo kenapa?" 

Baekhyun mengggeleng.

"Engga kenapa-kenapa kok." 

"Pucet. Kenapa?" paksa Chanyeol agar Baekhyun menjawab jujur. Tidak mungkin tiba-tiba keadaan Baekhyun menurun seperti ini. 

"Gapapa, Chanyeol." 

"Ke dokter sekarang sama gue." 

Kedua tangan Chanyeol sudah menggenggam lengan Baekhyun, siap untuk menariknya. Namun, sebelum itu sempat terjadi, Baekhyun sudah lebih dulu melepaskan genggaman Chanyeol perlahan. 

"Gue istirahat sebentar juga pasti baik lagi. Enggak perlu ke dokter." 

Baekhyun menghela nafas. Ditatap tajam oleh Chanyeol bukan lah hal yang bisa ia abaikan begitu saja. Itu menyeramkan.

"Gapapa." 

Ia kembali mengangguk untuk meyakinkan. 

"Lo enggak ke kantor papa lo? Udah lama enggak ke sana?"

Ia mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan, tapi Chanyeol tak menggubrisnya. Mata elangnya masih menatap Baekhyun, lengkap dengan kedua lengan yang ia silangkan pada dadanya. 

"Chanyeol," panggilnya lelah.

"Gue gapapa." 

"Ke dokter apa susahnya kalo emang lo gapapa?" tukasnya tajam.

Baekhyun menghela nafas.

"Cuma efek pil, Yeol." 

"Pil apa?" Chanyeol mendekat, menumpukan bobot tubuhnya pada satu lutut hadapan Baekhyun yang terduduk di kursi piano. Wajahnya terlihat waswas secara mendadak dan itu juga membuat Baekhyun merasa tak tenang.

"Levonorgestrel." 

"Kenapa lo minum itu?" suara Chanyeol semakin rendah. Tidak menyadari bagaimana itu mempengaruhi Baekhyun.

"Karena waktu itu... gue-"

"Baekhyun." tegur Chanyeol. Ia membutuhkan jawaban jelas dari Baekhyun sekarang. Beberapa hari yang lalu ia bangun tanpa Baekhyun di sampingnya dan bahkan ketika mereka bertatap muka waktu itu pun, Baekhyun terlihat aneh. Jadi karena ini?

"Kondomnya sobek. Gue lagi masa subur, Yeol."

Chanyeol mengusap wajahnya kasar. Ia tidak menyangka dirinya bisa seceroboh itu untuk membuat kesalahan.

"It's okay. Gue udah minum pilnya." Baekhyun meraih wajah Chanyeol, membelai pipi berisi itu pelan untuk menenangkan yang lebih tinggi. Namun sepertinya itu tak digubris, Chanyeol langsung bangkit dan menghindari sentuhannya setelah itu.

"Kasih tau gue kalau lo ngerasa ada yang salah. Oke?" itu bukan pertanyaan, melainkan sebuah perintah.

Baekhyun mengangguk.

///

"Yeol," panggil Baekhyun ragu dengan suaranya yang terdengar parau. Mungkin karena dirinya sempat tertidur tadi dan baru terbangun beberapa menit yang lalu, langsung disambut dengan figur Chanyeol yang juga sedang memejamkan mata di sebelahnya. 

"Hm." saut Chanyeol tak niat. Ternyata lelaki itu tidak terlelap. Syukurlah, Baekhyun tak perlu terlalu khawatir akan mengganggu. 

"Kenapa?" 

Chanyeol membuka kedua matanya dan menatap Baekhyun.

Dibandingkan menjawab, Baekhyun hanya tersenyum tipis sembari menggeleng, memberi tahu Chanyeol bahwa tak ada yang penting dan ia hanya sekedar memanggil. 

Belakangan ini kedua matanya seperti tidak mau berkompromi dengan dirinya, seakan-akan memiliki keinginan sendiri untuk terus memandang Chanyeol sebelum merasa puas. Bahkan hal-hal kecil yang dilakukan oleh Chanyeol, mereka tak mau melewatkannya. Seperti ketika Chanyeol berjalan keluar rumah untuk menjalankan kegiatan sehari-hari atau saat ia mencuci piring ketika gilirannya tiba. Baekhyun hanya bisa berharap Chanyeol tidak menyadari itu. Atau setidaknya jika memang sadar, Chanyeol tidak merasa terganggu. 

Ah, tiba-tiba Baekhyun teringat sesuatu yang belakangan ini terus saja bertamu pada pikirannya. 

"Gue," mulai Baekhyun, memecah ketenangan yang sebetulnya baru saja tercipta di antara mereka. 

"Gue belakangan ini kepikiran, Yeol. Gue ada niat untuk pulang lagi ke rumah papa mama." lanjutnya, menjelaskan pada Chanyeol pendapatnya yang ia harap bisa sedikit membantu dirinya. 

"Ataraxy juga udah gue lepas. Kelulusan juga sebentar lagi, ke kampus juga udah enggak seberapa sering." 

"Katanya kalo ada yang salah, kasih tau lo." Baekhyun terkekeh ketika merasa Chanyeol tak meresponnya sama sekali.

"Kayaknya bakal lebih baik untuk gue, kalau gue bisa jaga jarak dulu sama lo. Supaya aman dulu hatinya." jarinya menunjuk dadanya sembari tertawa agar suasana di antara mereka tidak menjadi canggung karena itu adalah hal terakhir yang Baekhyun inginkan. Namun, ia pun tidak yakin itu bekerja atau tidak karena Chanyeol masih saja menatapnya tanpa mengatakan apapun. 

"Menurut lo gimana?" 

Chanyeol mulai mengerutkan dahinya dan menatap Baekhyun tajam. Ia paham tentang apa yang semua dikatakan oleh sahabat di sampingnya ini, tapi itu tak berarti ia bisa menerimanya begitu saja. Apa maksud Baekhyun adalah mereka lebih baik menjauh dan menyampingkan persahabatan yang mereka jalani selama ini? Namun, Chanyeol juga tahu permasalahannya tidak sesederhana itu dan ia tidak ingin membuat Baekhyun merasa tidak dimengerti. 

Baekhyun tahu, ia tidak memerlukan izin dari Chanyeol untuk pulang. Itu adalah keputusan miliknya sendiri. Mungkin hati kecilnya masih berharap Chanyeol akan mencegah dirinya untuk pergi.

Karena ini adalah garis awal dimana Baekhyun memulai untuk melepaskan. 

Straight-A Student | ChanBaekWhere stories live. Discover now