I became a virtuous wife and loving mother in another cultivation world

228

Ketika Qi Lan tiba, Yin Jinye sedang mengajari Rongyi untuk menuliskan namanya.

Keduanya duduk di kursi yang sama, Rong Yi duduk di antara kaki Yin Jinye, punggungnya menempel di dada Yin Jinye, dan Yin Jinye duduk.

Yin Jinye menepuk bahu Rongyi, memegang tangan Rongyi dan menulis dua kata.

“Ini adalah kata Rongyi.” Yin Jinye berkata setelah selesai menulis.

Rong Yi tersenyum dan berkata: "Saya mengenali karakter tradisional, tetapi saya tidak dapat menulis, dan kadang-kadang saya tidak dapat mengingat goresan mereka, sama seperti Anda tahu bahwa saya memiliki kuas di tangan saya, tetapi Anda tidak dapat sepenuhnya menggambar setiap detailnya. 〃

"Karakter tradisional?"

Rong Yi menjelaskan: "Karakter yang Anda tulis sekarang adalah karakter tradisional bagi saya. Karakter itu rumit dan rumit, dengan banyak guratan. Orang-orang di tempat saya menggunakan karakter yang disederhanakan, yang jauh lebih sederhana daripada karakter tradisional, dan mereka tidak menggunakan kuas untuk menulis. 〃

Dia mengeluarkan pena berbahan dasar air dari cincin penyimpanan, dan menulis kata Rongyi di atasnya.

Yin Jinye ingat bahwa tubuh Rong Yi ditulis dalam jenis huruf ini tiga tahun lalu: "Memang jauh lebih sederhana daripada milik kita. Nanti, anda punya waktu untuk mengajari saya mengenali karakter di sisi Anda."

“Oke.” Rong Yi menoleh dan mencium wajah Yin Jinye, tapi dia menemukan sepotong benda es, dan kemudian mulutnya membeku dan dia tidak bisa membuka mulutnya.

Dia menyentuh mulutnya dan memukul benjolan yang keras. Dia dengan cepat mengangkat kepalanya ke Yin Jinye dan menunjuk ke mulutnya: "Memememe-One"

Yin Jinye melihat sepotong es di mulut dan hidung menempel seperti babi di mulut Rong Yi, tidak bisa menahan senyum, mengangkat telapak tangannya untuk menutupi mulut, dan mencairkan es dengan api.

Rong Yi akhirnya dapat berbicara: "Apa yang terjadi barusan, mengapa mulutku sedingin es? Ayah anak,Apakah anda yang melakukannya?"

Yin Jinye menoleh dan melihat ke luar jendela.

Rong Yi mengikuti garis pandangannya dan memandang mereka. Qilan berdiri di luar jendela dan menatap mereka dengan wajah. Dia segera memanggil dengan sopan: "Kakak. ,,

Kemudian dia bertanya pada Yin Jinye dengan transmisi suara: "Apakah dia hanya menutup mulutku dengan es?"

Yin Jinye berkata dengan lembut.

"Kenapa dia selalu menatapku dengan tidak menyenangkan. 〃

Yin Jinye tidak tahu apa yang terjadi dengan Qilan.

Qilan tidak bisa mengendalikan langkahnya dan berjalan masuk. Dia tersenyum dan bertanya dengan senyuman: "Berlatih kaligrafi?"

Yin Jinye sedikit mengangguk.

“Tulisan Junior masih sekuat dan sekuat sebelumnya.” Qi Lan tersenyum dan berjalan ke arah mereka, mengeluarkan Rong Yi, yang duduk di antara kaki Yin Jinye: “Saya sudah lama tidak menulis dengan tangan. Itu semua jelek. Adik yunior, anda juga mengajariku bagaimana menulis dengan baik. ,,

Yin Jinye :? ? ...:?

Rong Yi meraih tangan Yin Jinye dan berkata, "Kami tidak berlatih kaligrafi sekarang, kami akan menemui kakek dan nenek saya."

“Bersama.” Qi Lan menepuk tangan Rong Yi, bangkit dan menarik Yin Jinye pergi.

Tangan Yin Jinye dipegang erat olehnya, dan dia tidak bisa menariknya keluar, dan orang itu masih gemetar dari belakang.