113

1K 171 7
                                    

"Jadi itu senjata kombinasi dari Wakunan, ya ... Meskipun mereka tidak terlalu tinggi, mungkin inilah alasannya kenapa tim mereka selalu jadi tim papan atas di prefektur." ucap Takeda-sensei sembari sweatdrop dibangku penanggung jawab klub.

Hikari yang memilih buat ke dekat bangku cadangan pun masih sempat mendengar ocehan Takeda-sensei dikala Pelatih Ukai mengkodenya untuk mendekat sebentar, sang guru dan sang pelatih kemudian menyuruhnya untuk duduk ditengah-tengah keduanya untuk bisa ikut berdiskusi bersama.

Gadis itu terlihat seperti pengecualian besar untuk bisa kebangku cadangan bahkan ke bangku penanggung jawab sesuka hati walau hanya sekali dua kali saja, itu tidak melanggar aturan asal tak terlalu sering.

"Ya, tapi senjata Wakunan bukan hanya itu." sahut sang pelatih setelah Takeda-sensei mengungkapkan pikirannya tadi dan Hikari juga sudah duduk manis ditengah-tengah keduanya.

"Eh?" balas Takeda-sensei.

"Bukan hanya itu?" tanya Hikari.

Wajar jika gadis itu bertanya, dia tak tau banyak soal Wakunan biarpun dirinya tau tim ini termasuk 16 sekaligus 8 besar di babak penyisihan turnamen kali ini.

Sang pelatih mengangguk sembari menatap balik ke arah gadis kecil yang tengah duduk manis disampingnya saat ini.

"Kau punya penilaian bagus dan jeli, bahkan kini instingmu makin tajam, Udai. Pasti kau akan mengetahuinya lagi setelah ini." ucap sang pelatih.

Ketika belum melanjutkan ucapannya, Kageyama malah meneriaki Hinata di lapangan.

"Jangan bereaksi pada tiap spiker! Incar bolanya saja!" pekik sang setter dengan gemas pada Hinata.

Sang setter gemas kenapa dia bisa punya teman yang dungunya bukan main dan minta digampar pake kulit duren biar maknyus!

"A— aku tau itu! Meski hanya di kepala ku saja ..." sahut Hinata ciut setelah terkejut ringan.

"Tau dari mana? Dan kepalamu kan cuma tong kosong nyaring bunyinya. Dasar idiot." sambung Hikari yang tengah nyengir lebar saat ini sembari mengangkat lalu menggoyangkan kedua kakinya dengan ringan secara bergantian, membuat Hinata menoleh ke arahnya dan langsung menatap gadis itu galak.

"Apa katamu?! Kau ngajak berantem, Hikari?!" oceh Hinata gemas pada teman kecilnya itu.

"Tapi tubuhmu bergerak berlawanan ... Aku mengerti perasaanmu." sambung Tanaka, yang terlihat memihak Kageyama dan Hikari.

Permainan kembali berlanjut setelah skor satu sama tercetak, lagi-lagi bola yang di spike oleh Hinata berhasil diterima kembali oleh Wakunan.

"Kita hentikan!" oceh Daichi kepada Hinata dan Tanaka ketika bola terakhir di oper ke arah Takeru.

Dikala Takeru ingin memukul bola, Hikari tersadar dia akan melalukan sesuatu buat menembus pertahanan bloker.

"Gawat! Dia akan melakukan block out dengan mengincar tangan Shoyo!" pekik Hikari.

Benar, bola pun block out setelah mengenai tangan Hinata dan bola melambung dengan lembut yang berhasil ditangkap oleh salah satu anak sekolah lain berdua dengan temannya yang temgah menonton pertandingan Karasuno melawan Wakunan dari tribun penonton.

Semua termangu ke arah bola yang dipegang ditambah teriakan Hikari barusan ini membuat semuanya terkejut tak percaya ditengah gemuruh penonton, dan sedetik kemudian Takeru pun berteriak senang karena berhasil mencetak angka sehingga berhasil mengembalikan kesadaran seluruh pemain dan penanggung jawab dari Karasuno dengan utuh.

Hinata juga terkejut sembari menoleh ke arah kapten dari Wakunan itu.

Dia sudah mengincar ujung jariku seperti teriakan Hikari tadi ketika dia sadar kalau orang ini akan melakukan block out. Batin Hinata.

Karasuno's Girl on Boy Team of Volleyball [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora