Part 2

746 70 1
                                    

"Oke, oke." Seperti biasanya, ia mengalah. "Aku paham. Tapi kau harus benar-benar menjelaskan perkataanmu itu." Ucapannya mencemooh yang lebih tua, meniru ucapannya tadi.

Beberapa orang sudah menyingikir akibat tatapan mata Taeyong yang tajam. Ia melihat bagaimana seorang wanita tua meliriknya sinis jadi Taeyong melihat ke arah Jaehyun lagi, kakinya bergoyang dan ibu jarinya masih di dalam mulut. "Memangnya siapa kau menyuruhku seperti itu? Biasanya aku tidak mencari teman baru dan jika iya, kau tentu tahu alasannya."

Senyuman yang mengerikan yang tidak mencapai matanya muncul di wajah Taeyong. Senyum yang dimiliki oleh orang-orang sepertinya. Jaehyun merasa suaminya itu perlahan sudah mulai sadar dari mabuknya. "Jadi bagaimana agenda heteroseksualmu itu? Perempuan yang kau ajak berdansa tadi terlihat terpesona denganmu. Apa tipe teman semacam itu yang kau cari di sini? Aku kasihan pada kalian berdua." Taeyong terlihat riang saat mengejeknya. "Apa menurutmu dia masih akan tetap suka padamu kalau dia tahu kau lebih suka seks anal?"

Ah, terjadi lagi. Ia mulai menyadari hal ini saat ia mengantarkan Taeyong ke rumah sakit jiwa. Suaminya itu punya kecenderungan untuk mempermalukannya; mengungkapkan orientasi seksualnya pada orang asing. Seharusnya itu adalah tindakan yang kurang ajar, namun siapa pun yang mengharapkan Taeyong menyesali perbuatannya, ia salah besar. "Kau tidak akan berani. Dia bekerja untuk Motion Twin."

Si rambut karamel merasa tidak mengenali nama itu. "Apa ada hubungannya dengan kita?"

"Tidak? Belum? Siapa yang tahu masa depan?"

"Kurasa itu artinya tidak akan pernah. Siapa namanya?"

"Valerine Mills."

"Oke. Nona Valerine Mills?"

Fuck. Ini dia, terjadi lagi.

Pemilik nama tersebut sedang berjalan ketika mendengar namanya dipanggil lumayan keras. Menyadari bahwa ia mendapatkan perhatian dari orang penting, ia mendekat untuk berinteraksi dengan pebisnis yang dikenal sebagai investor di Château Mouton Rothschild (perkebunan anggur di dekat Bordeaux).

"Oh," ia terlihat berpura-pura terkejut, tangan lentik menempel di dadanya, puncak payudaranya terekspos oleh gaun berkelip-kelip berwarna biru laut yang berpotongan rendah di dada, memeluk tubuhnya yang sintal. Mata besarnya melirik Jaehyun dengan sopan sebelum kembali pada pria berambut panjang di depannya. "Ethan Lee! C'est un plaisir de vous rencontrer (senang bertemu denganmu)—"

"Benarkah?" Taeyong dengan tidak sopan menyela, membuat senyum ceria wanita itu memudar. Namun ia tetap menjaga ekspresinya seperti ia sudah terbiasa menghadapi orang-orang yang tidak sopan di setiap harinya. "Aku punya pikiran ini, kau tahu," ia melanjutkan ucapannya, mengisyaratkan perempuan itu untuk duduk di sebelahnya. Jaehyun merengut akan hal itu. "Kuharap kau tidak keberatan dengan pertanyaan yang cukup pribadi?"

Valerine Mills tergelak kecil, menggelengkan kepalanya. "Aku tidak keberatan. Tapi, kenapa terasa seperti aku sedang diinterogasi?"

Mata biru memandanginya tanpa berkedip selama beberapa detik, mulai mengakibatkan atmosfer menjadi canggung. Ketika Valerine hendak membuka mulut, saat itulah Taeyong menjatuhkan pertanyaannya.

"Apa kau menyukai pria di sebelahku ini?"

"Taeyong!" Jaehyun memekik. "Hentikan..."

Tentu saja, perempuan itu tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan terus terang macam itu. Ia bahkan tidak terlalu mengenal Jeong Jaehyun, gentleman yang mengajaknya berdansa di aula bagaikan ia seorang bunga yang rapuh. Pria itu anggota baru di lingkaran mereka, katanya ia baru pindah ke negara ini. Untuk pria sekaliber dirinya, Ethan Lee tentu kenal dengan semua orang yang hadir malam ini meski biasanya ia adalah sosok pebisnis yang pendiam dan juga sangat privat, bukan? Keduanya pasti berteman baik! Kalau tidak, kenapa Ethan repot-repot bertanya seperti itu, kecuali ingin menjodohkannya dengan Jaehyun?

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now