17

3.3K 570 15
                                    

"Kakak, Kakak pake sepeda lagi hari ini? Kalo iya biar aku langsung berangkat nih. Mau sprint dikit." tanya Hikari setelah ia baru saja selesai sarapan dan menoleh ke arah sang kakak yang baru saja duduk dan makan karena terlambat bangun ditambah dia juga belum mandi, untungnya dia masuk kuliah jam siang.

"Iya, Kakak pinjam lagi ya Dek sepedanya. Maaf jadi buat kamu jalan kaki terus ke sekolah ya, sayangnya Kakak." ucap sang kakak tak enak.

Adik kecilnya itu terkekeh. Pandangan sang kakak yang awal mulanya sedang melihat senyum sang adik sebagai penyemangat paginya pun kemudian beralih kearah kedua tangan Hikari, yang dimana tangannya diperban mulai dari area pergelangan tangan hingga dua senti dibawah siku, membuatnya terkejut.

"Dek, tangan kamu kenapa? Kok diperban dua-duanya gini? Ditambah ada plester penghangat lagi didalamnya, kamu abis ngapain kemaren? Diganggu anak cowok?" tanya sang kakak bertubi-tubi, membuat adiknya kontan terbahak riang.

"Kakak, aku nggak diganggu sama sekali. Biarpun aku masih kecil dan aku cewek, aku bisa jaga diri karena ulah Kakak yang udah ke copy paste ke aku ditambah kita ini kakak beradik biarpun Kakak itu anak cowok. Kakak kira aku lupa kalo selama sekolah Kakak itu tingkahnya kayak gimana? Nggak lupa kan kalo Kakak sendiri biang onar dulu selain suka bolos karena kegiatan klub? Aku nggak lupa sama sekali loh sampe detik ini biarpun udah sekian tahun berlalu. Sampe pusing Papa sama Mama buat ngurusin Kakak doang, tiap hari ada aja kelakuannya sampe mereka berdua harus bolak balik ke sekolah." jawabnya, membuat sang kakak mendengus.

Tangan sang kakak kemudian meraih lalu mencubit pipi chubby sang adik dengan perasaan gemas.

"Aaa, Kakaaak! Shakiiiitt!" ocehnya ditengah cubitan saat ini.

"Bisa gak Dek, sehari aja nggak bikin Kakak gemes ama kelakuan kamu? Kamu kalo jadi anak orang, serius, udah Kakak pacarin kamu sekarang biarpun jarak umur kita segini. Kalo jadi pacar aja Kakak udah pasti bakal jaga kamu baik-baik, apalagi posisi Kakak sekarang jadi kakak kandung kamu. Makin mampus orang yang ada." balas sang kakak.

Adiknya nyengir.

"Kan adeknya Kakak ini emang imut dari dulu. Bobroknya sekarang pun emang nular dari Kakak semua. Baru sadar?" tanya nya kemudian.

"Makin gede makin imut, makin narsis iya. Tingkahnya makin banyak beraneka ragam persis kakaknya. Hahah." ledek sang kakak.

"Dih, najis. Yang ngajarin juga siapa. Bukti nya nyadar juga kan siapa yang ngajarin aku begini? Ya udah, aku berangkat duluan ya, Kak. Kakak hati-hati dijalan mau ke kampus nanti. Papa, Mama, duluan ya. Aku mau cepet nih takut telat." ujar Hikari sambil pamit pada kedua orang tuanya sekaligus sang kakak lelaki kesayangannya.

"Kasih Kakak kiss dulu dong." ucapnya sembari menunjuk pipinya sendiri.

"Kakak kira Kakak anak kecil? Cowoknya aku? Minta dicium-cium segala. Minta cium Pak Roi aja gih disamping buat kiss semangat paginya, kan Pak Roi suka sama Kakak." canda Hikari, membuat sang kakak melempar tisu kearah sang adik, Hikari tertawa kemudian mendaratkan ciuman di pipi sang kakak sembari terkekeh.

Sang kakak pun juga memberikan ciuman di pipinya lalu mereka saling berpelukan sejenak dengan sayang.

"Hati-hati dijalan, Hikari. Ada apa-apa kasih tau kakak langsung ya." teriak sang kakak begitu adiknya berlarian kecil menuju pintu rumah dan memakai sepatu.

"Iya Kak, aman. Dadah Kak, sampe ketemu nanti malam!" balas Hikari.

"Bye bye!"

Hikari kemudian langsung berlarian kecil menuju sekolah dalam keadaan tangan sudah diperban, begitupun di dalam tas ia juga membawa stok plaster hangat, tak lupa cadangan perban untuk ganti nanti.

Karasuno's Girl on Boy Team of Volleyball [✔]Where stories live. Discover now