81

2K 286 16
                                    

Alarm berbunyi pukul setengah enam pagi, Hikari beringsut bangun dengan kepala yang terasa pening yang teramat sangat karena kurang tidur sembari mematikan alarm yang memekakkan telinga bagi dirinya seorang, ketika ia merenggangkan badan dan berniat menguap, ia terpekik kecil ketika pipinya terasa sakit.

Ah, lupa sudut bibir pecah terus bengkak karena kejadian tadi malam. Ini makin parah bengkaknya. Batin gadis itu sembari menyentuh pelan perban yang masih tertempel manis di wajahnya, ia bisa merasakan bengkaknya sedikit lebih besar dari pada tadi malam sebelum tidur.

Ia perlahan turun dari kasur sembari merapikan yang harus di rapikannya, pandangannya menoleh ke arah ketiga seniornya yang masih tertidur pulas saat ini, membuatnya tak tega membangunkan mereka karena sama-sama tidur telat tadi malam.

Hikari tetap memadamkan lampu kamar dan tak membuka jendela kamar yang menghadang cahaya matahari yang mulai menyingsing saat inu, kemudian dia mengambil handuk serta seragam lelakinya lalu ke kamar mandi sembari membawa perlengkapan P3K, lalu mandi bebek karena dia setiap hari terbiasa mandi dua kali sehari, lalu menyikat giginya pelan di area sebelah kanan karena luka dan bengkaknya yang begitu menyiksa sampai dia butuh waktu hampir lima menit hanya sekedar sikat gigi doang.

Lalu ketika membuka perban, dia terkejut memarnya benar-benar parah, dengan gesit dia langsung mengobati luka serta bengkak itu lalu segera memasang perban sebelum senior-seniornya itu bangun dan mendapati keadaan lukanya yang seperti itu.

Butuh 15 menit selama dikamar mandi, mulai dari mandi, sikat gigi, lap muka dengan kain, pakai seragam, lalu mengobati lukanya.

Biasanya tak sampai 10 menit, hanya saja kali ini kejadiannya benar-benar tak terduga jadi inilah yang terjadi. Itulah kenapa dia mengatur alarm jam setengah enam pagi sebelum Suga dan Daichi datang tadi malam, karena ini.

Setelah selesai, ia bergerak kedapur sembari mengeluarkan bahan-bahan makanan yang tak terlalu berat untuk sarapan mereka berempat lalu mulai memasukkannya kedalam oven, kebetulan bahannya bisa dimasak di oven jadi dia tak perlu takut bau masakan seperti sedia kala.

Tubuhnya bergerak gesit menyiapkan semuanya dan selesai kurang dari setengah jam, kini waktu sudah menunjukkan pukul 6.15 dan untungnya dia tidak bau dapur karena sudah terbiasa memasak bahkan melakukan sesuatu dengan caranya sendiri.

Ia melangkah kekamar lalu membuka pintu kamarnya, mendapati ketiganya masih mendengkur dengan tenang setelah 45 menit lamanya dia berkutat dikamar mandi serta dapur.

Hikari melangkah pelan ke samping futon Daichi yang kebetulan tidur paling ujung, berlawanan dari sisi tempat Hikari tidur, dia duduk berlipat kaki lalu menyentuh lembut pundak Daichi beberapa kali tanpa menimbulkan suara, membuat yang di sentuh bergeliat pelan lalu mengerjapkan matanya sesaat dan melihat Hikari yang kini duduk disampingnya dalam keadaan sudah mengenakan seragam sekolah sembari tersenyum tipis kearahnya.

"Daichi-san, selamat pagi." sapanya lembut.

"Ah, selamat pagi, Udai." ucapnya serak dengan suara khas baru bangun sembari beringsut duduk dan mengumpulkan nyawa sejenak sebelum dia membangunkan Suga dan Noya.

"Sarapan sudah ku siapkan, tolong bangunkan Suga-san sama Yuu-san boleh, Daichi-san? Kalian siap-siap dulu ya setelah rapi-rapi di kamar, aku tunggu dimeja makan." jelasnya sembari meminta tolong, Daichi tersenyum setelah mengucek sejenak matanya lalu mengurai tangan dan mengelus lembut puncak kepala gadis itu.

"Hum, akan kubangunkan mereka dan kami akan bereskan futon lalu siap-siap, tenang saja. Tunggu dulu dimeja makan ya? Terima kasih sudah membangunkanku, dan maaf jadi merepotkanmu untuk membuat sarapan untuk kami juga." balas Daichi, Hikari mengangguk sembari membalas senyuman Daichi.

Karasuno's Girl on Boy Team of Volleyball [✔]Where stories live. Discover now