116

1K 161 9
                                    

Anak-anak kini berbaris didepan sang pelatih karena beliau sudah kembali dari rumah sakit, semuanya terlihat jelas sekali sangat mengkhawatirkan keadaan sang kapten saat ini.

Sampai akhirnya Tanaka angkat bicara.

"Ukai-san, bagaimana kondisi Daichi-san?" tanya si botak, mewakili semuanya.

Hikari menelan salivanya pelan sembari menunggu jawaban dari sang pelatih, dia takut jika terjadi sesuatu dengan Daichi. Karena dia yang terlibat insiden itu, otomatis dia yang bertanggung jawab jika terjadi apa-apa biarpun semuanya tau hal ini terjadi karena ketidaksengajaan.

"Tenang saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan darinya. Tapi mulutnya berdarah-darah, dan dia pasti kesakitan." jelas beliau ketika semuanya menarik nafas lega dikala Pelatih Ukai mengatakan jika tak perlu mengkhawatirkan Daichi.

"Karena itulah, aku menyuruhnya untuk beristirahat." lanjut beliau ketika Kageyama dan Hinata pucat sendiri ketika membayangkan hal itu.

Deg.

Mendengar itu, jantung Hikari kembali berdetak kaget dan dia kembali terlihat murung, dia tau luka yang diderita Daichi itu sakit karena dia juga sering mengalami hal yang sama biarpun tak sampai tanggal gigi.

Sang pelatih yang melihat keadaan Hikari saat ini melangkah mendekati Hikari yang masih termangu dalam diam diantara Hinata dan Kageyama, lalu beliau mengangkat kedua tangannya dan menepuk lembut pundak kecil Hikari, kembali menyadarkan gadis itu dari lamunannya dan terlihat jelas dia masih tidak tenang saat ini walau sang pelatih mengatakan jika sang kapten baik-baik saja .

"Aku tau kau cemas saat ini karena kau yang berbenturan dengannya tadi, tapi Sawamura tak ingin kau seperti ini terus, Ojou-chan. Dia ingin kau fokus dengan pertandingan dan jangan pikirkan dia, Sawamura janji akan kembali ke lapangan sesegera mungkin." ucap beliau ketika Hikari mendongakkan kepala dan menatap kedua manik mata sang pelatih dengan intens.

"Tapi Pelatih, aku belum tenang kalau aku belum lihat keadaan Daichi-san secara langsung dengan mata kepalaku sendiri. Benturannya keras, keadaannya sampai seperti itu. Biarpun kau mengatakan Daichi-san baik-baik saja, tapi tidak denganku. Aku khawatir. Aku ingin lihat Daichi-san langsung, Pelatih." pintanya.

Beliau menghela nafas, lalu menyapu lembut surai hitam dan lembut milik Hikari.

"Kalau kau ingin melihat Sawamura, berjanjilah satu hal padaku."

Hikari mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Satu hal?" tanyanya.

"Fokus dan menangkan pertandingan di set kedua bersama yang lainnya. Setelah itu, kau boleh melihatnya."

Mendengar itu, Hikari sempat berniat ingin membantah dan sudah membuka mulutnya saat ini, tapi dia sadar sekarang bukan waktunya untuk adu argumen untuk hal yang tidak perlu sama sekali mengingat pertandingan melawan Wakunan belum usai, sehingga ia membatalkan niat untuk angkat bicara dan kembali mengatupkan kedua bibirnya, lalu ia hanya mengangguk pasrah dan menurut.

"Aku mengerti." jawabnya.

Aku tau itu. Aku tau tugasku, aku ingat semuanya dan harus bagaimanapun juga aku sudah tau. Tapi tetap saja ini salahku! Batinnya.

Jawaban itu membuat sang pelatih puas, kemudian dia kembali ke posisinya dan kembali angkat bicara sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Yosh, karena Ojou-chan juga sudah janji untuk fokus ke pertandingan, kita menangkan pertandingan ini dan persembahkan pertandingan selanjutnya untuk Sawamura. Saat ini, tak ada lagi yang perlu kalian khawatirkan selain hal itu!" ucap beliau.

Karasuno's Girl on Boy Team of Volleyball [✔]Where stories live. Discover now