136

994 163 29
                                    

Kini anak-anak dari kedua tim berbaris dan membungkuk, begitupun dengan para penanggung jawab klub.

"Terima kasih banyak!" pekik seluruh pemain setelah peluit berbunyi.

Tepuk tangan dari penonton kini bergerumuh, bahkan Kiyoko terlihat bahagia dan bangga dalam diamnya saat ini, bahkan Pelatih Ukai dan Takeda-sensei pun juga demikian.

"Kita berhasil, Sensei. Udai berhasil mengambil momentum terbaik di skor terakhir." ucap Pelatih Ukai.

"Ya. Dia benar-benar cukup mengejutkan dengan insting dadakannya barusan ini." jawab beliau.

Anak-anak bersalaman satu sama lain, Kunimi saat ini berjalan mendekati Hikari setelah bersalaman dengan pemain yang lain.

"Riri-chan."

Hikari menoleh ketika dipanggil.

"Ah, Akira-kun. Ada apa?" balasnya.

"Selamat." ucapnya, dan Hikari mengangguk sembari tersenyum.

"Terima kasih."

Si jangkung penyandang nomor seragam yang sama seperti Hikari pun tau bagaimana perasaan Hikari ketika ia dan timnya dikalahkan dikala Inter-High waktu itu, tapi gadis ini masih mampu tersenyum dengan sempurna.

Terlihat tak ada paksaan sama sekali tapi Kunimi mampu menebak kalau dia memaksakan diri untuk tersenyum kala itu.

Hanya saja, Kunimi merasa Hikari tak memaksakan senyumannya sama sekali kala itu, padahal jelas sekali gadis itu benar-benar memaksakan diri untuk tetap tegar didepan semuanya sampai tibanya dia dirumah.

"Oh ya, aku boleh minta satu hal?" tanya Kunimi sebelum mereka bergerak ke area tim masing-masing.

Gadis itu menatapnya bingung.

"Satu hal?" tanyanya penasaran.

Kunimi mengangguk.

"Tolong, bawa rasa semangatku dan yang lain untuk mengalahkan Shiratorizawa di pertandingan berikutnya, Riri-chan."

Mendengar itu, Hikari terbahak ringan dengan rona wajah yang muncul dikedua sudut pipinya.

"Itu sudah pasti! Akira-kun, serahkan padaku dan yang lain, ya!" balasnya.

Kunimi tersenyum tulus sejenak, ia kemudian mengangkat dan mengarahkan telapak tangan kanannya kearah Hikari, gadis itu dengan gesit langsung menyambutnya dan mereka langsung adu tos persahabatan dengan cara mereka sendiri.

"Aku permisi dulu ya, Akira-kun. Sampaikan salamku pada yang lain, maaf kalau kami berbuat sesuatu yang tak pantas sehingga menyakiti pemain yang lain." ujar Hikari.

Kunimi menggeleng.

"Kalian tak melakukan hal yang demikian, jadi Riri-chan tak perlu meminta maaf. Nanti akan kusampaikan pada yang lain dan sampai bertemu diturnamen berikutnya ya, Riri-chan." balas Kunimi.

"Uhm! Sampai bertemu di turnamen Inter-High berikutnya, Akira-kun!"

Keduanya kini saling membungkuk sejenak, dan Hikari melangkah lebih dulu setelah tubuh keduanya berdiri dengan benar.

Pandangan Kunimi tertuju sejenak ke arah punggung kecil Hikari yang tengah menjauh darinya.

Jadi ini yang dirasakan Riri-chan ketika dia kalah di Inter-High kemarin. Aku sama sekali tak sanggup tersenyum jika aku tak memaksakan diri, jelas sekali aku memaksakan senyumanku padanya barusan ini. Tapi kenapa dia sendiri bisa tersenyum setulus itu waktu itu? Kenapa? Riri-chan, kau kenapa kuat sekali? Tolong, ajari aku untuk bisa sepertimu ... Aku merasa tak becus sebagai lelaki yang menyukaimu karena merasa cengeng seperti ini dalam diamku, Riri-chan. Batin Kunimi.

Karasuno's Girl on Boy Team of Volleyball [✔]Where stories live. Discover now