Chapter 53

884 144 27
                                    

Baekhyun mungkin tidak menyadarinya. Tapi Chanyeol sadar.

Mungkin Baekhyun hanya membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali setelah beberapa minggu tinggal di rumah orangtuanya lagi. Namun, Chanyeol tak bisa memungkiri bahwa ada beberapa hal kecil yang ia lihat dari perilaku Baekhyun.

Bagaimana mata bulan sabit si mungil itu kehilangan cahayanya, bahkan ketika ia tertawa selebar mungkin seperti orang paling bahagia di dunia.

Bagaimana ia masih terlihat kesulitan untuk bersikap selayaknya teman terhadap Chanyeol.

Dan bagaimana sentuhannya masih terasa diselimuti dengan apa yang selama ini ia selalu coba untuk sembunyikan.

Chanyeol selalu berusaha untuk memahami Baekhyun. Maka dari itu, ia tidak pernah sekalipun, menyebutkan apa yang ada di pikirannya mengenai itu semua. Tetapi, ia juga tak tahu harus bersikap seperti apa dan merasakan apa karena semua itu. Bukannya tak nyaman, ia hanya... gelisah. Tidak tenang karena jalan di depannya terkesan buram hingga terkadang Chanyeol khawatir melakukan sesuatu yang bisa melukai Baekhyun lebih jauh. 

Perihal sikap Baekhyun yang belum bisa memperlakukan Chanyeol sebagai seorang teman, sepertinya Chanyeol mengerti. Walaupun itu hanya sebuah tebakan yang mungkin tak ada benar-benarnya satu persen pun. Tapi wajar bukan? Untuk menebak dan menerka-nerka apa yang sebenarnya Baekhyun rasakan?

Chanyeol bisa memahami jika Baekhyun, secara tidak sadar, masih belum bisa melepaskannya. 

Masih belum bisa menerima dengan lapang dada bahwa Baekhyun tak bisa memperjuangkan perasaannya pada Chanyeol dan harus menguburnya. Bahkan memutuskan untuk kembali menjadi friends with benefits dengan Chanyeol yang bahkan jika ia bayangkan, akan mengikis dan mengukir luka satu per satu pada hati Baekhyun yang terlewat lembut itu. 

Berada di bawah, secara harfiah, seseorang yang tidak mencintaimu sedikit pun bukanlah hal yang sederhana dan bisa diterima begitu saja.

Kepala Chanyeol seperti akan pecah saja rasanya.

Ia menghela nafas. 

Apa yang bisa ia lakukan agar mereka tidak berjarak seperti ini? Yang membuat Chanyeol lebih frustasi lagi, Baekhyun seperti baik-baik saja. Bertingkah seolah-olah tak ada masalah sedikit pun. Tidak bisakah Baekhyun berbicara saja dengannya? Menumpahkan keluh kesah dan amarahnya terdengar lebih baik. 

Chanyeol sontak mengalihkan pandangannya ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Kenapa keluar? Perutnya gapapa?" tanyanya.

Baekhyun menganggung sembari tersenyum lebar, meyakinkan Chanyeol bahwa ia baik-baik saja. Tadi pagi, Baekhyun tiba-tiba meraung-raung, well, mungkin tidak seberlebihan itu, karena perutnya seperti diremas, katanya. 

"Mau siapin makan." 

Kedua tangannya sudah sibuk dan bergerak kesana kemari mengambil peralatan-peralatan yang ia butuhkan. 

"Kimbap aja gapapa ya? Gue lagi males yang ribet-ribet." Baekhyun tersenyum canggung pada Chanyeol, merasa tak enak.

Chanyeol mengangguk. Walaupun dalam hati ia masih merasa kimbap adalah menu makanan yang cukup rumit untuk dibuat. 

///

Baekhyun mengutuk rasa sakit yang ia rasakan pada perutnya. Demi apapun, ini terasa lebih buruk daripada yang ia rasakan. Bahkan, apa yang menjadi penyebabnya sudah tak terpikirkan lagi olehnya. 

Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa ngilu yang sekali-kali semakin menjadi-jadi. Kedua kakinya ia tarik mendekat ke arah dadanya, membuatnya dalam posisi meringkuk. 

Ada suara pintu terbuka. Baekhyun tahu itu Chanyeol. Tapi maafkan, ia terlalu malas untuk sekedar membalikkan tubuhnya. 

Tiba-tiba, rasa hangat menyapa perutnya dan itu seperti membuat Baekhyun bisa kembali bernafas dengan lega. Ia terkekeh pelan, merasa harus menatap Chanyeol karena apa yang sudah lelaki itu lakukan untuknya. 

"Makasih."

"No problem. Mau paracetamol?" 

Baekhyun menggeleng, memejamkan matanya sejenak.

Chanyeol tak mengatakan apa-apa lagi setelahnya dan itu mengundang Baekhyun untuk membuka matanya kembali. Chanyeol sedang sibuk dengan ponselnya ternyata, tapi tak terlihat seperti ia sedang melakukan sesuatu yang memerlukan konsentrasi tinggi.

"Chanyeol," panggil Baekhyun.

"Boleh minta peluk?"

Chanyeol menatap Baekhyun seperti biasa. Dengan tatapan elangnya yang jarang sekali bisa Baekhyun mengerti. Tetapi gerakan tubuh Chanyeol yang mendekat cukup menjawab pertanyaannya.

"Maaf, hormon soalnya." ia tertawa kecil.

"Gak perlu minta maaf." 

Baekhyun masih saja menatap wajah Chanyeol sayu. Sementara Chanyeol masih saja memusatkan perhatiannya pada menyelipkan lengannya agar bisa Baekhyun jadikan penyangga untuk kepalanya. 

Baekhyun mulai memejamkan matanya, merasakan usapan lembut pada punggung atasnya. Tangannya menyangga alat kompres, tak rela kehilangan hangat pada perutnya jika ia melepaskan kompres itu. 

Ia menggerakan kepalanya dalam upaya mencoba untuk mencari posisi paling nyaman yang bisa ia temukan. 

Tak lama setelah ia menghela nafas karena rasa nyaman yang ia rasakan, Chanyeol mengambil alih genggaman Baekhyun pada alat kompres. Kembali memaksa Baekhyun untuk membuka matanya. 

"Ngadep sana." Chanyeol melihat ke arah belakang Baekhyun sekilas. 

Walaupun Baekhyun masih belum sepenuhnya mengerti, ia tetap memutuskan untuk mengikuti perintah Chanyeol dan membalikkan tubuhnya. Punggung sempitnya menempel pada dada bidang Chanyeol, membuatnya bisa samar-samar mendengar detak jantung yang membuatnya begitu nyaman. Teryakinkan.

Yang lebih tinggi melingkarkan lengannya pada pinggang Baekhyun dan menyelipkan telapak tangannya agar bisa ditimpa sisi pinggang Baekhyun yang lainnya. Sedangkan lengan bawahnya menyangga alat kompres yang berisikan air hangat agar bisa terus melekat pada permukaan perut Baekhyun. 

Baekhyun terkesiap, ia berusaha untuk menyingkirkan lengan Chanyeol yang melingkari tubuhnya walaupun sejujurnya, Baekhyun begitu menikmatinya.

"Nanti pegel, Yeol." ucap Baekhyun ketika Chanyeol menolak untuk melepaskan kungkungannya.

Chanyeol menggeleng.

Merasa tak bisa melakukan apa-apa lagi selain membiarkan Chanyeol melakukan apa yang ia mau, Baekhyun meregangkan otot-otot tubuhnya yang sempat menegang tadi. Ia mengatur nafasnya, merasakan bagaimana sekali-kali perut bagian bawahnya kembali berdenyut walau tak separah tadi.

Ia kembali memejamkan matanya. Lagi-lagi berusaha untuk terlelap karena sedari tadi selalu saja gagal. 

Bahkan belum lama mereka berdua dalam posisi seperti ini, nafas Chanyeol pada tengkuknya sudah begitu teratur. Menandakan bahwa Chanyeol sepertinya sudah tertidur. 

Baekhyun melihat ke arah perutnya, menatap bagaimana lengan Chanyeol mengelilinginya secara posesif, begitu erat. 

Baekhyun tidak mengerti dan tidak ada satu pun petunjuk yang muncul. Ia tak tahu apa yang ia inginkan. Apakah ia sudah benar-benar ikhlas melepaskan dan tidak akan berharap lagi atau ia masih mau mencoba, perlahan-lahan, untuk membuat Chanyeol membalas perasaannya juga. Ia masih belum tahu.

Tanpa ia sadar, tangannya sudah meraih lengan Chanyeol, membelainya begitu lembut. Gerakannya tak berhenti bahkan ketika kelopak matanya kembali tertutup.

Straight-A Student | ChanBaekWhere stories live. Discover now